Anda di halaman 1dari 66

REFERAT DAN LAPORAN KASUS

PNEUMONIA

Oleh:
Nama : Mitha Rinjani Putri
NIM :201610401011012
Kelompok : F-26
Pembimbing:
dr. Lily Diah Farida Sp.A
dr. Dahsyat Wasis Setiadi Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
2017
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di
dunia20% dari akibatkan oleh pneumonia melebihi kematian
akibat AIDS, malaria dan tuberkulosis

Indonesia pneumonia juga merupakan urutan kedua penyebab


kematian pada balita setelah diare.

Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat


akut.
Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia
atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak
langsung dari penyakit lain.
Faktor risiko yang selalu ada (definite risk factor) pada pneumonia
meliputi: gizi kurang
berat badan lahir rendah
tidak mendapatkan ASI
polusi udara dalam ruang
dan pemukiman padat

Melihat angka prevalensi terjadinya pnemonia yang tinggi pada anak


maka penulis tertarik untuk membahas penyakit ini untuk menambah
wawasan pembaca mengenai pnemonia.
Definisi
Pneumonia didefinisikan sebagai penyakit peradangan parenkim
paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi timbulnya
ketidakseimbangan antara ventilasi dengan perfusi (ventilation
perfussion missmatch).
Epidemiologi
Berdasarkan Riskedas pnemonia merupakan penyakit penyebab
kematian kedua tertinggi setelah diare pada balita
prevalens pneumonia
pada bayi di Indonesia
adalah 0,76%.
Prevalensi tertinggi adalah
provinsi Gorontalo (13,2%)
dan Bali (12,9%),

Sedangkan prevalensi
pada anak balita (1-4
tahun) adalah 1,00%.
prevalensi tertinggi adalah
provinsi Gorontalo (19,9%)
dan Bali (13,2%)
Setiap tahun di dunia diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal
karena pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total kematian
balita.
Diantara lima kematian balita, satu disebabkan oleh pneumonia

tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini

sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan


(the forgotten killer of children)
Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi,
radiasi, dan lain-lain).
bakteri yang paling berperan penting dalam pneumonia adalah
Streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus, streptokokus grup B, serta kuman atipik klamidia dan
mikoplasma.
Usia Etiologi yang sering
Lahir (0 hari) sampai 20 hari Bakteri
E. coli
Streptoccus group B
Listeria monocytogenes

Pola kuman 3 minggu sampai 3 bulan Bakteri


penyebab Chlamydia trachomatis
Streptococcus pnemoniae
pneumonia
biasanya 4 bulan sampai 5 tahun Bakteri
Chlamydia pnemoniae
berbeda Mycoplasma pnemonia
sesuai Virus
Virus Adeno
dengan Virus Influenza
distribusi Virus parainfluenza
umur pasien.3 Virus rino
Respiratory Syncytial virus

5 tahun sampai remaja Bakteri


Chlamydia pnemoniae
Streptococcus pnemoniae
Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epideologis:7
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

2. Berdasarkan bakteri penyebab4,7,8


a.Pneumonia bakterial / tipikal.
b.b. Pneumonia atipikal, Mikroorganisme penyebabnya adalah
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia spp, Legionnela pneumofila,
dan Ureaplasma urealyticium.
c.Pneumonia virus
d.Pneumonia jamur
3. Berdasarkan predileksi infeksi4
a.Pneumonia lobaris
b.Bronkopneumonia.
c.Pneumonia interstisial
Faktor Resiko
Faktor Anak

Umur
Anak berumur 0-24 bulan lebih rentan dibandingkan anak-
anak yang berumur diatas 2 tahun imunitas yang belum
sempurna dan lubang pernapasan yang masih relatif
sempit

Jenis Kelamin
Berdasarkan Pedoman rencana Kerja Jangka Menengah
Nasional Penanggulangan Pneumonia Balita tahun 2005-
2009 Laki laki >> perempuan

Status gizi
Pada Balita dengan status gizi buruk kekebalan tubuh
yang rendah rentan terhadap infeksi
Pemberian ASI
ASI mampu:
perlindungan terhadap infeksi merangsang
perkembangan sistem kekebalan bayi
imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-
sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan
atas.

Status Imunisasi
balita yang status imunisasinya tidak lengkap 4,28 kali
beresiko untuk terkena pnemonia.
WHO telah merekomendasikan penggunaan vaksin
pnemokokus konjugasi (PCV-7) disetiap negara dalam
program imunisasi nasional khususnya pada negara
dengan mortalitas anak <5tahun mencapai 50 kematian per
1000 kelahiran.
Faktor Lingkungan

Polusi udara didalam rumah


Polusi udara dalam rumah dihasilkan dari pembuangan
asap seperti asap rokok dan asap pembakaran kompor
Balita yang terpajan asap pembakaran beresiko 1,27 lebih
besar untuk terkena pnemonia dibandingan dengan anak
yang tidak terpajan.

Kepadatan rumah
rumah padat dapat memberikan risiko terjadinya
penumonia sebesar 9 kali dibandingkan dengan
rumah tidak padat.
Ventilasi udara didalam rumah
balita yang tinggal pada rumah dengan ventilasi yang
tidak sehat akan memiliki resiko 4,2 kali lebih besar
untuk terkena pnemonia

Suhu Ruangan
Suhu 18C-30C adalah suhu ideal yang dimiliki oleh
rumah sehat.
Balita yang tinggal dirumah dengan suhu yang tidak
ideal mamili resiko sebesar 4 kali lebih tinggi terkena
ganguang pernapasan
Patogenesis
Mekanisme pertahanan diri saluran pernapasan:
filtrasi partikel di hidung
pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis
ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
pembersihan ke arah kranial oleh selimut mukosilier
fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
drainase melalui sistem limfatik
Terjadinya Pnemonia

mikroorganisme tiba di alveoli membentuk


suatu proses peradangan
Terjadinya Pnemonia

Stadium I Hiperemi (4-12


jam pertama) pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan

peningkatan permeabilitas kapiler

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang


interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan
edema antar kapiler dan alveolus.

meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh


oksigen dan karbondioksida
Stadium II/Hepatisasi
Merah (48 jam terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
berikutnya) merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan
oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan.

.Lobus yang terkena menjadi padat


penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah

pada stadium ini udara alveoli tidak ada


atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak
Pada stadium
III/hepatisasi kelabu

eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap


padat karena berisi fibrin dan leukosit.

warna merah menjadi pucat kelabu dan


kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti

Pada stadium IV/resolusi

terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,


rin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag
kembali ke strukturnya semula.
Manifestasi
Klinis
Gejala nonspesifik meliputi:
Demam
Menggigil
Sefalgia
resah dan gelisah (rewel)
Beberapa pasien mungkin mengalami
gangguan gastrointestinal seperti muntah,
kembung, diare, atau sakit perut.

Gejala respiratori: batuk,sesak, napas


cuping hidung, takipnu, dispnu, dan
timbul apnu. Otot bantu napas interkostal
dan abdominal mungkin digunakan.
Diagnosis

Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif


dengan dahak purulen bahkan bisa berdarah.
Sesak nafas
Demam
Kesulitan minum/makan
Tampak lemah
Serangan pertama atau berulang
Penilaian keadaan umum anak, frekuensi nafas, dan nadi
kesadaran dan kemampuan makan/minum.
Gejala distress pernafasan seperti takipnea, retraksi subcostae, batuk,
krepitasi, dan penurunan suara paru.
Demam dan sianosis
Anak dibawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala
pneumonia yang klasik.
Pemeriksaan Radiologi
direkomendasikan pada penderita pneumonia yang dirawat
inap atau bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan.
follow up dilakukan bila: adanya kolaps lobus, kecurigaan
terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang menetap
atau memburuk, atau tidak ada respon terhadap antibiotik.
Pemeriksaan foto dada tidak dapat mengidentifikasi agen
penyebab
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan jumlah leukosit Pada anak kurang dari 18 bulan,
dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan pemeriksaan untuk
dilakukan untuk membantu mendeteksi antigen virus
menentukan pemberian Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi
antibiotik. cairan pleuradan dilakukan
Pemeriksaan kultur dan pemeriksaan mikroskopis, kultur, serta
pewarnaan gram sputum deteksi antigen bakteri (jika fasilitas
tatalaksana anak dengan tersedia)
pneumonia berat. Pemeriksaan CRP, LED, dan
Kultur darah tidak pemeriksaan fase akut lain tidak dapat
direkomendasikan secara rutin membedakan infeksi virus dan bakteri
pada pasien dan tidak direkomendasikan sebagai
pemeriksaan rutin.
Pemeriksaan uji tuberkulin
Klasifikasi pneumonia: buku PPM

Bayi kurang dari 2 bulan: Anak umur 2 bulan- 5 tahun

Pneumonia berat: nafas cepat atau Pneumonia ringan: nafas cepat


retraksi yang berat Pneumonia berat: retraksi
Pneumonia sangat berat: tidak mau Pneumonia sangat berat: tidak dapat
menetek/minum, kejang, letargis, minum/makan, kejang, letargis,
demam, atau hipotermia, bradipnea, malnutrisi
atau pernafasan ireguler
Klasifikasi pnemonia WHO:
Pneumonia Ringan Pneumonia Berat
Di samping batuk atau Batuk atau kesulitan bernafas + SALAH SATU:
kesulitan bernafas, hanya Kepala terangguk-angguk
terdapat nafas cepat saja. Pernapasan cuping hidung
Nafas cepat jika: Tarikan dinding dada bagian bawah
Pada anak umur 2 bulan 11 Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia
bulan: 50 kali/menit Nafas cepat*
Pada anak umur 1 tahun 5 Suara nafas merintih (grunting) pada bayi
tahun: 40 kali/menit Pada auskultasi terdengar:
Crackles (ronkhi)
Suara pernapasan menurun
Suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan sangat berat dapat dijumpai:
Tidak dapat menyusu atau makan dan minum, atau
memuntahkan semua makanan
Kejang, letargis, dan tidak sadar
Distres pernapasan berat

*Anak umur < 2 bulan: 60 kali/menit


Sumber: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Anak umur 2-11 bulan: 50 kali/menit
Anak umur 1-5 tahun: 40 kali/menit
di Rumah Sakit Anak umur > 5 tahun: 30 kali/menit
Penatalaksanaan
KRITERIA RAWAT INAP
Bayi Anak:
Saturasi oksigen <92%, sianosis Saturasi oksigen <92%, sianosis
Frekuensi nafas > 60 x/menit Frekuensi nafas >50 x/menit
Distress pernafasan, apnea intermitten, Distress pernafasan
atau grunting Grunting
Tidak mau minum/menetek Terdapat tanda rehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat di rumah Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Tatalaksana
Umum
terapi oksigen dengan nasal kanul, head box,
atau sungkup untuk mempertahankan saturasi
>92%.
Pada pneumonia berat atau asupan per oral
kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balance cairan ketat.
Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak
direkomendasikan untuk anak dengan
pneumonia
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk
menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol
batuk
Nebulisasi dengan B2 agonis dan/atau NaCl
dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance.
Pemberian antibiotik16
Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk
antibiotik oral pada anak <5 tahun. Alternatifnya
adalah co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin,
clarithromisin, dan azitromisin.

Makrolid diberikan jika M. Pneumoniae atau

C. Pneumoniae dicurigai sebagai penyebab


Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah:
ampisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav,
ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime
Rekomendasi UKK Respirologi16
Antibiotik untuk community acquired pneumonia:
Neonatus-2 bulan: ampisilin + gentamisin
> 2 bulan:
Lini pertama ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
Lini kedua seftriaxone
Blia klinis perbaikan antibiotik intravena dapat diganti
preparat oral dengan antibiotik golongan yang sama dengan
antibiotik intravena sebelumnya.
Tatalaksana terkini pnemonia pada anak
( Indonesian Pediatric Respirology Meeting)

WHO merekomendasikan penggunaan amoksisilin dosis 40 mg/kgBB/kali


yang diberikan 2x sehari sebagai terapi pnemonia.
Antibiotik yang direkomendasikan WHO pada pasien rawat inap
diantaranya adalah ampisilin dan gentamisin.

Respon awal yang harus dievaluasi dalam terapi awal pnemonia (72 jam)
dapat dilihat dari perkembangan klinisnya yaitu:
laju pernapasan berkurang, demam turun dan kemampuan makan minum
anak membaik.

tidak menunjukan perbaikan terhadap terapi awal


(unresponsive to initial treatment)
Kriteria lain bila dalam 48 jam terdapat:
1) Tidak ada perbaikan dari gejala takipnea atau tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam (lower chect indrawing)
2) Muncul lagi atau tidak membaik atau perburukan dari tanda bahaya
danger sign seperti tidak mampu minum, letargi, sianosis sentral atau
kejang;
3)munculnya komplikasi (pnemotoraks,abses paru, meningitis, gagal
napas)

1) kemungkinan ada penyebab yang lain termasuk disini diagnosis


banding;
2) adanya penyakit penyerta;
3) adanya komplikasi dari pnemonia itu sendiri.
Komplikasi
Pneumonia Stafilokokus
Empiema
Komplikasi pnemonia pada anak meliputi empiema torasis,
perikarditis purulenta, pnemototaks, atau infeksi ekstrapulmoner
seperti meningitis purulenta
Prognosis
Dapat sembuh sempurna
Kelainan pada radiografi kembali normal dalam waktu 6 sampai 8
minggu
Beberapa kasus pneumonia dapat bertahan lebih dari 1 bulan
atau mungkin berulang
bronkopneumia yang di sebabkan oleh virus dapat sembuh spontan
tanpa terapi spesifik.
Bronkopneumonia yang disebabkan oleh bakteri biasanya
memberikan respon cepat terhadap terapi antibiotik.
Indentitas Pasien
Nama : An. E
Umur : 19 bulan 13 hari (20/07/2015)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Cakarwesi Raya RT 036 RW 013 Desa Tosaren
Kecamatan Pesantren Kota Kediri
Agama : islam
MRS : 20/02/2017
Tgl periksa : 20/02/2017 pukul
No.Rekam Medik : 364611
Indentitas Orangtua Pasien

Nama Ayah : Khoirul


Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta (buruh pabrik)

Nama ibu : Siti Rukhani Ningsih


Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
PERJALANAN PENYAKIT PASIEN
Anamnesis (Aloanamnesis dengan ibu kandung px)

Keluhan Utama: Panas Badan


RPS: Panas dirasakan muncul sejak jumat malam (17/02/2017).
Panas terus menerus tidak naik turun. Panas hanya turun waktu
diberikan parasetamol saja kemudian naik kembali. Saat dibawa ke di
IGD hari minggu (19/02/2017) suhu badan pasien mencapai 40C
suhu. Menurut keluarga pasien sebelum dibawa ke IGD badan pasien
sempat bergetar seperti kejang dan posisi mata tidak terfiksasi pada
satu arah saja serta menangis sehingga segera dibawa ke IGD. Panas
pada pasien disertai batuk sebelumnya pada hari kamis tanggal
(16/02/2017). Batuk berdahak namun tidak menggonggong atau
berWhoop. Pasien tidak dapat mengeluarkan dahaknya saat batuk.
Menurut orang tua pasien, saat batuk pasien seperti kesulitan
bernafas dan terdengar suara ngkrok-ngkrok saat bernapas. Tidak
pernah terjadi kebiruan disekitar mulut pasien waktu sesak atau
batuk. Pilek (+) ingus berwarna bening. Mual muntah (+), terutama
sehabis batuk, muntah 2x/hari, kurang lebih 1/4 gelas belimbing,
berupa cairan bening dan riak sedikit berwarna putih, napsu makan
menurun minum normal . BAB normal terakhir pagi ini. BAK normal.
perut kembung (-). Selain itu tidak ada keluhan lain yang dikeluhkan
pasien.
Anamnesis lanjutan..

Riwayat Penyakit Dahulu:


Kejang (+) 1 bulan yang lalu saat demam 40,5 C, Asma (-),Batuk lama (-),MRS
sebelumnya 1 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat aspirasi sebelumnya.
Riwayat Alergi:
Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga dirumah yang sakit seperti pasien. Tidak ada riwayat
kontak dengan pasien TB aktif.
Riwayat sosial:
Bapak dari pasien tidak merokok, lingkungan rumah tidak berpolusi jauh
dari jalan utama kendaraan, ukuran kamar tidur 3x4 meter sirkulasi baik.
Lokasi tidak dekat dengan dapur, dirumah menggunakn gas lpg 3 kg saat
memasak
Anamnesis lanjutan..

Riwayat Kehamilan dan Persalinan:


Kontrol rutin ke bidan saat kehamilan, riwayat muntah berlebihan (-),
riwayat hipertensi (-), perdarahan (-) atau keadaan patologi lainnya (-)
Anak ke-2, perempuan, premature, berat badan lahir 2300 gram, lahir
secara normal prvaginam, tidak langsung menangis.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan:
Ibu pasien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
normal, seperti anak-anak seusianya . menurut KPSP normal
(Lampiran) Skor yang diperoleh adalah 10 yang interpretasi adalah
An. E sesuai tahap perkembangannya
Riwayat Imunisasi:
Bulan 0 HB 0 (0-7 hari)
Bulan 1 Polio 1 dan BCG
Bulan 2 Polio 2 dan Pentabio 1 (DPT, HB, Hib)
Bulan 3 Polio 3 dan Pentabio 2 (DPT, HB, Hib)
Bulan 4 Polio 4, Pentabio 3 (DPT, HB, Hib), dan IPV
Bulan 9 Campak
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: tampak lemah,sesak, compos mentis


Vital Sign
Nadi : 124 x/menit, kuat, irama teratur (Grafik
Terlampir)
RR : 36 x/menit (Grafik Terlampir)
Suhu : 37.2o C (Grafik Terlampir)
Status Gizi : Z Score antara 0 dan +1 sd gizi baik
(lampiran)
BB : 10 kg
PB : 88 cm
LK : 45 cm
LLA : 17 cm
Pemeriksaan Fisik

Kepala/Leher
Bentuk dan ukuran : Normocephali, UUB sudah menutup,
hematoma (-)
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, edema palpebral (-)
Cekung -/-, konjungtiva hiperemi (-/-)
Telinga : otorea
Hidung : rhinorea
Mulut : Pucat (-), sianosis (-), mukosa bibir basah, faring
hiperemis (-), lidah kotor (-), tonsil dbn.
Leher : Kaku Kuduk (-), Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Fisik

Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada normal simetris, Gerak nafas
simetris, retraksi otot pernapasan (+) Retraksi Subcostae
+/+ Retraksi substernal +
Palpasi : Fremitus raba simetris (waktu menangis)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas

Pemeriksaan dilakukan saat pasien tidur (tidak menangis)


Jantung
Pembesaran : tidak membesar, dbn
Auskultasi : S1S2 tunggal, bising M (-), G (-).
Pemeriksaan Fisik

Abdomen
Inspeksi: sedikit cembung, benjolan masa (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi: soefl, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit
cepat kembali, NT(-)
Perkusi: timpani seluruh lapangan abdomen
Genitalia
Tidak ada kelainan
Ekstremitas
Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik, edema -/-
Tulang Belakang
Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah lengkap

Tabel 3.1 Hasil Laboratorum Darah Lengkap (19/02/17)


b. Foto thoraks AP (21/02/2017)
Cor: Tidak membesar
Pulmo: tampak patchyinfiltrat di
supra-parahiler dan paracardial kanan
kiri.
Sinus phrenicocostalis kanan kiri
tajam
Kesan:
Bronchopneumonia
Diagnosis

Problem List Initial Diagnosis

An. E, 19 bulan 13 hari


Batuk berdahak
Dyspneu
Febris
Anoreksia
Vomiting
Rhinorhea
Retraksi subcostae
Retraksi substernal
Ronkhi
Leukositosis
Foto thorax: bronchopneumonia D/S
Planing
Planning Diagnosis

DL (sudah dilakukan)
Foto thoraks (sudah dilakukan)

Planning Terapi
MRS
Infus D5 1/4 NS 900 ml/24 jam 12 tpm
Inj. Amoxicilin 2 x 400 mg IV
Neb. Pulmicort 2 x amp inhalasi
Puyer Batuk (ambroxol 1/3, Tremenza 1/4) 3 x 1 pulv PO
Sannmol syrup 3 x 1 cth (bila panas)
Planing Monitoring
1. Monitoring keluhan (batuk, sesak, demam, nausea, vomitting,
kesadaran, makan-minum, pilek, suara parau, mencret)
2. Vital Sign (N, RR, S)
3. Pemeriksaan Fisik (Vesikuler, ronchi, wheezing, retraksi
subcostae, fisik abdomen, akral)
Planing Monitoring
1. Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien, bahaya penyakit, pemeriksaan

penunjang yang akan dilakukan, terapi yang akan diberikan dan pencegahan penyakit.

2. Setelah KRS orang tua diminta kontrol, untuk mengetahui perkembangan kesembuhan

dari pasien, dan mencegah perburukan dari penyakitnya.

3. Langkah promotif/preventif: asupan nutrisi tetap diberikan sama seperti keadaan anak

saat sehat, kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, pemberian vaksin terhadap

Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae tipe b, mengurangi jumlah

polusi udara disekitar tempat tinggal. Mengajak anak untuk aktif berolahraga seperti

diagak berjalan saat pagi hari, untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak.
An. E berusia 19 bulan 13 BB: 10 kg datang dengan keluhan: Panas
badan dan gemetar seperti kejang.
Diagnosis Utama: Bronkopnemonia berat.
Anamnesis : Panas badan sejak 2 hari yang lalu, terus menerus,
berkurang sedikit ketika diberikan penurun panas. badan pasien
sempat bergetar seperti kejang dan posisi mata tidak terfiksasi pada
satu arah saja serta menangis kencang. Batuk sejak 3 hari yang lalu
dahak tidak bisa dikelurkan. Pasien seperti kesulotan bernapas dan
berbunyi ngkrok-ngkrok. Mual muntah (+). Napsu makan minum
berkurang.
Tidak mempunyai riwayat batuk lama, tidak ada riwayat aspirasi
sebelumnya.
Di lingkungan rumah pasien, tidak ada keluarga atau tetangga yang
memiliki riwayat pengobtaan TB aktif atau batuk lama. Bapak dari
pasien tidak merokok, lingkungan rumah baik.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: tampak lemah,sesak, compos


mentis
Nadi: 124 x/menit, kuat, irama teratur
RR : 36 x/menit
Suhu: 37.2o C
ikterus (-),
otorhea (-),
keluar sekret dari hidung (+) bening,
o faring hiperemis (-),
o tonsil hiperemis (-) dan ukuran T1
Leher : Kaku Kuduk (-), Pembesaran KGB
(-)
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada normal simetris, Gerak nafas simetris,
retraksi otot pernapasan (+) Retraksi Subcostae +/+ Retraksi
substernal +
Palpasi : Fremitus raba simetris (waktu menangis)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas

Pemeriksaan dilakukan saat pasien tidur (tidak menangis)


Jantung
Pembesaran : tidak membesar, dbn
Auskultasi : S1S2 tunggal, bising M (-), G (-).

Genetalia
Tak tampak kelainan

Ekstremitas
Hangat Kering Merah CRT <2 detik
Pemeriksaan
Penunjang
b. Foto thoraks AP (21/02/2017)
Darah Lengkap
oLeukosit : 22.38 Cor: Tidak membesar
oHb : 13,09 Pulmo: tampak patchyinfiltrat di
oHct : 38,5 supra-parahiler dan paracardial kanan
oTrombosit : 456.000 kiri.
Sinus phrenicocostalis kanan kiri
tajam
Kesan:
Bronchopneumonia
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: tampak


lemah,sesak, compos mentis Leher : Kaku Kuduk
Nadi: 124 x/menit, kuat, irama (-), Pembesaran KGB (-)
teratur
RR : 36 x/menit
Suhu: 37.2o C
ikterus (-),
otorhea (-),
keluar sekret dari hidung (+)
bening,
o faring hiperemis (-),
o tonsil hiperemis (-) dan ukuran
T1
Diagnosis Banding

Bronkitis

Tata laksana
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai