Anda di halaman 1dari 23

Helminthiasis

Pembimbing
dr.Christina Kolondam,Sp.A Pedro Sumampouw,S.ked
Pendahuluan
Infeksi kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh
masuknya parasit (berupa cacing) kedalam tubuh manusia, parasit
ini mempunyai tubuh yang simestris bilateral dan tersusun dari
banyak sel (multi seluler). Cacing yang penting atau cacing yang
sering menginfeksi tubuh manusia terdiri atas dua golongan besar
yaitu filum Platyhelmithes dan filum Nemathelminthes
Jenis cacing yang sering ditemukan dapat menimbulkan infeksi
adalah cacing ascaris lumbricoides (A. lumbricoides), cacing
Trichuris trichiura (T. trichiura) dan cacing tambang Necator
americanus (N. americanus) dan Ancylostoma duodenalle (A.
duodenalle) dan cacing Strongyloides stercoralis (S. stercoralis)
dimana cara penularanya melalui tanah atau yang disebut dengan
Soil Transmitted Helminths atau STH. STH adalah kelompok
cacing golongan nematoda, yang dalam perkembanganya
memerlukan tanah untuk berkembang menjadi bentuk infektif
Lanjutan
Di Indonesia infeksi kecacingan merupakan masalah
kesehatan yang sering dijumpai. Angka kejadian infeksi
cacingan yang tinggi tidak terlepas dari keadaan
Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembaban
udara yang tinggi serta tanah yang subur yang
merupakan lingkungan yang optimal bagi kehidupan
cacing. Infeksi cacingan tersebar luas, baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Infeksi kecacingan ini
berhubungan erat dengan perilaku hidup sehat dan
hygiene sanitasi lingkungan.
Epidemiologi
Karena sifatnya yang jarang terjadi frekuensi terjadinya
penyakit ini hanya 0,6 per 1.000.000 kelahiran
di AS Insiden kurang dari 1 kasus per 1.000.000
kelahiran
Soil Transmitted helminths
Soil-transmitted helminths merupakan kelompok parasit cacing nematoda
yang menyebabkan infeksi pada manusia akibat tertelan telur atau melalui
kontak dengan larva yang berkembang dengan cepat pada tanah yang
hangat dan basah di negara-negara subtropis dan tropis di berbagai belahan
dunia.
Ascaris lumbricoides

Gambar 1. Telur dan cacing Ascaris lumbricoides dewasa8


(Sumber:
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Image_Library.htm)

Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm.
Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat
bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang
dibuahi dan yang tidak dibuahi
Gambar 2. Siklus Hidup Ascariasis lumbricoides81)Cacing
dewasa, 2)Telur infertil dan telur fertil, 5)Larva yang telah
menetas, 7)Larva matur
(Sumber:http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Image_Library.h
tm)
Pengobatan
Pemberian Piperazin sitrat ( 150 mg/kgBB peroral dosis inisial, diikuti oleh
6 dosis masing-masing 65mg/kgBB interval pemberian tiap 12 jam secara
peroral) sehingga obat ini adalah obat pilihan untuk obstruksi usus atau
saluran empedu

albendazole (400 mg peroral dosis tunggal, untuk segala usia)

mebendazole (100 mg 2 kali sehari peroral selama 3 hari atau 500 mg


peroral dosis tunggal untuk segala usia)

pyrantel pamoate (11 mg/kgBB peroral dosis tunggal, maksimum 1 gram)

Tindakan operatif mungkin diperlukan pada keadaan dimana terjadi


obstruksi yang berat.
Trichuris trichiura

Gambar 3. Telur dan Cacing dewasa T. Trichiura8


(Sumber:http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Image_Library.h
tm)
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior
langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Cacing dewasa ini
hidup di kolon asendens dan caecum dengan bagian anteriornya (spikulum) yang seperti cambuk
masuk ke dalam mukosa usus. Di tempat itulah cacing mengambil makanannya. Seekor cacing
betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000-10.000 butir
Gambar 4. Siklus hidup cacing Trichuris trichiura8
(Sumber:http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Image_Library.htm)
Pengobatan
Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama 3 hari atau dosis tunggal 500
mg untuk segala usia

