BBLR + Hipoglikemia Edho
BBLR + Hipoglikemia Edho
BBLR + Hipoglikemia
Disusun oleh :
Pedro Sumampouw
10 16 777 14 126
Pembimbing : dr. Christina Kolondam, Sp.A
SISTEM NEUROLOGI
Aktivitas : aktif
Kesadaran : kompos mentis
Fontanela : datar
Sutura : memisah
Refleks cahaya : ada
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal
PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PERNAPASAN
Sianosis : tidak ada sianosis
Merintih : tidak ada
Apnea : tidak ada
Retraksi dinding dada : tidak ada
Pergerakan dinding dada : simetris
Cuping hidung : tidak ditemukan
Bunyi pernapasan : bronchovesicular
Bunyi tambahan : wheezing -/-,
rhonchi -/-.
PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM HEMATOLOGI
SISTEM
CARDIOVASCULAR
Bunyi Jantung : SI dan SII murni regular, Bising (-)
Murmur : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM
GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
PEMERIKSAAN FISIK
UMBILICUS
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
SISTEM GENETALIA
Keluaran : tidak ada
Anus imperforata : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
SKOR
BALLARD
Maturitas neuromuskuler Maturitas fisik
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Diet ASI / ASB
Injeksi Vit. K 1 mg/IM di paha kiri
anterolateral
Gentamicyn tetes mata 1 tetes
Imunisasi Hepatitis B / IM paha kanan
TERAPI anterolateral
Cek GDS
Observasi HCU
Setelah dilakukan pemeriksaan GDS dengan hasil 19 mg/dl bayi
Dirawat di HCU bayi dengan diagnosa BBLR + Hipoglikemia. Dan
mendapatkan terapi
IVFD dextrose 10% 6 tpm
Bolus dextrose 10% 5cc
Pasang Sonde
Setelah dilakukan terapi di lanjutkan pemeriksaan GDS 1 jam
Kemudian dan mendapatkan hasil 33 mg/dl . intervensi dilanjutkan.
Setelah diberikan intervensi dilakukan lagi pemeriksaan GDS dengan
hasil 67 mg/dl.
14 juni 2017 (Perawatan hari ke-1)
S: Panas (-), sesak (-), retraksi (-), merintih (-), sianosis (-), muntah (+) 1x lendir, Refleks
isap (+), BAB (+) dan BAK (+)
O:
- Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 130x/menit Suhu : 36,3 C
Pernapasan : 52 x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 2380 gram
Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada
(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
Sistem Saraf : aktifitas kurang aktif, tingkat kesadaran compos mentis,
fontanela datar, kejang (-).
Nama : By. S Tgl Pemeriksaan: 14 juni 2017
Usia : 1 HR Jenis Spesimen : Darah
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).
Nama : By. S Tgl Pemeriksaan : 15 juni 2017
Usia : 2 HR Jenis Spesimen : Darah (Kimia Darah)
- Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan dinding
dada simetris (+),
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela datar,
kejang (-).
Nama : By. S Tgl Pemeriksaan : 17 juni 2017
Usia : 4 HR Jenis Spesimen : Darah (Kimia Darah)
Pada kasus ini berat badan bayi adalah 2400 gram, bayi ini
termasuk dalam kelompok bayi berat lahir rendah (BBLR).
Estimasi usia kehamilan setelah dilakukan Score ballard pada
pasien ini adalah 32 minggu dan termasuk dalam kelompok
Prematuritas murni.
DISKUSI
b.Pemeriksaan fisik :
Pada hari pertama atau kedua setelah kelahiran, hipoglikemia mungkin
asimptomatik. Gejala hipoglikemia pada bayi mungkin didapatkan gejala
neuroglikopenik yang berat, namun tetapi kadang tidak spesifik
c. Pemeriksaan penunjang
Metode pengukuran glukosa dapat melalui 2 cara antara lain pengukuran
glukosa oksidase (strip reagen) dan pemeriksaan laboratorium. Pengukuran
glukosa dengan cara strip reagen walaupun digunakan secara umum, akan
tetapi tidak akurat khususnya pada saat level glukosa darah kurang dari 40-50
mg/dL. Pengukuran dengan cara ini berguna untuk tujuan skrining, namun jika
nilainya rendah harus selalu dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium
sebelum diagnosis hipoglikemia ditegakkan3.
PENATALAKSANAAN
Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)
Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa
darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml
ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor
atau susu formula)
Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya
sampai kadarnya normal dan stabil
Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,
hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa
intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan
yang seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif
Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan
konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah
Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi
(misalnya respon dari terapi yang diberikan).
Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25
mg/dL atau < 1,1 1,4 mmol/L.
1.Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram
berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10%
intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap
kilogram berat badan tiap menit
2.Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan
melalui oral atau pipa orogastrik.
3.Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5
mmol/L
4.Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang
didapat
5.Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia
menghilang
6.Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan
pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar
glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.
Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah hipoglikemia berulang.