Anda di halaman 1dari 36

IDIOPATHIC

THROMBOCYTOPENIC
PURPURA (ITP)
Oleh :
Nurainaa Ayuni binti Muhammad Nasir
11.2015.439
Pembimbing:
Dr. Ivan Riyanto, Sp.A
Pasien Ayah Ibu
Nama : An. H Nama : Tn. N Nama : Ny. P
Tanggal Lahir (Umur): Agama : Islam Agama : Islam
11 Februari 2016 (1 Umur : 32 Tahun Umur : 25 Tahun
tahun 11 hari) Pendidikan : SLTA Pendidikan : SMA
Jenis kelamin: Laki- Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
laki Pekerjaan : Security Pekerjaan : Ibu
Alamat : Jati Aseh-Jati Alamat : Jati Aseh-Jati Rumah Tangga
Sari RT 05/04 Sari RT 05/04 Alamat : Jati Aseh-Jati
Suku Bangsa : Jawa Sari RT 05/04
Agama : Islam
Pendidikan : -
Tanggal Masuk RS:
22 Feb 2017

Identitas Pasien
Keluhan utama:
Muncul bintik-bintik merah gelap pada kaki pasien sejak 1
hari SMRS

Anamnesis
Tidak ada
mimisan, gusi
Muncul bintik berdarah
merah pada kedua
1 hari SMRS, kaki pada sore
Demam mulai hari, kemudian
jam 11 pg muncul pada kulit kepala
mendadak tanpa
disertai gejala Makan minum, BAK
lain BAB seperi biasa.
Masih aktif seperti
biasa

Tidak ada riwayat

Riwayat Penyakit Sekarang


trauma atau minum
obat-obatan
Pasien belum pernah memiliki keluhan muncul bintik
merah seperti ini sebelum ini.
Satu bulan SMRS pasien mengalami batuk pilek biasa
dan sembuh setelah diberikan obat.
Riwayat kejang dan riwayat alergi obat disangkal ibu
pasien. Riwayat keluar kota (daerah endemis) juga
disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu


Tempat kelahiran Bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan, tidak ada kesulitan
Masa gestasi Cukup bulan (37 minggu)
Keadaan bayi Berat badan lahir : 3000 gram
Panjang badan lahir : 49 cm
Lingkar kepala : Ibu pasien tidak ingat
Nilai APGAR : tidak diketahui
Kelainan bawaan : Tidak ada

Riwayat Kehamilan Dan


Kelahiran
Pertumbuhan gigi pertama: 8 bulan
Psikomotor:
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 9 bulan
Berdiri (dengan pegangan) : 12 bulan
Berjalan (dengan baik) : - bulan
Berbicara (papa, mama) : - bulan
Kesan: Riwayat perkembangan sesuai usia

Riwayat Perkembangan
VAKSIN DASAR ULANGAN
(Umur) (Umur)

BCG 1 bulan

DPT/DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Campak 9 bulan

Hepatitis B 2 bulan 4 bulan 6 bulan

MMR

Keterangan : Imunisasi dasar pasien lengkap

Riwayat Imunisasi
Data Antropometri
Berat Badan : 9 kg
PEMERIKSAAN UMUM Tinggi Badan : 75 cm
Keadaan umum Status gizi menurut CDC dan
Tampak sakit sedang WHO,
Kesadaran BB/ U : 9/10,5 x
100 = 85,7 %
Compos mentis
WHO antara sd 0 dan -2 (BB
Tanda vital : cukup)
Frekuensi nadi: 142 kali/menit,
reguler, teraba kuat dan cepat PB/ U : 75/76 x
100 = 98,6 %
Pernapasan (frekuensi dan tipe) WHO antara sd 0 dan -2 (normal)
: 32 kali/menit, reguler BB/PB : 9/10,2 x
Suhu tubuh : 37,1 C 100 = 88,2 %
WHO antara sd -2 dan -3 (Gizi
kurang)

Pemeriksaan Fisik
Thorax
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Auskultasi : BJ I-II murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Terdapat bintik-bintik merah gelap
Palpasi : Dinding Perut : Supel, nyeri tekan (-)
Turgor Kulit : Normal
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Kulit : bintik merah bawah kulit kepala, abdomen, kaki

Pemeriksaan Fisik
Tanggal: 22 Feb 2017, Rabu Jam 05.56 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Tanggal: 23 Feb 2017, Khamis Jam 5.52 WIB
Rujukan Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Hematologi
Darah rutin Hematologi
Hemoglobin 11 g/ dL 12.0 -15.0 Darah rutin
Leukosit 8,00 10 / uL
3
4.00- 10.50 Hemoglobin 10,0 g/ dL 12.0 -15.0
Hematokrit 33,0 % 35.00 - 45.00 Leukosit 8,2 103/ uL 4.00- 10.50
Trombosit 3 10 / uL
3
182-369 Hematokrit 30,5 % 35.00 - 45.00
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Trombosit 5 103/ uL 182-369
Rujukan

Hematologi
Darah rutin
Tanggal: 25 Feb 2017, Sabtu
Hemoglobin 9,8 g/ dL 12.0 -15.0
Jam 7.16 WIB
Leukosit 13,22 103/ uL 4.00- 10.50 Pasien dibenarkan pulang
Hematokrit 30,5 % 35.00 - 45.00
Trombosit 160 103/ uL 182-369

Pemeriksaan Laboratorium
Seorang pasien laki-laki berusia 1 tahun datang dengan keluhan
muncul bintik merah di kaki 1 hari SMRS. Keluhan disertai
demam sebelum muncul bintik merah di kaki. Keluhan lain tidak
ada. Pasien masih mahu minum ASI seperti biasa dan aktif. Satu
bulan sebelum SMRS pasien ada batuk pilek namun sudah
sembuh. Pasien dibawa ke RS Jati Sempurna kemudian dirujuk ke
RSUD Koja.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaraan masih
compos mentis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital normal. Pada pemeriksaan fisik secara menyeluruh,
didapatkan bintik-bintik merah gelap di kaki, abdomen, dan
kepala pasien.
Pada pemeriksaan laboratorium hari 1 masuk ke rumah sakit
didapatkan kadar trombosit sangat rendah (3 x 10 3/uL).

Resume
Idiopathic
Pasien datang dengan ptekie. Keluhan ini
Thrombocyto
didahului dengan demam yang tidak tinggi
penic
sejak 1 hari SMRS dan riwayat batuk
Purpura
pilek satu bulan sebelumnya. Pada
(acute)
pemeriksaan penunjang didapatkan kadar
trombosit pasien sangat menurun yaitu 3 x
103/uL

Diagnosis Kerja
Sindrom
Wiskott-
Anemia Aldrich
aplastik Diagnosis
banding
Pemeriksaan
Pemeriksaan hitung sel dan
darah rutin morfologi darah
tepi

Pemeriksaan
bleeding time

Anjuran Pemeriksaan
Penunjang
Non-medika mentosa :
Medikamentosa : Observasi keadaan
IVFD RL/Asering umum dan tanda - tanda
40cc/jam 15 tpm vital
Observasi perdarahan
Paracetamol syrup 3 x
atau memar yang muncul
1 cth (bila demam) pada tubuh pasien
Methylprednisolone Edukasi
3x10mg Jauhi dari terbentur atau
trauma

Penatalaksanaan
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

Prognosis
Follow up tanggal 23 Feb 2017, Khamis
S O A P
Pasien datang HR: 89x/mnt, Gangguan Perfusi IVFD Asering
dengan keluhan RR: 33x/mnt, S: 36,4 C Jaringan (ITP) 15 tpm
bintik merah di BB: 9 kg Paracetamol
kaki dan kepala. KU: sakit sedang, syrup 3 x 1 cth
Pasien mulai pilek Mata: CA -/-, SI -/- Periksa
sejak masuk ke Ekstremitas: Akral H2TL/24 jam
bangsal. Ingus hangat, bintik merah (+) Transfusi TC
encer warna memar di bekas infus
bening. Demam (+)
sudah turun.
Follow up tanggal 24 Feb 2017, Jumat

S O A P
Demam (-), batuk HR: 95x/mnt, Gangguan IVFD Asering
(+) pilek (+) BAB RR: 25x/mnt, S: 36,1 C Perfusi Jaringan 15 tpm
dan BAK normal, BB: 9 kg (ITP) Paracetamol
minum ASI (+) KU: sakit sedang syrup 3 x 1 cth
Mata: CA -/-, SI -/- Periksa
Abdomen : bintik merah H2TL/24 jam
(+)
Transfusi TC
Ekstremitas: Akral
hangat, bintik merah (+)
memar di bekas infus
(+)
Follow up tanggal 25 Feb 2017, Sabtu

S O A P
Demam (-), batuk (-) HR: 96x/mnt, ITP IVFD Asering 15
pilek (-) BAB dan RR: 24x/mnt, S: 36,5 C tpm
BAK normal, BB: 9 kg Paracetamol
minum ASI (+) KU: sakit ringan syrup 3 x 1 cth
Mata: CA -/-, SI -/- Boleh pulang
Abdomen : bintik merah
(+)
Ekstremitas: Akral
hangat, bintik merah (+)
memar di bekas infus (+)

Tanggal 25 Feb 2017, Sabtu : pasien dibenarkan pulang.


Tinjauan Pustaka
Kelainan perdarahan
akibat dari destruksi
premature trombosit yang
meningkat akibat
autoantibodi yang
mengikat antigen
trombosit sehingga terjadi
penghancuran trombosit
secara berlebihan

IDIOPATHIC
THROMBOCYTOPENIC
PURPURA (ITP)

Trombositopenia
Disebut sebagai (trombosit
autoimmune <100.000/l),
thrombocytopenic purpura, gambaran
purpura, morbus darah tepi umumnya
Wirlholf, atau normal, tidak
purpura ditemukan penyebab
trombsitopenia yang
hemoragika. lainnya.
ada riwayat infeksi
anak usia 1-4 tahun,
bakteri, virus ataupun
dengan insiden 4-8 Laki-laki =
imunisasi 1-6 minggu
kasus per 100.000 perempuan
sebelum terjadinya
anak per tahun
penyakit ini

ITP yang rekuren : ITP kronis terjadi


trombositopenia >3 pada anak usia >7
bulan dan terjadi 1- tahun, sering terjadi
4% anak dengan ITP pada anak perempuan

Epidemiologi
Antibody (IgG atau
Infeksi IgM) yang terikat pada
Destruksi
virus akut membrane trombosit trombosit

Etiologi
Perdarahan
kulit atau
mukosa

Th < 10.000
Anemia
Gejala Hematuria,
klinis menoragia
memanjang

Perdarahan
intrakranial
pada 0,5-1,0%
Darah rutin
Pemeriksaan darah tepi
Menyingkirkan kemungkinan pseudotrombositopenia,
sindroma trombosit raksasa yang diturunkan (inherited giant
platelet syndrome), dan kelainan hematologi lainnya
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang
Pada kasus yang meragukan
Mengukur antibody yang berhubungan dengan trombosit
(platelet-associated antibody) dengan menggunakan direct
assay

Pemeriksaan Penunjang
Disseminated Anemia fanconi
intravascular Anemia aplastik
coagulation leukemia

Peningkatan
Penurunan
destruksi
produksi
trombosit
trombosit
(non-imun)

Peningkatan
Gangguan
destruksi
kualitas
trombosit
trombosit
(imun)
Sindrom Wiskott- Infeksi HIV
Aldrich Purpura pasca transfusi

Diagnosis Banding
Epstein-Barr
virus
Respons imun
terhadap infeksi
virus atau bakteri,
Akut
bereaksi silang
dengan antigen
ITP

dari trombosit Terbentuk antibodi


terhadap trombosit

Gangguan pada
regulasi sistem
Kronis imun seperti pada
penyakit
autoimun lainnya

HIV

Patofisiologi
Batasi aktivitas,
cegah
Suportif perdarahan dan
Nonmedika trauma, edukasi
mentosa
Bedah
(splenektomi)

Terapi Kortikosteroid,
Lini imunoglobulin
pertama IV, anti-D
Medika
mentosa
Immunosupres
Lini kedua san, rituximab
Sebagian besar pasien biasanya dapat sembuh dengan
sempurna secara spontan dalam waktu kurang dari 6
bulan.
Pemberian suspensi trombosit dapat dilakukan bila:
Jumlah trombosit <20.000/uL dengan perdarahan berulang
(contoh:epistaksis)
Perdarahan retina
Perdarahan berat (epistaksis yang memerlukan tampon,
hematuria, perdarahan organ dalam)
Bila jumlah trombosit <50.000/uL tapi ada kecurigaan/pasti
perdarahan intracranial
Ingin menjalani operasi dengan jumlah trombosit
<150.000/uL
Kortikosteroid menghambat penghancuran trombosit
dalam system retikuloendotel dan mengurangi
pembentukan antibody terhadap trombosit, serta
mempunyai efek stabilisasi kapiler yang dapat
mengurangi perdarahan
Kortikosteroid yang biasa digunakan adalah prednisone
dengan dosis 1-4mg/kg/24jam.
Pengobatan dengan kortikosteroid ini diteruskan sehingga
terjadi peningkatan trombosit >20,000/ul.

Lini Pertama
IVIG menyebabkan blockade pada system
retikuloendoteliel dan dapat meningkatkan jumlah
trombosit dalam waktu cepat, umumnya dalam 48 jam.
IVIG menjadi pilihan untuk ITP dengan perdarahan yang
serius.
Efek samping = sakit kepala dan muntah, iritasi
meningeal dan hemiplegia sementara.
Dosis 0,4g/kg/hari selama 5 hari.
Namun penelitian terbaru ada mengatakan bahwa lebih
baik diberikan dalam dosis tunggal 0,8g/kg/hari
selama1-2 hari

Lini Pertama
Pengobatan dengan imunoglbulin anti-D efektif pada
anak dengan rhesus positif dan memiliki keuntungan
yaitu berupa suntikan tunggal dalam waktu singkat.
Dosis 50-75g/kg dapat meningkatkan trombosit kepada
>20,000/ul pada 80-90% pasien dalam 48-72 jam.

Lini Pertama
Digunakan apabila terjadi kegagalan pada terapi lini
pertama atau pasien intoleransi terhadap terapi lini pertama.
Immunosupresan bertindak pada level sel T.
Obat imunosupresan utama yang digunakan adalah
azathioprine, cyclophosphamide dan cyclosporine.
Rituximab merupakan antibody monoclonal yang
digunakan dalam pengobatan limfoma.
Kerjanya adalah menurunkan kadar sel B yang
memproduksi autoantibodi.
Dosis yang biasa digunakan adalah 375mg/m2 untuk 4
minggu

Lini Kedua
Seperti pada kasus yang telah diambil, pasien datang dibawa orangtuanya dengan keluhan
muncul bintik-bintik merah di kakinya (petekie) yang kemudian mulai muncul di kulit
kepala dan badan. Hal ini sesuai dengan teori di mana gejala pada ITP adalah timbulnya
ptekie atau perdarahan secara tiba-tiba tanpa ada sebab yang lain.
Orangtua pasien mengatakan pasien ada mengalami batuk pilek 4 minggu sebelumnya
namun sudah sembuh. Menurut teori, ITP akut memang sering didahului dengan riwayat
batuk pilek atau infeksi virus kira-kira 3-4 minggu sebelum timbulnya manifestasi klinis
ITP.
Suhu pasien masih di batas normal. Menurut teori pada ITP akut, pasien yang menderita ITP
sering tidak disertai dengan gejala sistemik yang lain seperti demam.
Setelah dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil trombosit 3,000/uL dan tidak
disertai kelainan sistemik lainnya. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada pasien dengan
ITP didapatkan penurunan drastik dari trombosit (<10.000) tanpa adanya kelainan pada
pemeriksaan darah yang lainnya.
Terapi yang telah diberikan oleh DPJP adalah transfusi suspensi trombosit dan somerol
(methylprednisolone). Terapi methylprednisolone sesuai dengan teori, namun untuk terapi
transfusi suspensi trombosit tidak sesuai dengan teori karena menurut teori, transfusi
suspensi trombosit tidak bermanfaat karena trombosit yang dimasukkan akan langsung

Analisa Kasus
dirusak.
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) merupakan
kelainan yang sering terjadi pada anak, dengan manifestasi
klini terjadi perdarahan seperti petekie, purpura, atau
perdarahan mukosa, tanpa ditemukan gejala sistemik yang
lainnya. ITP sering terjadi secara akut dan tiba-tiba pada anak
yang sihat, yang mungkin telah mengalami infeksi virus 1-3
minggu sebelumnya.
Terapi yang digunakan adalah dengan menggunakan
pengobatan lini pertama yaitu kortikosteroid dahulu. Terapi
lini kedua dan terapi pembedahan sering untuk penderita ITP
yang sangat kronis

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai