Anda di halaman 1dari 49

Peristiwa penting yang

dialami oleh setiap orang

Perlu dicatat dan


dikukuhkan negara

PELAPORAN KEMATIAN

AKTA KEMATIAN
PELAPORAN Dasar Hukum
KEMATIAN

Peraturan Bersama
UU No. 23 Tahun
Menteri Kesehatan
2006 tentang dan Menteri Dalam
Administrasi Negeri No. 15
Kependudukan Tahun 2010

Kesadaran masyarakat
untuk mengurus akta
Kurang
kematian masih rendah pemahaman?
AKTA KEMATIAN

Bukti otentik kematian Data dasar


bidang kesehatan

Penetapan ahlli waris

Pensiunan

Tunjangan kecelakaan

Klaim asuransi
AKTA KEMATIAN

SURAT
KEMATIAN

PERAN
DOKTER
Dasar Hukum Pelaporan Kematian

UU No. 23 Tahun 2006


tentang Administrasi Kependudukan
PP No. 37 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006
Perpres No. 25 Tahun 2008
tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Kesehatan No.15 Tahun 2010
tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab
Kematian
Pelaporan dan Pencatatan Kematian

UU no. 23 Tahun 2006

Setiap penduduk wajib melaporkan Peristiwa


Kependudukan dan Peristiwa Penting yang
dialaminya kepada Instansi Pelaksana
dengan memenuhi persyaratan yang
diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil
Pencatatan Pelaporan Lahir Mati

Syarat:
surat pengantar RT dan RW
keterangan lahir mati dari dokter/bidan/penolong kelahiran

Kepala Desa/Kelurahan atas nama Instansi Pelaksana

Surat Keterangan Kematian

Data Kependudukan di Kecamatan


Tata Cara Pencatatan Kematian

Formulir Pelaporan Kematian Kantor Kepala Desa/Kelurahan


+
Persyaratan:
Surat Pengantar dari RT & RW
dan/atau Surat Keterangan Kematian
Keterangan kematian dari dokter
atau paramedis

Instansi Pelaksana

Database Kependudukan

Akta Kematian
Tata Cara Pencatatan Kematian Bagi Orang Asing

Formulir Pelaporan Kematian Instansi Pelaksana


+
Persyaratan:
Keterangan kematian dari dokter
atau paramedis Akta Kematian
Fotokopi KK dan KTP
Fotokopi Surat Ket. Tempat Tinggal
Fotokopi Paspor

Pelaporan Instansi Pelaksana


Database Kependudukan
Tempat Domisili
Tempat Domisili
Pencatatan Pelaporan Kematian Seseorang Yang
Hilang atau Mati Yang Tidak Ditemukan
Jenazahnya dan/atau Tidak Jelas Identitasnya

Formulir Pelaporan Kematian


+
Persyaratan: Instansi Pelaksana
KK
Surat Ket Catatan Kepolisian
Salinan Penetapan Pengadilan Akta Kematian

Database Kependudukan
Pencatatan Pelaporan Kematian WNI
di Luar NKRI

Formulir Pelaporan Kematian Pejabat Konsuler


+
Syarat :
Surat Keterangan Kematian dari negara setempat Data kematian WNI
Fotocopi paspor RI Surat Ket Kematian
dan/atau identitas lainnya dari negara setempat

Database Kependudukan Instansi Pelaksana


ditempat domisili
Pencatatan Pelaporan Kematian Seseorang Yang
Hilang atau Mati yang Tidak Ditemukan Jenazahnya
dan/atau Tidak Jelas Identitasnya di Luar NKRI

Formulir Pelaporan Kematian


+ Pejabat Konsuler
Syarat :
Surat Ket Kepolisian/Instansi lain
di negara setempat Akta Kematian

Instansi Pelaksana

Data Kematian
Aspek Hukum Surat Kematian

FUNGSI AKTA
Fungsi Formil (formalitas causa)
Akta berfungsi untuk lengkapnya atau sempurnanya
suatu perbuatan hukum jadi bukan sahnya
perbuatan hukum.

Fungsi Alat Bukti (probationis causa)


Akta mempunyai fungsi sebagai alat bukti, karena
sejak awal akta tersebut dibuat dengan sengaja
untuk pembuktian di kemudian hari.
Kekuatan Pembuktian Akta

1. Kekuatan pembuktian lahir
kekuatan pembuktian yang didasarkan pada
keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya.
2. Kekuatan pembuktian formil
memberikan kepastian tentang peristiwa
bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan
melakukan apa yang dimuat dalam akta.
3. Kekuatan pembuktian materiil
memberikan kepastian tentang materi suatu
akta.
3 Macam Surat dalam Hukum Perdata


Surat biasa
Akta di bawah tangan
Akta otentik

Surat Kematian = Akta di Bawah Tangan


Akta Kematian = Akta Otentik
Menurut KUHPerdata
Pasal 1867 - 1880

Akta di bawah tangan
cara pembuatan dan terjadinya tidak dilakukan oleh dan atau
di hadapan pejabat pegawai umum, tetapi cukup oleh pihak
yang berkepentingan saja

Akta otentik
cara pembuatan atau terjadinya akta tersebut dilakukan oleh
dan atau dihadapan pejabat pegawai umum (seperti Notaris,
Hakim, Panitera, Juru Sita, Pegawai Pencatat Sipil)
Akta kematian umum
Yaitu akta kematian yang diperoleh sebelum
melampaui batas waktu pelaporan (10 hari untuk WNI
dan 3 hari untuk WNA)
Akta kematian istimewa
Yaitu akta kematian yang diperoleh setelah lewat batas
waktu pelaporan dengan penetapan Pengadilan Negeri
setempat bagi WNI keturunan dan WNA.
Akta kematian diperlukan sebagai syarat untuk:
Mengurus penetapan ahli waris berdasarkan hukum
Mengurus pensiunan bagi ahli waris
Mengurus uang duka, tunjangan kecelakaan, klaim asuransi
Persyaratan untuk melaksanakan perkawinan kembali
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

MENINGGAL DI RUMAH
Syarat-syaratnya yaitu:
1. Surat Keterangan / Pengantar Kematian Kelurahan diperoleh dari model lembaran Dinas
Pendaftaran Penduduk (DPP 5) yang dicatat di Kantor Kelurahan dilampiri dengan :
Surat Keterangan kematian dari dokter asli (Bila meninggal di rumah cukup surat
keterangan dari RT/RW)
Surat kematian dari Lurah asli
Foto Copy Akta Perkawinan/Surat Nikah
Foto Copy Akta Kematian suami/istri, bila salah satu ada yang meninggal dunia
Foto Copy SKBRI dan GANTI NAMA bagi WNI keturunan
Foto Copy STMD, Imigrasi, Pasport yang masih berlaku
Foto Copy KSK dan KTP yang masih berlaku
Saksi 1 orang dengan melampirkan Foto Copy KTP yang masih berlaku (khusus bagi
pribumi)
Harus didaftarkan sendiri oleh ahli warisnya.
Biaya bagi WNI = Rp 2500,00 WNA = Rp 5000,00
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

2. Surat Pengantar Kematian dari Kelurahan dilegalisir di Kantor Catatan Sipil guna
kelengkapan Surat Kematian dan Peralihan Hak Waris. Persyaratan yang harus dipenuhi :
Penduduk WNI:
- Surat Kematian (visum) dari dokter/petugas kesehatan (Asli). Bila mati di rumah cukup
surat keterangan dari RT/RW
- Surat Keterangan Kematian dari Lurah (Asli)
- KTP dan KK yang bersangkutan (Asli)
- Fotocopy Kutipan Akta Kelahiran yang meninggal (bagi yang memiliki),dengan
memperlihatkan dokumen aslinya.
- Fotocopy Kutipan Akta Kelahiran yang meninggal (bagi yang memiliki),dengan
memperlihatkan dokumen aslinya.
- Fotocopy Kutipan Akta Perkawinan/Akta Nikah yang meninggal (bagi yang kawin),dengan
memperlihatkan dokumen aslinya.
- Fotocopy Bukti/Ketetapan Ganti Nama (apabila sudah ganti nama),dengan
memperlihatkan dokumen aslinya.
- Surat pernyataan/keterangan hubungan keluarga dengan yang meninggal dan diketahui
oleh Lurah Setempat
- Nama dan identitas dua orang saksi yang memenuhi persyaratan (berumur 21 tahun
keatas)
- Surat kuasa Pengisian Biodata bermaterai Rp. 6000,- bagi yang dikuasakan, dan fotocopy
KTP Penerima Kuasa
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

Penduduk WNA:
- Surat kematian (visum) dari dokter/petugas kesehatan (Asli)
- Surat Keterangan Kematian dari Kepala Dinas (Asli)
- Fotocopy Kutipan Akta Kelahiran yang meninggal (bagi yang memiliki)
- Fotocopy Kutipan Akta Perkawinan yang meninggal (bagi yang kawin)
- KTP dan KK yang bersangkutan, bagi WNA dengan status Tinggal Tetap
- SKTT yang bersangkutan, bagi WNA dengan status Tinggal terbatas
- Dokumen imigrasi yang bersangkutan, bagi WNA pemegang ijin singgah atau visa
kunjungan
- Surat Kuasa Pengisian Biodata bermaterai Rp.6000,- bagi yang dikuasakan, dan
fotocopy KTP penerima Kuasa.
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

MENINGGAL DI RUMAH SAKIT


Diperlukan persyaratan :
1. Surat Keterangan/Pengantar Kematian Kelurahan diperoleh dari model lembaran Dinas
Pendaftaran Penduduk (DPP 5) yang dicatat di Kantor Kelurahan dilampiri dengan:
- Surat Keterangan kematian dari Rumah Sakit yang bersangkutan
- Surat Kematian dari Lurah asli
- Foto copy Akta Perkawinan/Surat Nikah
- Foto Copy Akta Kematian suami/istri, bila salah satu ada yang meninggal dunia
- Foto Copy Akta Kelahiran salah satu anaknya
- Foto Copy SKBRI dan GANTI NAMA bagi WNI keturunan
- Foto Copy STMD, Imigrasi, Pasport yang masih berlaku
- Foto Copy KSK dan KTP yang masih berlaku
- Saksi 1 orang dengan melampirkan Foto Copy KTP yang masih berlaku (khusus bagi
pribumi)
- Harus didaftarkan sendiri oleh ahli warisnya
- Biaya bagi WNI = Rp 2500,00 WNA = Rp 5000,00
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

2. Surat Pengantar Kematian dari Kelurahan dilegalisir di Kantor Catatan Sipil guna kelengkapan
Surat Kematian dan Peralihan Hak Waris. Persyaratan yang harus dipenuhi:
Penduduk WNI :
Surat Kematian (visum) dari dokter/petugas kesehatan (Asli)
Surat Keterangan Kematian dari Lurah (Asli)
KTP dan KK yang bersangkutan (Asli)
Foto Copy Kutipan Akta Kelahiran yang meninggal (bagi yang memiliki), dengan
memperlihatkan dokumen aslinya.
Foto Copy Kutipan Akta Perkawinan/Akta nikah yang meninggal (bagi yang kawin),
dengan memperlihatkan dokumen aslinya.
Foto Copy Bukti/Ketetapan Ganti Nama (apabila sudah ganti nama), dengan
memperlihatkan dokumen aslinya
-Surat pernyataan/keterangan hubungan keluarga dngan yang meninggal dan diketahui
oleh Lurah Setempat
Nama dan identitas dua orang saksi yang memenuhi persyaratan (berumur 21 tahun
keatas)
Surat Kuasa Pengisian Biodata bermaterai Rp.6000,- bagi yang dikuasakan, dan foto copy
KTP Penerima Kuasa
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

Penduduk WNA
Surat Kematian (visum) dari dokter/petugas kesehatan (Asli) di Rumah Sakit yang
bersangkutan
Surat Keterangan Kematian Kematian dari Kepala Dinas (Asli)
Foto copy Kutipan Akta Kelahiran yang meninggal (bagi yang memiliki)
Foto copy Kutipan Akta Perkawinan yang meninggal (bagi yang kawin)
KTP dan KK yang bersangkutan, bagi WNA dengan status Tinggal Tetap
SKTT yang bersangkutan, bagi WNA dengan status Tinggal terbatas
Dokumen imigrasi yang bersangkutan, bagi WNA pemegang ijin singgah atau visa
kunjungan
Surat Kuasa Pengisian Biodata bermaterai Rp.6000,- bagi yang dikuasakan, dan
foto copy KTP penerima Kuasa.
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

MENINGGAL SELAIN DI RUMAH ATAU DI RUMAH SAKIT


Untuk WNI baik pribumi maupun keturunan dilakukan prosedur melalui pihak
yang berwajib sebagai berikut.
Meninggal tanpa identitas
jenazah menjadi tanggung jawab pihak yang berwajib untuk diupayakan
pencarian identitasnya melalui pembuatan visum et repertum oleh dokter
dan surat keterangan kematian dari instasi kesehatan dimana jenazah
diperiksa.
Jika tetap tidak diketahui setelah usaha di atas akta kematian tidak
dapat diterbitkan.
Prosedur Pembuatan Akta Kematian

Meninggal dengan identitas


jenazah akan menjadi tanggung jawab pihak yang berwajib untuk diperiksa sebab
kematiannya melalui visum et repertum dibuatkan surat kematian dari instansi
kesehatan dimana jenazah diperiksa akta kematian dapat diterbitkan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil di kota dimana yang bersangkutan meninggal,
disertai :
- Berkas-berkas berupa pengantar dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(untuk yang meninggal di luar kota)
- Sertipikat Kematian asli dari kelurahan dimana yang bersangkutan berdomisili
- Fotokopi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia.
- Surat keterangan ganti nama (bagi WNI keturunan),
- KTP
- Kartu Keluarga
- Surat Nikah
- Akta kelahiran
- Ahli waris tetap harus disertakan dalam berkas tersebut.
SURAT KEMATIAN

Surat pernyataan yang menerangkan bahwa


seseorang telah meninggal dunia

UU no. 23 Tahun 2006

Perda Kota Surabaya No. 2 Tahun 2007


Pihak yang Berwenang
Memberikan Surat Kematian

1 Kepala Rumah Sakit


Dalam kondisi normal

2 Dokter

3 Paramedis Bila tidak ada dokter

Kematian terjadi di
4 Kepala Desa / Lurah
tempat domisili

Kematian tidak jelas


5 Kepolisian
identitas / tidak wajar
Manfaat Surat Kematian

Bukti meninggal dunia

Sumber informasi penyebab kematian seseorang

Sebagai izin penguburan pada kasus tertentu

Sebagai syarat pembuatan akta kematian

Sumber data statistik mortalitas


FORMAT SURAT KEMATIAN
(PERBANDINGAN BEBERAPA RUMAH
SAKIT)
Nama dan alamat instansi
Judul surat keterangan
Identitas pasien yang diberi keterangan
Isi keterangan
Tempat dan tanggal pembuatan surat keterangan
Nama lengkap dan tanda tangan dokter yang
memberi surat keterangan
Cap resmi praktik/instansi kesehatan
Contoh Surat Kematian RUMAH SAKIT SEKALI
Jln. Lingkar Utara Sekali 55524
Telp. (0741) 896448
No. ./SKD/2012
SURAT KEMATIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini dokter dari Rumah Sakit Sekali menerangkan dengan
sesungguhnya, bahwa:
Nama : Tn. X No. RM: 209
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Merak rt 09 no 4 kasang Sekali
Pekerjaan : PNS
Mulai dirawat : 24 Januari 2009 di Unit: Penyakit Dalam
Pada hari: Kamis tanggal: 29 Januari 2009 jam: 01.30 WIB
TELAH MENINGGAL DUNIA,
karena penyakit yang tidak termasuk dalam Undang-Undang Penyakit Menular.

Semarang,.

Dokter yang merawat

(. )
RS DR KARIADI SEMARANG
RS DR HASAN SADIKIN BANDUNG
RUMAH SAKIT UMUM PANDEGLANG
RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM
DOKTER PRAKTIK SWASTA
KLAIM ASURANSI
Perbandingan surat kematian dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia

RS Dr Hasan RSU
RS Dr Kariadi RS Awal Bros Dokter Praktik
Keterangan Sadikin Pandeglan Klaim Asuransi
Semarang Batam Swasta
Bandung g
Tidak lengkap Tidak lengkap
Nama dan alamat dengan alamat dengan alamat

instansi dan nomor dan nomor
telepon telepon
Terdapat judul Terdapat Terdapat judul
Judul keterangan tanpa Nomor judul tanpa tanpa Nomor
Surat Nomor Surat Surat
Identitas Identitas
Identitas pasien yang Identitas tanpa
tanpa tanpa
diberi keterangan Pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan
Tidak dengan Tidak
dengan dengan
dengan lengkap diagnosa lengkap
Isi keterangan diagnosa diagnosa tidak
diagnosa dengan tidak sesuai dengan
sesuai ICD-10 sesuai ICD-10
diagnosa ICD-10 diagnosa
Tempat dan tanggal
pembuatan Tidak ada
keterangan
Nama lengkap dan

tanda tangan dokter
Cap resmi
Tidak ada Dicap oleh
praktik/instansi
cap resmi Kepolisian
kesehatan
Ditandatanga Terdapat
ni juga oleh penyebab
Lain-Lain
petugas kematian tidak
kamar jenazah alamiah
ICD-10

Klasifikasi penggolongan (kategori) dimana kesatuan


penyakit disusun berdasarkan kriteria yang
penyakit telah ditentukan

mendapatkan rekaman sistematik, melakukan


analisa, interpretasi serta membandingkan data
Tujuan morbiditas dan mortalitas dari negara yang
berbeda atau antar wilayah dan pada waktu
yang berbeda

Digunakan untuk menterjemahkan diagnosa penyakit


dan masalah kesehatan dari kata-kata menjadi kode
alfanumerik yang akan memudahkan penyimpanan,
mendapatkan data kembali dan analisa data.
ICD-10

Disahkan oleh Majelis


Mulai digunakan di negara
Kesehatan Dunia ke-43
anggota WHO sejak 1994
pada bulan Mei 1990

Peraturan Nomenklatur WHO 1967

Penggunaan ICD dalam revisinya yang terbaru untuk kematian dan


statistik morbiditas untuk mengklasifikasikan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya yang direkam pada banyak jenis catatan
kesehatan dan termasuk sertifikat kematian dan catatan kesehatan
Daftar Kode Penyakit ICD-10
I A00 B99 INFEKSI DAN PARASIT
II C00 C99 NEOPLASMA GANAS
D00 D48 NEOPLASMA IN SITU DAN JINAK
III D50 D89 PENYAKIT DARAH DAN ALAT PEMBUAT DARAH, MEKANISME IMUN
IV E00 E90 PENYAKIT ENDOKRIN, NUTRISI DAN METABOLIK
V F00 F99 GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU
VI G00 G99 PENYAKIT SUSUNAN SYARAF
VII H00 H59 PENYAKIT MATA DAN ADNEXA
VIII H60 H95 PENYAKIT TELINGA DAN PROSES MASTOID
IX I00 I99 PENYAKIT PEMBULUH DARAH
X J00 J99 PENYAKIT SALURAN NAFAS
XI K00 K93 PENYAKIT SALURAN CERNA
XII L00 L99 PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN BAWAH KULIT
XIII M00 M99 PENYAKIT OTOT DAN JARINGAN IKAT
XIV N00 N99 PENYAKIT SISTEM KEMIH KELAMIN
XV O00 O99 KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
XVI P00 P96 KONDISI TERTENTU BERAWAL DARI MASA PERINATAL
XVII Q00 Q99 MALFORMASI BAWAAN, DEFORMASI DAN ABNORMALITAS KROMOSOM
XVIII R00 R99 GEJALA, TANDA DAN HASIL PEMERIKSAAN KLINIS DAN LABORATORIK ABNORMAL
XIX S00 T98 CEDERA, KERACUNAN DAN FAKTOR EXTERNAL
XX V01 Y98 PENYAKIT DAN KEMATIAN AKIBAT FAKTOR EXTERNAL
XXI Z00 Z99 FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA STATUS KESEHATAN DAN KONTAK
DENGAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
XXII U00-U99 KODE UNTUK PENGGUNAAN KHUSUS
Manfaat Sistem Koding ICD-10

Mengukur kualitas, keamanan dan perawatan


Mengurangi kebutuhan untuk menjelaskan kondisi
pasien
Melakukan penelitian, studi epidemiologi, dan uji
klinis
Menentukan kebijakan kesehatan
Mendukung perencanaan operasional dan strategis
Desain sistem pemberian perawatan kesehatan
Meningkatkan kinerja klinis, keuangan, dan
administrasi
Mencegah dan mendeteksi penipuan perawatan
kesehatan dan penyalahgunaan
Contoh penulisan Coding ICD 10
ICD-10 Coding
Bab No -
Blok Nomor A00-A09
Kode 3-digit A01
(Nama) (Demam tifoid dan paratifoid)
Kode 4-digit A01.1
(Nama) (Demam paratifoid)
Nama dokter Dr. X
Pelaporan kematian di Indonesia merupakan kewajiban bagi seluruh
penduduk Indonesia dan diatur dalam UU No. 23 Tahun 2006, PP
No. 37 Tahun 2007, Perpres No. 25 Tahun 2008, Peraturan Bersama
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2010
Syarat pelaporan kematian untuk mendapatkan akta kematian
adalah surat keterangan kematian dari dokter, surat kematian dari
Lurah, fotocopy akta perkawinan/surat nikah, fotocopy akta kematian
suami/istri (bila salah satu ada yang meninggal dunia), fotocopy
SKBRI dan GANTI NAMA bagi WNI keturunan, fotocopy STMD,
imigrasi, pasport yang masih berlaku, fotocopy KSK dan KTP yang
masih berlaku.
Surat kematian adalah surat pernyataan yang menerangkan bahwa
seseorang telah meninggal dunia.
Manfaat surat kematian adalah sebagai bukti meninggal dunia,
sumber informasi mengenai penyebab kematian, sebagai izin
penguburan pada kasus tertentu, sebagai syarat pembuatan akta
kematian, dan sebagai sumber data statistik mortalitas
Format surat kematian terdiri atas nama dan alamat instansi, judul
surat keterangan, identitas pasien yang diberi keterangan, isi
keterangan, tempat dan tanggal pembuatan surat keterangan, nama
lengkap dan tanda tangan dokter yang memberi surat keterangan,
kemudian cap resmi praktik/instansi kesehatan.
Dalam penulisan diagnosis pada surat kematian, dari enam contoh
surat kematian dari sumber yang diperoleh, hanya satu surat
keterangan kematian yang dituliskan dengan ketentuan ICD 10.
ICD 10 adalah klasifikasi standar diagnosis internasional yang telah
ditetapkan WHO. ICD 10 merupakan informasi diagnostik yang
sitematis dalam interpretasi penyakit untuk tujuan klinis. Dengan
menuliskan diagnosis penyakit sesuai ketentuan ICD 10 maka kita
dapat menterjemahkan diagnosis penyakit dan masalah kesehatan
dari kata-kata menjadi kode alfanumerik yang memudahkan
penyimpanan, mendapatkan data kembali, dan analisa data.
1. Bagi rumah sakit serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Hendaknya rumah sakit serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pelaporan kematian
sejak dari kamar jenazah atau pengurus RT/RW. Dapat pula dijalin
kerjasama antara rumah sakit serta Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil agar setiap orang yang meninggal dirumah sakit dapat langsung
diproses akta kematiannya.
2. Bagi instansi yang menerbitkan surat keterangan kematian
Format surat kematian yang diterbitkan oleh instansi yang pada
kenyataanya belum lengkap hendaknya dapat dilengkapi agar informasi
mengenai instansi dan keterangan kematian dapat semakin jelas.
3. Bagi dokter yang memberikan surat keterangan kematian
Dokter diharapkan dapat menuliskan diagnosis penyebab kematian
dengan ICD 10 karena ICD 10 merupakan standar diagnosis
internasional sehingga dapat mempermudah penyimpanan,
mendapatkan kembali data, dan analisa data.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai