Anda di halaman 1dari 16

Tutorial

RETARDASI MENTAL

Tugas Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Pedro Sumampouw,S.Ked Pembimbing : dr.A.Soraya U,Sp.KJ


DEFENISI
Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu
keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak-anak)

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ III)
adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif,
bahasa, motorik, dan sosial

Menurut American Association Mental Retardation (AAMR) 2002 adalah suatu


disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna baik
dalam fungsi intelektual maupun prilaku adaptif yang diekspresikan dalam
keterampilan konseptual, social dan praktis.

Menurut Diagnostic and Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) adalah sama dengan
definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70
ETIOLOGI
1. Kelainan Kromosom
2. Faktor Genetik lain
3. Faktor Prenatal
4. Faktor Perinatal
5. Gangguan didapat pada masa kanak
6. Faktor lingkungan dan sosiokultural
DIAGNOSIS
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan
karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan
sejumlah besar ketrampilan khusus yang berbeda. Meskipun ada
kecenderungan umum bahwa semua ketrampilan ini akan berkembang ke
tingkat yang serupa pada setiap individu, tetapi ada ketimpangan
(discrepancy) yang luas, terutama pada penyandang RM. Orang yang
demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang
tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area
ketrampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuospasial
sederhana) pada RM berat. Keadaan ini akan menimbulkan kesluitan
dalam menentukan kriteria diagnostik dimana seorang penyandang RM
harus diklasifikasikan.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang
tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan
dengan latar belakang budayanya), dan hasil tes psikometrik.
DIAGNOSIS
Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
meningkatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai
retardasi mental mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan
penggunaan dari semua keterampilannya. Oleh karena itu kategori
diagnostik yang dipilih harus berdasarkan penilaian kemampuan global dan
bukan atas suatu hendaya atau ketrampilan khusus. Tingkat IQ yang
ditetapkan hanya merupakan petunjuk dan seharusnya tidak ditetapkan
secara kaku dalam memandang keabsahan permasalahan lintas budaya
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut :
Fungsi intelektual dibawah rata rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa secara individual.
Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan kekurangan individu untuk
memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya dari lingkungan budayanya) dalam
sedikitnya 2 hal, yaitu komunikasi, self-care, kehidupan rumah-tangga, ketrampilan
sosial/interpersonal, menggunakan sarana komunitas, mengarahkan diri sendiri, ketrampilan
akademis fungsional, pekerjaan, waktu senggang, kesehatan dan keamanan
Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun
Kode diagnostik dan derajat RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut :
317 Retardasi mental ringan, IQ 50 55 sampai 70
318 Retardasi mental sedang, IQ 35 40 sampai 50 55
318.1 Retardasi mental berat, IQ 20 25 sampai 35 40
318.2 Retardasi mental sangat berat, IQ dibawah 20 atau 25
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan
sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung dengan :3

IQ = MA/CA x 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes
CA = Chronological Age, umur yang didapat berdasarkan perhitungan tanggal lahir
KLASIFIKASI
Menurut PPDGJ-III retardasi mental dibagi menjadi :
F70 Retardasi Mental Ringan
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50 69
menunjukkan retardasi mental ringan.
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami
keterlambatan dalam kemampuan bahasa, tapi sebagian besar dapat mencapai
kemampuan bicara untuk keperluan sehari hari. Kebanyakan juga dapat mandiri
penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan
ketrampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat
daripada normal.
Kesulitan utama biassanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademis dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasikan pada sebagian kecil penderita.
Keadaan lain yang menyertai, seperti autisme, gangguan perkembangan lain,
epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam
berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
diagnosis tersendiri.
F71 Retardasi Mental Sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35 49. Umumnya ada profil kesenjangan
dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam
ketrampilan visuo-spasial daripada tugas tugas yang tergantung pada bahasa,
sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi
sosial dan percakapan sederhana.
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi
seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasikan pada kebanyakan penyandang
retardasi mental sedang. Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan
pervasif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh
besar pada gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsi,
disabilitas neurologik dan fisik juga lazim ditemukan meskipun kebanyakan
penyandang retardasi mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan.
Kadang kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena tingkat
perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis
dan harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang
mengenalnya. Setiap gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.
F72 Retardasi Mental Berat
IQ biasanya berada dalam rentang 20 34. Pada umumnya mirip dengan
retardasi mental sedang dalam hal :
Gambaran klinis
Terdapatnya etiologi organik
Kondisi yang menyertainya
Tingkat prestasi yang rendah
Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan
motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan
adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna
secara klinis dari susunan saraf pusat.
F73 Retardasi Mental Sangat Berat
IQ biasanya dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa
terbatas, hanya mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan
sederhana. Keterampilan visuospasial yang paling dasar dan sederhana
tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan
dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat, penderita mungkin dapat
sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus.
Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya
dengar. Sering ada gangguan perkembangan pervasif dalam bentuk
sangat berat khususnya autisme yang tidak khas (atypical autism) terutam
pada penderita yang dapat bergerak.
F78 Retardasi Mental Lainnya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi
mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin
dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu,
tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak
mampu.

F79 Retardasi Mental YTT


Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.
PENATALAKSANAAN
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang
disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum
tentang retardasi mental.
Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental
dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan dengan
retardasi mental. Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah,
pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan berbagai program
pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong menekan komplikasi
medis dan psikososial.
Pencegahan Sekunder dan Tersier

Pendidikan untuk anak


Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika
Pendidikan keluarga
Intervensi farmakologis
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Agresi dan perilaku melukai diri sendiri
Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith) berguna
dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri.
Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan menurunkan perilaku
melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga memenuhi kriteria
diagnostik untuk gangguan austik infantile. Satu hipotesis yang diajukan sebagai
mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat mempengaruhi pelepasan
opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan melukai diri sendiri.
Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi yang
juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.
Gerakan motorik stereotipik
Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine
(Thorazine), menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang pada
pasien retardasi mental, terapi medikasi tersebut tidak meningkatkan
perilaku adaptif. Beberapa anak dan orang dewasa (sampai sepertiga)
dengan retardasi mental menghadapi resiko tinggi mengalami tardive
dyskinesia dengan pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Perilaku kemarahan eksplosif
Penhambat-, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah dilaporkan
menyebabkan penurunan kemarahan ekspolasif di antara pasien dengan retardasi
mental dan gangguan autistik. Penelitian sistematik diperlukan sebelum obat dapat
ditetapkan sebagai manjur.
Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan
gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna
dalam kemampuan mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas.
Penelitian terapi metylphenidate tida menunjukkan bukti adanya perbaikan jangka
panjang dalam keterampilan sosial atau belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Retardasi Mental. Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta, 2010
Elvira SD, Hadisukanto G. Retardasi Mental. Buku Ajar Psikiatri, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2010
Salmiah S: Retardasi Mental. Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas
Kedokteran Gigi Univeritas Sumatera Utara, Medan, 2010
Maslim R. F70-F79 Retardasi Mental. Buku Saku PPDGJ-III, Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta, 2003

Anda mungkin juga menyukai