. Obat alternatif yang digunakan yaitu Albendazol dosis tunggal 400 mg


peroral untuk segala usia

Pirantel pamoat dosis tunggal 10-15 mg/kgBB

Nitazoxanide : 1 3 tahun : 2 x 100 mg selama 3 hari (


peroral )

4 11 tahun : 2 x 200 mg selama 3 hari ( peroral )

Dewasa : 2 x 500 mg selama 3 hari ( peroral )


Enterobius vermicularis -
Pinworm (Oxyuris vermicularis)
Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Cacing jantan berukuran 2 5
mm. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga caecum, usus besar dan di
usus halus yang berdekatan dengan rongga caecum. Makanannya adalah isi
dari usus.Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir
telur, bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi
uterus dan vaginanya
Pengobatan
Dosis tunggal mebendazol (100 mg peroral untuk segala usia) diberikan,
lalu diulang pada 2 minggu

albendazol dosis tunggal (400 mg peroral untuk segala usia) diulang


kembali setelah 2 minggu

pirantel pamoat (11 mg/kgBB peroral) dosis tunggal


Cacing Tambang (Necator
americanus dan Necator duodenale )
Cacing dewasa berbentuk silindris dengan kepala membengkok tajam ke
belakang. Terdapat 2 stadium larva yaitu larva rhabditiform yang tidak
infektif dan larva filariform yang infektif. Penularannya melalui kontak
dengan tanah. Cacing betina N. americanus dapat memproduksi 10.000
telur sehari dan A. duodenale memproduksi 20.000 telur sehari.
Gambar 5. Siklus hidup cacing tambang8
(Sumber:http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Image_Library.h
tm)
Pengobatan
mebendazole 500 mg
Taeniasis
Cacing ini dikenal dengan nama umum cacing pita. Yang penting di
indonesia yaitu taenia saginata dan taenia solium

Sistiserkosis (Cysticercosis) ialah infeksi oleh bentuk larva Taenia solium


(Cysticercus Cellulosa) pada manusia. Apabila infeksi tersebut berlangsung
pada sistim saraf pusat, maka disebut Neurosistiserkosis (
Neurocysticercosis )
Gambar 6. Siklus hidup cacing Taenia Solium8

(Sumber:http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Image_Library.h
tm)
Taeniasis
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomonis (khas).
Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Gejala klinis
dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang
dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada
lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan
menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar), pusing, diare,
dan pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah
tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofilia) Gejala klinis
taeniasis solium hampir tidak dapat dibedakan dari gejala klinis taeniasis
saginata
Sisterkosis
Gejala klinis yang timbul tergantung dan letak jumlah, umur, dan lokasi
dari kista. Sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala atau dapat
ditemukan adanya nodul subkutan. Sistiserkosis serebri sering
menimbulkan gejala epilepsi atau gejala tekanan intrakranial meninggi
dengan sakit kepala dan muntah yang menyerupai gejala tumor otak. Pada
kasus yang berlangsung lama dapat dijumpai bintik kalsifikasi dalam otak.
Pengobatan
Praziquantel , Dosis 100 mg / kg , dosis tunggal
Cara pemberian obat praziquantel adalah sebagai berikut:
a) Satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang
lunak tanpa minyak dan serat.
b) Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa.
c) Keesokan harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua
setengah jam kemudian diberikan garam Inggris (MgS O4) 7,5 gram untuk anak anak, sesuai
dengan umur, yang dilarutkan dalam sirup (pemberian sekaligus). Penderita tidak boleh makan
sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar , penderita diberi makan bubur.
d) Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin
5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp.
e) Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk
pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut.f)
Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks Taenia Sp. dapat ditemukan utuh bersama
proglotid.
Pengobatan sistiserkosis
a) Praziquantel dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal /dibagi 3 dosis
per oral selama 15 hari, atau

b) Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis per oral


selama 7 hari Untuk pengobatan dengan praziquantel maupun albendazole,
reaksi dari tubuh dapat dikurangi dengan memberikan kortikosteroid
(prednison 1mg/kg BB/hari dosis tunggal / dibagi 3 dosis atau
dexamethasone dengan dosis yang setara dengan prednison). Pemberian
praziquantel maupun albendasole harus dibawah pengawasan petugas
kesehatan atau dilakukan dirumah sakit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai