Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI DAN

ETIOLOGI
ASMA BRONKIAL
EPIDEMIOLOGI
- anak laki-laki lebih sering daripada perempuan,
- setelah pubertas, perempuan sedikit lebih sering, sekitar 8%
dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat memiliki
tanda dan gejala yang konsisten dengan diagnosis asma
(300 juta di seluruh dunia),
- biasanya terjadi sejak kecil,
- prevalensi meningkat lebih dari 45% sejak akhir 1970-an,
- peningkatan cepat terjadi pada negara yang baru
mengadopsi gaya hidup industrial.
ETIOLOGI
- belum diketahui pasti,
- diperkirakan disebabkan oleh interaksi antara
faktor genetik dan faktor yang didapat
(pencetus dapat berupa infeksi, polusi, dan
alergi).
FAKTOR RESIKO UMUM
paparan alergen (tungau debu rumah, bulu
binatang, kecoa, serbuk sari, dan jamur >>
hipersensitivitas tipe I),
pekerjaan (toluen diisosianat >> pembuatan
plastik; metilik anhidrida >> resin untuk lem,
cat, dan lain-lain)
iritasi (asap rokok, GERD)
infeksi saluran pernapasan (virus
>> menurunkan ambang rangsang vagal
subepitelial),
olahraga (CO2 >> kemoreseptor pada arcus aorta dan sinus
caroticus medula oblongata korteks medula spinalis
saraf efektor otot pernapasan; suhu >> termoreseptor N.
Vagus otak N. Vagus motorik asetilkolin depolarisasi Ca
pecahnya sel mast karena deposit kalsium bertambah di
dalam sel itu histamin merupakan amin vasoaktif
bronkokonstriksi dan edema bronkus karena peningkatan
permeabilitas vaskular),
ekspresi emosional yang kuat (meningkatkan rangsangan
vagal >> parasimpatis),
bahan kimia dan obat-obatan (aspirin >> jalur siklooksigenase
dihambat jalur lipoksigenase berlebihan leukotrien; beta-
blocker menghambat adrenoreseptor beta-2 di paru-paru
yang berfungsi untuk bronkodilatasi, reseptor beta-1 terdapat
di jantung).
PPOK
EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO)
tahun 1990 PPOK menempati urutan keenam sebagai penyebab
kematian di dunia
tahun 2002 PPOK menempati urutan kelima sebagai penyebab
kematian di dunia
tahun 2030 PPOK akan menempati urutan ketiga sebagai
penyebab kematian di dunia

Prevalensi dari PPOK meningkat, tahun 1994 kira-kira 16,2 juta


laki-laki dan perempuan menderita PPOK di Amerika dan lebih
dari 52 juta individu di dunia
Berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES)
tahun 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki
peringkat kelima sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari
10 penyebab kesakitan utama.

SKRT DEPKES 1992 menunjukkan angka kematian karena asma,


bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat keenam
dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia.

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan


bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sebanyak 3,7%.
ETIOLOGI
1. Kebiasaan merokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking
control, rokok adalah penyebab utama timbulnya COPD.
Secara pisiologis rokok berhubungan langsung dengan
hiperflasia kelenjar mukaos bronkusdan metaplasia
skuamulus epitel saluran pernapasan. Juga dapat
menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton &
Doouglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel
rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
a. Riwayat Perokok : 1. Perokok Aktif
2. Perokok Pasif
3. Bekas Perokok
2. Polusi udara
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan
brokhitis adalah zat pereduksi seperti O2, zat-zat
pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid dan
ozon.
a. Polusi di dalam ruangan : asap rokok
asap kompor
b. Polusi di luar ruangan : Gas buang kendaranan
bermotor
Debu jalanan
c. Polusi tempat kerja ( bahan kimia, zat iritasi, gas
beracun)
3.Riwayat infeksi saluran nafas
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada
seorang penderita bronchitis koronis hamper
selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah, serta menyebabkan kerusakan paru
bertambah. Ekserbasi bronchitis koronis
disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus, yang kemudaian menyebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri.
4. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin
PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia
Hasil pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan di Balai
HIPERKES dan Keselamatan Kerja Sulawesi Selatan
pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja di 8
perusahaan, diperoleh hasil sebesar 45% responden
yang mengalami restrictive (penyempitan paru), 1%
responden yang mengalami obstructive (penyumbatan
paru-paru), dan 1% responden mangalami combination
(gabungan antara restrictive dan obstructive).
Pada penelitian Darma Setyakusuma dkk pada
pengaruh debu besi terhadap kesehatan paru-
paru pekerja pabrik besi PT. Krakatau Steel,
Cilegon (1985) mendapatkan bronkitis industri
sebesar 11,9 % pada kelompok terpajan dan pada
kelompok tidak terpajan. Pada penelitian Ria
Faridawati,dkk (1955) melaporkan prevalensi
bronchitis kronis 14 % (42 orang dari 150 orang)
dan 0,33 % (20 orang dari 150 orang) yang diteliti
pada pekerja di PT. Krakatau Steel Cilegon.
ETIOLOGI
1. Silikosis
- penambang timah hitam, tembaga, perak dan emas
- penambang batubara tertentu (misalnya peledak
atap)
- pekerja pengecoran logam
- pembuat tembikar
- pemotong batu pasir atau granit
- pekerja terowongan
Paru-paru hitam, ditemukan pada pekerja batubara
2. Beriliosis terjadi pada pekerja ruang angkasaPneumokoniosis
jinak
- tukang las
- penambang besi
- pekerja barium
- pekerja timahAsma akibat pekerjaan terjadi pada orang-
orang yang bekerja dengan:
- gandum
- kayu cedar merah dari daerah barat
- kacang kastor
- pewarna
- antibiotik
- damar
- teh
- enzim-enzim yang digunakan pada pembuatan sabun cuci,
gandum dan bahan-bahan kulit
3. Bissinosis terjadi pada pekerja yang mengolah:
- kapas
- rami
- goni
- tanaman yang menghasilkan serat dan biji-bijian
Penyakit Silo filler ditemukan pada petani.Asbestosis
- pekerja yang menambang, menggiling atau
mengolah asbes
- pekerja galangan kapal
- pekerja bangunan yang memasang atau membuang
bahan-bahan yang mengandung asbes

Anda mungkin juga menyukai