Anda di halaman 1dari 65

Efusi Pleura Dextra

Pembimbing : dr. Widiati Rahayu Sp.P


Oleh : Merisa Arvina
IDENTITAS
- Nama : nn. M
- Umur : 21 tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Alamat : Perum Buring indah Regency
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Agama : Islam
- No RM : 143877
- Tanggal masuk RS : 26 april 2017
- Tanggal pemeriksaan : 29 april 2017
- Tanggal keluar RS : 02 Mei 2017
ANAMNESA
Autoanamnesa
Keluhan utama : Batuk
Riwayat penyakit sekarang :Pasien mengeluh
batuk sudah >1 bulan yang lalu. Batuk dirasakan
memberat saat malam hari, dan pada saat
aktivitas, dan mereda saat istirahat. Batuk tidak
disertai dahak tetapi pasien mengatakan batuk
disertai rasa sesak. Pasien tidak tau pasti kapan
sesak pertama kali dirasakan. Sesak terasa lebih
ANAMNESA
Tidak pernah batuk darah. Pasien juga
merasakan demam sejak awal batuk
dirasakan. Demam dirasa naik turun.
Pasien mengeluh sering keringat dingin
ketika malam hari dan sering terbangun
juga karena itu.
ANAMNESA
Pasien mengatakan nafsu makan dan
minum normal. Pasien juga mengeluh ada
penurunan berat badan dalam sebulan ini
yang sebelumnya 50 kg menjadi 42 kg.Tidak
ada mual dan muntah. BAK lancar tidak ada
keluhan, BAB lancar tidak ada keluhan.
Badan terasa lemah dan mudah lelah.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi (-)
Riwayat penyakit kencing manis (-)
Riwayat Dispepsia (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat TB (-), kontak TB (-).
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi (-)
Riwayat penyakit kencing manis (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah MRS sebelumnya dan
hanya mengkonsumsi obat penurun panas
Riwayat OAT (-)
Riwayat Sosial
Tinggal di perumahan, dan dilingkungan
rumah pasien tidak ada yang sakit seperti
ini.

Status Gizi
BB 42 kg, TB 168 cm, IMT: 18.4 (kurus)
Riwayat Kebiasaan
Kopi (-)
Jamu (-)
Alkohol (-)
Tatto (-)
Narkoba (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 4/5/6
Vital Sign
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit (regular, kuat)
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,4 oC axilar
SP02 : 98%
Kepala / leher : Telinga
Bentuk : oval, simetris (+) Pendengaran : DBN
Warna rambut : hitam tidak
mudah rontok

Mata Hidung
Pupil : isokor Pernapasan cuping hidung
Reflek cahaya :+/+ (-)
Konjungtiva pucat : - Tidak ada hambatan
Ikterik :-
Mulut Thoraks
Purse lips breathing (-) Bentuk normochest
Bibir cianosis (-) penggunaan otot bantu
napas (-)
Lidah kotor (-) Pembesaran kelenjar
Leher getah bening aksilla (-)
Deviasi trakea (-)
JVP tidak meningkat
Pembesaran KGB (-)
Massa (-)
Paru Depan Belakang

Kanan Kiri Kanan Kiri

Inspeksi
Bentuk normochest normochest normochest normochest
Gerak nafas Sedikit simetris Sedikit simetris
tertinggal - tertinggal -
Penonjolan - - - -
Otot nafas bantuan - - - -
ICS normal normal normal normal
Pursed Lips Breathing -
Pink Puffer -
Blue bloter -
Palpasi
Gerak nafas tertinggal Simetris tertinggal simetris
ICS normal normal normal normal
Fremitus raba Melemah normal Melemah normal
Perkusi
Suara perkusi redup sonor redup sonor
Batas paru hati ICS VI Dextra

Auskultasi
Suara nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan menurun menurun
Ronkhi - - - -
+ + - -
+ - - -

Wheezing - - - -
- - - -
- - - -
Jantung
Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS V MCL S
Perkusi
Batas kiri : ICS V MCL S
Batas kanan : ICS IV PSL D
Pinggang jantung : ICS IV PSL S
Auskultasi
Suara jantung S1-S2 tunggal, reguler
Murmur (-)
Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Palpasi
Bentuk flat Dinding perut supel (+)
Umbilicus tidak Hepar tidak teraba
menonjol Lien tidak teraba
Ascites (-) Nyeri tekan (-) pada
seluruh lapang perut
Auskultasi
BU (+) 7 x/menit
Perkusi
Bruit (-) Meteorismus (-)
Shifting dullness (-)
Puddle sign (-)
Ekstremitas
Atas Bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri


Tremor - - - -

Edema - - - -

Varises - - - -

Reflek fisiologis + + + +

Reflek patologis - - - -

Jari tabuh - - - -

Kuku - - - -

rash - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium ( 26 april 2017)

Parameter Hasil Nilai rujukan


Hematologi
Hemoglobin 12,1 ( L : 14,4-17,5 ) / ( P : 12,0 15,3 g/dl )
Lekosit 6360 ( 4 10 ribu / cmm )
LED 86 ( 4-20 mm/1jam )
Diff count: -/-/63/30/7 (1-2/0-1/54-62/25-33/3-7)
eos/bas/neu
t/limpo/mon
o
Trombosit 528.000 ( 150 450 ribu )
PCV 36,7 ( 40 50 %)
Lab tanggal 26 april 2017

Parameter Hasil Nilai rujukan

Faal Ginjal :
Ureum 23 (15- 45 mg/dl)
Kreatinin 0,87 (0,7-1,4 mg/dl)
Faal Hati :
SGOT 23 (<33 U/L)
SGPT 11 (<42 U/L)
Lab tanggal 26 april 2017

Parameter Hasil Nilai rujukan

Faal Hati :
SGOT 23 (<33 U/L)
SGPT 11 (<42 U/L)
Analisa cairan pleura ( 06 Oktober 2016)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Transudat : 70-100 (mg/dl)
Glukosa 81
Eksudat : < 60 (mg/dl)

Jumlah Sel 4300


Poli 116 Transudat : < 1000 sel/ul (pleural)
Eksudat : > 1000 sel/ul (pleural)
Mono 4184
Rivalta ++
Foto thoraks PA
Soft tissue : normal
Skeletal : normal
Trakea : ditengah
Cor : kesan normal
Pulmo : corakan bronkovascular normal, hillus
kanan dan kiri normal, tampak infiltrate
di kedua lapangan paru, sudut
costophrenicus kiri tajam, kanan tampak
perselubungan
Hemidiafragma : kiri dome shape, kanan
mendatar
Kesimpulan : Efusi pleura dextra
Follow up 26 april 2017
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Pasien Mengeluh Batuk yang KU : Cukup 1.1 Susp. TB Paru 1. Inf. NS 0,9% 20 tpm
disertai sesak di rasakan hilang T: 110/60 mmHg 2. O2 2-4 tpm
timbul, sesak bertambah berat N: 88 x/mnit 2. Efusi Pleura 3. Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1
saat di lakukan aktifitas dan RR : 28 x/mnit 4. Neb. Combivent 3X1
5. Tab Codein 10 mg 3x1
berkurang saat istrahat , batuk S : 36, C axilla
6. Pungsi
tidak disertai dahak, dan A/I/C/D = -/-/-/-
7. Cek SPS
pasien juga mengeluh Kep/leher : dbn 8. Cek Lab
mersakan penurunan(+) Pusing Thoraks : 9. Analisis pleura
(-), mual (-), muntah(-), nafsu Cor = S1 S2 Tunggal reguler
makan menurun, minum(+) , Rh -/- Wh -/-
BAK(+), BAB (+) +/+ -/-
+/+ -/-
Abd :
-I : Flat
-Aus : BU + ,8x/menit
-Pa : Thympani
--Per : meteorismus (-)
: Shifting dullnes(-)
Ekstremitas :
Akral Dingin Edema
- - - -
- - - -
Follow up 27 Oktober 2016
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Pasien Mengeluh Sesak, batuk KU : Cukup 1.1 Susp. TB Paru 1. Inf. NS 0,9% 20 tpm
(+), batuk dahak, kehijauan, T: 130/70 mmHg 1.2 Pneumonia 2. O2 2-4 tpm
Pusing (-), mual (-), muntah(-), N: 98 x/mnit 3. Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1
Sulit tidur karena batuk, sering RR : 22 x/mnit 2. Efusi Pleura 4. Neb. Combivent
5. Tab Codein 10 mg 3x1
terbangun, menggigil, nafsu S : 38 C axilla
6. Tab Curcuma 3x1
makan menurun, minum(+) , A/I/C/D = +/-/-/-
7. Tab Paracetamol 500 mg
BAK(+), BAB (+) Kep/leher : dbn 3x1
Thoraks : 8. Cek SPS
Cor = S1 S2 Tunggal reguler
Rh -/- Wh -/-
+/+ -/-
+/- -/-
Abd :
-I : Flat
-Aus : BU + ,8x/menit
-Pa : Thympani
--Per : meteorismus (-)
: Shifting dullnes(-)
Ekstremitas :
Akral Dingin Edema
- - - -
- - - -
Follow up 28 Oktober 2016
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Pasien mengeluh demam, sesak KU : Cukup 1. Efusi Pleura 1. Inf. NS 0,9% 20 tpm
(+), batuk (+), batuk, dahak T: 110/60 mmHg 2. O2 2-4 tpm
pusing (-), mual (+), muntah(- N: 100 x/mnit 3. Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1
), Sulit tidur karena batuk, RR : 24 x/mnit 4. Neb. Combivent
5. Tab Codein 10 mg 3x1
keringat dingin (+), nafsu S : 38,2 C axilla
6. Tab Curcuma 3x1
makan menurun, minum(+) , A/I/C/D = +/-/-/-
7. Tab Paracetamol 500 mg
BAK(+), BAB (+) Kep/leher : dbn 3x1
Thoraks : 8. Pungsi pleura(200cc)
Cor = S1 S2 Tunggal reguler 9. Analisis Cairan Pleura
Rh -/- Wh -/-
+/+ -/-
+/- -/-
Abd :
-I : Flat
-Aus : BU + ,8x/menit
-Pa : Thympani
--Per : meteorismus (-)
: Shifting dullnes(-)
Ekstremitas :
Akral Dingin Edema
- - - -
- - - -
Follow up 29 april 2017
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Pasien mengeluh batuk (+), KU : Cukup 1. Efusi Pleura 1. Inf. NS 0,9% 20 tpm
sesak berkurang, demam T: 110/60 mmHg 2. O2 2-4 tpm
turun, pusing (-), mual (-), N: 96 x/mnit 3. Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1
muntah(-), makan (+), RR : 24 x/mnit 4. Tab Codein 10 mg 3x1
5. Tab Paracetamol 500 mg
minum(+) , BAK(+), BAB (+) S : 36,4 C axilla
3x1
A/I/C/D = +/-/-/-
Kep/leher : dbn
Thoraks :
Cor = S1 S2 Tunggal reguler
Rh -/- Wh -/-
+/+ -/-
-/- -/-
Abd :
-I : Flat
-Aus : BU + ,8x/menit
-Pa : Thympani
--Per : meteorismus (-)
: Shifting dullnes(-)
Ekstremitas :
Akral Dingin Edema
- - - -
- - - -
Follow up 30 april 2016
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Pasien mengeluh batuk (+), KU : Cukup 1. Efusi Pleura 1. Inf. NS 0,9% 20 tpm
sesak berkurang, demam (-), T: 110/60 mmHg 2. O2 2-4 tpm
pusing (-), mual (-), N: 98 x/mnit 3. Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1
muntah(+), Keringat dingin (+), RR : 24 x/mnit 4. Tab Codein 10 mg 3x1
makan (+), minum(+) , BAK(+), S : 36,5 C axilla
BAB (+) A/I/C/D = +/-/-/-
Kep/leher : dbn
Thoraks :
Cor = S1 S2 Tunggal reguler
Rh -/- Wh +/-
+/+ -/-
-/- -/-
Abd :
-I : Flat
-Aus : BU + ,8x/menit
-Pa : Thympani
--Per : meteorismus (-)
: Shifting dullnes(-)
Ekstremitas :
Akral Dingin Edema
- - - -
- - - -
Follow up 1 mei 2017
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Pasien mengeluh , batuk KU : Cukup 1. TB Paru 1. Inf. NS 0,9% 20 tpm
(+)tidak disertai dahak, T: 120/80 mmHg 2. O2 2-4 tpm
demam (-), pusing (-), mual (- N: 97 x/mnit 2. Efusi Pleura 3. Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1
), muntah(-), Sulit tidur karena RR : 25 x/mnit 4. Inj. Omeprazole prn
sesak, makan (+), minum(+) , S : 36,7 C axilla
BAK(+), BAB (+) A/I/C/D = +/-/-/-
Kep/leher : dbn
Thoraks :
Cor = S1 S2 Tunggal reguler
Rh -/+ Wh +/-
+/+ -/-
-/- -/-
Abd :
-I : Flat
-Aus : BU + ,8x/menit
-Pa : Thympani
--Per : meteorismus (-)
: Shifting dullnes(-)
Ekstremitas :
Akral Dingin Edema
- - - -
- - - -
Follow up 02 mei 2017
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
Pasien mengeluh sesak (-), KU : Cukup 1. Efusi Pleura 1. Inf. NS 0,9% 20 tpm
batuk (+), batuk dahak, T: 120/70 mmHg 2. O2 2-4 tpm
demam (-), pusing (-), mual (- N: 93 x/mnit 3. Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1
), muntah(-), makan (+), RR : 24 x/mnit 4. Tab Codein 10 mg 3x1
minum(+) , BAK(+), BAB (+) S : 36,5 C axilla
A/I/C/D = +/-/-/-
Kep/leher : dbn
Thoraks :
Cor = S1 S2 Tunggal reguler
Rh -/+ Wh +/-
+/+ -/-
-/- -/-
Abd :
-I : Flat
-Aus : BU + ,8x/menit
-Pa : Thympani
--Per : meteorismus (-)
: Shifting dullnes(-)
Ekstremitas :
Akral Dingin Edema
- - - -
- - - -
RESUME
Telah diperiksa pasien wanita
, usia 21 dengan keluhan
utama : Cough
Dari anamnesa di dapatkan
Dyspnue
Febris
Penurunan Berat Badan
Malaise
Neuralgia
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan
Vital sign
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,4 oC axilar
SP02 : 99% dengan nasal canule
Pulmo
Inspeksi: gerak nafas paru kanan tertinggal
Palpasi : fremitus raba paru kanan melemah
Perkusi : perkusi paru kanan redup
Auskultasi : rhonki di kanan dan kiri paru
Dari pemeriksaan
penunjang Analisa cairan
Hematologi Jumlah Sel 4300
Hemoglobin 12,1 Poli 116
LED 86 Mono 4184
PCV 36,7 Rivalta ++
SGOT 23
SGPT 11 Gen expert: -
Foto Thoraks PA
Kesimpulan : Efusi pleura dextra
Problem Clue List Problem List Diagnosa Kerja Planning Diagnosa Planning Terapi Planning
Monitoring
Anamnesa : 1. Cronic lung 1.1 susp.TB paru 1. Cek Sputum SPS 1. NS 20 tpm 1. KU
1. Perempuan 21 tahun disease 2. Foto thorax 2. Tab Paracetamol 500 2. TTV
2. Dyspnea 3. Cek LED mg 3x1 3. Status Gizi
3. Cough (chronic) 4. Cek gen expert 3. Tab Codein 10 mg
4. febris 3x1
5. Malaise
6. Anorexia
7. Keringat malam hari
8. Penurunan Berat
Badan
9. Rhonki

Lab:
Hemoglobin 12,1
Lekosit 6.360
Trombosit 528.000
PCV 38,9
LED 86

Foto thorax :
Kesimpulan :Efusi pleura dextra
Problem Clue List Problem List Diagnosa Kerja Planning Diagnosa Planning Terapi Planning
Monitoring
Anamnesa : 2. Pleural 2.1 Efusi pleura D 1. Foto thoraks 1. O2 nasal 4lpm 1. KU
1. Perempuan 21 tahun disease 2. Pungsi pleura 2. TTV
2. Dyspnea
3. Cough (chronic)
4. Demam
5. Keringat malam hari
6. Garak nafas paru
kanan tertinggal
7. Fremitus taktil paru
kanan melemah
8. Suara perkusi paru
kanan redup
9. Suara nafas paru
kanan menurun

Analisa cairan pleura:


Jumlah Sel 4300
Poli 116
Mono 4184
Rivalta ++

Foto thorax :
Kesimpulan :Efusi pleura
dextra
TB PARU

Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang


disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu
Mycobacterium tuberculosis.
(Pedoman Nasional PengendalianTuberkulosis, 2014)
Gejala TB PARU
Definisi pasien TB
Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji
biologinya dengan pemeriksaan mikroskop langsung, biakan atau tes diagnostic cepat yang
direkomendasi oleh Kemenkes RI (misalnya : GeneXpert)
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
d. Pasien TB esktraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA, biakan
maupun tes cepat dari contoh uji jaringan terkena
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis

Catatan : semua pasien yang memenuhi definisi tersebut diatas harus dicatat tanpa memandang apakah
pengobatan TB sudah dimulai apa belum

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Pasien TB terdiagnosis secara klinis

Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara baketriologis tetapi didiagnosis
sebagai pasien TB aktif oleh dokter.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
a. Pasien TB paru BTA negative dengan hasil pemeriksaan foro toraks mendukung TB
b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan histopatologis
tanpa konfirmasi bakteriologis
c. TB anak dengan sistim skoring

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Klasifikasi TB PARU
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA ) TB Paru dibagi dalam:

TB PARU BTA (+)


TB PARU (-)
Sekurang-kurangnya 2
dari 3 spesimen dahak Hasil Pemeriksaan dahak 3
menunukan hasil BTA (+) kali menunjukan BTA (-),
Hasil Pemeriksaan Satu gambaran Klinik dan
Spesimen dahak kelainan radiologik
menunjukan BTA (+) dan menunjukan TB aktif serta
Kelainan Radiologik tidak respons dengan
menunjukan TB aktif pemberian antibiotik
Hasil Pemeriksaan satu spektrum luas
spesimen dahak Hasil Pemeriksaan dahak 3
menunjukan BTA (+) dan kali menunjukan BTA (-)
biakan (+) dan biakan M.tuberculosis
(+)
Cara Penularan TB
TB BTA (+) 65 %
BTA (+) TB BTA (-) dengan
hasil kultur positif
BTA (-) 26%
TB dengan kultur
negatif dan foto
thorax positif 17%
Sumber Tingkat
penularan Penularan

Saat batuk Menyebarkan


Infeksi terjadi bila Udara atau kuman ke
orang lain udara dalam
menghirup udara
bersin bentuk dahak,
yang sekali batuk
mengandung menghasilkan
percik renik sekitar 3000
infeksius percikan
dahak

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Diagnosis
Sputum:
S Sewaktu pasien datang
berkunjung pertama kali
P Pagi kedua segera setelah
bangun tidur
S Sewaktu hari ke dua saat
menyerahkan dahak pagi
Penatalaksanaan

Tahapan pengobatan TB

Tahap awal : pengobatan diberikan setiap hari. Pengobatan tahap awal


pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan
regimen 2 HRZE
Tahap lanjutan : pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang
penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan
regimen 4(HR)3

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO ) Paduan OAT
yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah
:
Kategori 1 : 2 (HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA (S)/4-10 HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resitan obat di Indonesia terdiri
dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini 1 yaitu Pirazinamid dan Etambutol

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan TB

Pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.

Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau


kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan
dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi).

Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak


tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya
positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan
positif.
( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)
Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif
merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil
kemajuan pengobatan.

Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil


pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah
menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan tahap
lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami
konversi).

BTA positif, pemeriksaan ulang dahak selanjutnya


dilakukan pada bulan ke 5.
hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan hingga
seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan
pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir
pengobatan.
Efusi
Pleura
DEFINISI
Efusi pleura adalah terdapatnya cairan yang
berlebihan di dalam rongga pleura.
Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu
penyakit, sebab itu hendaknya dicari penyebabnya.
Beberapa penyakit yang menimbulkan efusi pleura
adalah tuberkulosis, infeksi paru, keganasan, sirosis
hati, trauma serta gagal jantung.
(Aslsagaff, H dan Mukty. 2010)
Produksi Cairan Pleura
Cairan pleura diproduksi oleh pleura parietalis dan
diabsorbsi pleura viceralis.
Cairan terbentuk dari filtrasi plasma melalui endotel
kapiler diabsorbsi oleh pembuluh limfe dan venula
pleura.
Pergerakan cairan pleura dari pleura parietal ke pleura
viceralis dapat terjadi karena adanya perbedaan
tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid plasma
(Aslsagaff, H dan Mukty. 2010)
Mekanisme terjadinya efusi pada
pasien ini
TB
Timbulnya cairan efusi disebabkan oleh
rupturnya fokus sub pleural dari jaringan
nekrosis perkijuan sehingga tuberkuloprotein
yang ada di dalamnya masuk ke rongga pleura,
menimbulkan reaksi hipersensitivitas reaksi tipe
lambat (Alsagaf, 2010)
Perbedaan transudat & eksudat
Jenis Pemeriksaan Transudat Eksudat
Rivalta -/+ +
Berat Jenis <1,016 >1,016
Protein < 3gr/100cc > 3gr/100cc
Rasio Protein Plasma dgn < 0,5 > 0,5
Protein Serum
LDH (Lactic < 200 > 200
Dehydrogenase)
Ratio LDH carian pleura < 0,6 > 0,6
dgn LDH serum
Leukosit < 100/mm3 > 100/mm3
(Light, 2002)
Diagnosis
Anamnesa
Sesak yang semakin memberat
Rasa berat pada dada
Batuk pada umumnya non produktif dan ringan
Demam subfebris pada TB, demam menggigil
pada empiema
Pemeriksaan fisik efusi pleura
Inspeksi :
1. Hemithoraks sakit mencembung
2. Iga mendatar
3. Ruang antar iga melebar
4. Pergerakan pernafasan menurun
5. Mediastinum terdorong ke arah kontalateral
(Aslsagaff, H dan Mukty. 2010)
Pemeriksaan fisik efusi pleura
Palpasi :
1. Hemithoraks yang sakit teraba mencembung
2. Iga teraba lebih mendatar
3. Ruang iga teraba melebar
4. Pergerakan pernafasan menurun
5. Fremitus suara menurun
(Aslsagaff, H dan Mukty. 2010)
Pemeriksaan fisik efusi pleura
Perkusi :
Redup sampai pekak tergantung jumlah
cairannya.

(Aslsagaff, H dan Mukty. 2010)


Pemeriksaan fisik efusi pleura
Auskultasi :
1. Suara nafas menurun sampai dengan
menghilang
2. Egofoni

(Aslsagaff, H dan Mukty. 2010)


Pemeriksaan Penunjang
Foto thorak dada Pemeriksaan biokimia
(posisi PA & Lateral Pemeriksaan
dekubitus) bakteriologi
Pemeriksaan sitologi
dan mikroskopis
USG thoraks
Pungsi pleura (Djojodibroto,2009)
Penatalaksanaan
1. Aspirasi cairan pleura. 6. WSD (efusi pleura
2. Pleurodesis (pada ganas.
keganasan atau efusi 7. Torakosintesis 2-3 kali,
pleura rekuren) WSD, reaparasi duktus
3. OAT (efusi pleura TB) torakikus
4. Pada efusi pleura (Kilothoraks).
transudat : diuretika,
protein, sklerosing
agent
(Aslsagaff, H dan Mukty.
5. Atasi penyakit 2010)
dasarnya
Daftar Pustaka
1. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. Kemenkes. 2014
2. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia. Jakarta. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia.2006
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Paru.Surabaya.Rumah Sakit Dokter
Soetomo.2005
4. Purwandianto A. Sampurna B. Kedaruratan Medik. ed. 3. Bina Rupa Aksara. Jakarta. p.19 2
5. World Health Organization. Treatment of Tuberculosis: Guidelines for National Program. 2014
6. Alsagaff H. dan Mukty A., 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University
Pres.
7. Alsagaff H. dan Mukty A., 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University
Pres.
8. Djojodibroto D., 2009.Respirologi.Jakarta:Nomor:4.
9. Light W.L., 2002. Pleural Effussion.N Engl J Med. 346: 1971.
10. Jeffrey Rubins J., 2012. Pleural Effusion.
11. Mansjoer, Arif. 2004. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat. FKUI. Jakarta
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai