Anda di halaman 1dari 41

Cutaneous larva migrans

Definisi CLM

Cutaneous larva migrans / creeping


eruption :
Erupsi di kulit berbentuk penjalaran,
sebagai reaksi hipersensitivitas kulit
terhadap invasi larva cacing tambang /
nematodes (roundworms) / produknya.
Definisi CLM
Kelainan kulit yang merupakan
peradangan berbentuk linier / berkelok-
kelok,menimbul dan progresif, disebabkan
oleh invasi larva cacing tambang yang
berasal dari feses anjing dan kucing
Sinonim
Dermatosis linearis migrans
Sandworm disease
Epidemiologi
Distribusi Geografik
Di Jakarta :
kucing = 72% A.braziliense
anjing = 18% A.braziliense,68%
A.caninum
Sering daerah iklim hangat dan lembab (
Sub tropis & Tropis)
Larvanya banyak ditemukan di pantai
berpasir
Epidemiologi
Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi
infeksi cacing tambang berkisar 30-50%
Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah
perkebunan
Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan. Sebagai contoh kelompok karyawan
yang mengolah tanah di perkebunan teh , karet
akan terus menerus terpapar sumber
kontaminasi
Etiologi
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari
cacing tambang yang hidup di usus anjing dan
kucing, yaitu Ancylostoma branziliense dan
Ancylostoma caninum
Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma
caninum dapat ditemukan di daerah tropis dan
subtropik; juga ditemukan di Indonesia
Morfologi Ancylostoma branziliense

Mempunyai 2
pasang gigi yang
tidak sama
besarnya
Panjang cacing
jantan 4,7-6,3 mm
Panjang cacing
betina 6,1-8,4 mm
Morfologi Ancylostoma caninum
Memiliki 3 pasang gigi
Panjang cacing jantan
10 mm
Panjang cacing betina
14 mm
Respon Imunitas
Respon Imunitas
Siklus Hidup
Life Cycle
Siklus hidup parasit dimulai, saat telur dari
feses hewan yang terdapat di pasir yang
lembap dan hangat menetas dan
mengeluarkan larva.

Larva memakan bakteri pasir, dan akan


berubah menjadi larva rhabditiform, lalu
filariform yang adalah bentuk infektif.
Penetrasi
Fase infektif menembus kulit hospes, dan
masuk ke epidermis

Parasit mengeluarkan enzim protease


penetrasi folikel, dan kulit intak maupun luka.
Didalam epidermis, larva melepas lapisan
kutikula, dan mulai migrasi dalam 2-3 hari.
Infeksi manusia
Manusia adalah hospes reservoar, dan larva
tidak memiliki enzim kolagenase untuk
menembus membrana basalis dan menginvasi
dermis manusia, larva terisolir di epidermis.
Faktor Resiko

Kebiasaan tidak menggunakan Pengobatan anjing dan kucing


alas kaki secara teratur

Berlibur ke daerah tropis atau Cuaca atau iklim lingkungan


pesisir pantai
Faktor Resiko

Tinggal di daerah dengan


keadaan pasir atau tanah yang Usia
lembab

Pekerjaan
Patogenesis
LARVA BERJALAN
LARVA
JALAN
FILARIFORM LARVA BERADA DI
SEPANJANG
PENETRASI KE DALAM KULIT
DERMO-
DALAM KULIT
EPIDERMAL

RASA GATAL TIMBUL GEJALA


TERBENTUK
DAN PANAS PADA KULIT
PAPUL ERITEM

PAPUL MENJALAR
BERKELOK KELOK, MEMBENTUK
POLISIKLIK, BURROW
SERPIGINOSA, DAN (TEROWONGAN)
MENIMBUL
Manifestasi Klinis
Waktu dari exposure-onset1-6 hari
Perubahan pada kulit adalah gejala klinis
yg paling khas pada CLM tersebut
Effloresensi Kulit
Karakter pada lesi CLM adalah eritem,papul
yg berbentuk linear dan berkelok-kelok
serpiginosa,dan biasanya membentuk
burrowcreeping eruption,yg berlangsung 2-
8 minggu
Kadang ada juga ditemukan vesikel
Lesi biasanya 3mm lebar dan 15-20cm
panjang
Gatal dan nyeri
Larva dapat bergerak dan berpindah
biasanya beberapa mm-cm/hari
Diagnosis
Anamnesis
Identitas : TU usia,pekerjaan
Keluhan utama : Bintil merah dan
menjalar
Onset : 2 hari
Lokasi : Punggung tangan
kiri
Kualitas : Menjalar
Kuantitas : Sepanjang hari
Kronologis : 10 hari lalu
Diagnosis
Memperingan :
Memperberat : pada malam hari
Keluhan tambahan : gatal
RPD :
RPK :
RKP : pakai alas kaki / tdk
Riwayat bepergian : berlibur ke pantai
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
TTV
Lesi khas :
Erimatosa
Meninggi
Membentuk terowongan
berkelok-kelok seperti ular
di lokasi khas
Predileksi : punggung
tangan/kaki,anus,bokong,paha dan telapak kaki
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Normal dlm tubuh : 1-3% (absolut 50-


ELISA (Enzyme-linked
300 sel/mm3)
Meningkat hingga 3000 mm3 Immunosorbent Assay)
Diagnosis Banding
Adanya terowongan bedakan dengan
skabies, pada skabies terowongan yang
terbentuk tidak panjang
Bila melihat bentuk yang polisiklik mirip
dengan dermatofitosis.
Pada permulaan lesi berupa papul, sering
diduga insect bite.
Invasi larva yang multipel timbul
serentak,papul-papul lesi dini sering
menyerupai herpes zoster pada
stad.permulaan
Skabies
Gatal pada kulit
Tungau atau kutu kecil yang bernama
Sarcoptes scabiei.
Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm
Sarcoptes scabei jantan
setengah dari ukuran
betina.
Skabies
Kutu betina yang sudah dibuahi akan
tinggal di kulit dengan membuat liang
terowongan pada kulit, dan akan bertelur
40-50 butir telur, dan akan menetas dalam
waktu 3-5 hari.
Faktor Risiko Skabies
Sanitasi
Kurang Gizi
buruk

kondisi ruangan terlalu lembab dan


kurang bahkan tidak mendapat sinar
matahari secara langsung.

X
Gejala Skabies
Gejala utama adalah rasa gatal, yang
terjadi karena reaksi alergi terhadap
tungau, terutama pada malam hari.
Lokasi gatal:
Di sela-sela jari dan pergelangan tangan
Pada permukaan luar siku dan lipat ketiak
Di sekitar perut dan pusar
Pada bagian bokong dan selangkangan
Pada daerah areola mamae
Penyakit ini mudah menular melalui kontak
langsung (berjabat tangan, tidur bersama,
hubungan seksual) dan tidak langsung (pakaian,
handuk, sprei, bantal).
Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan golongan jamur dermatofita.
Disebut juga sebagai tinea, ringworm,
kurap, teigne, herpes sirsinata.
Dermatofitosis
Jamur ini dapat menginfeksi jaringan
keratin manusia maupun binatang.

Gejala Dermatofitosis
1. Gatal-gatal
2. Munculnya pertumbuhan jamur kulit
lesi bulat/ lonjong
tepi yang aktif
polisiklik, arsinar, dan
sirsinar
Pada bagian pinggir
ditemukan lesi yang aktif
yang ditandai dengan
eritema, adanya papul
atau vesikel, sedangkan
pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang.
Diagnosis Banding
Granuloma Tinea Pedis Insect bites Herpes
Anulare Zooster
Lesi Ada gatal spt Ada
berbentuk Pemeriksaan creeping terbentuk
cincin kalium eruption papul
Lesi tidak hidroksida
memperlihatk memberi Tidak Lesi
an skuama hasil positif membentuk membentuk
dan vesikel terowongan linier pada
serta tidak Lesi berupa persarafan
gatal papul dermatom

Timbul
serentak
Penatalaksanaan

Steroid topikal superpoten


kelas 1 (mis.krim
klobetasol) untuk gatal

50 mg/kg/hari
dalam 2
dosis selama
400 mg/ hari 2-5 hari
Selama 3
hari
Penatalaksanaan

Mengurangi gejala dgn Nitrogen cair : ke


memperlambat aktivitas larva cacing ujung lesi yang aktif
pada suhu rendah
Edukasi dan Pencegahan
Mencegah bagian tubuh untuk berkontak langsung
dengan tanah atau pasir yang terkontaminasi
Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing
dan kucing dengan antihelmintik
Menutup lubang-lubang pasir dengan plastik dan
mencegah binatanguntuk defekasi di lubang tersebut
Wisatawan disarankan untuk menggunakan alas kaki
saat berjalan dipantai dan menggunakan kursi saat
berjemur
Mencuci tangan
Komplikasi
Ekskoriasi

Pruritus pada creeping eruption dapat menimbulkan


ekskoriasi pada lokasi lesi.
Infeksi Sekunder
Pruritus Luka pada lesi creeping
eruption invasi oleh bakteri
Streptococcus hemoliticus infeksi kulit
sekunder (Erisepelas dan selulitis).
Prognosis
Dubia et bonam. Terapi yang tepat
dengan terapi antihelmintes (albendazole
atau tiabendazole).
Creeping eruption termasuk ke dalam
golongan penyakit self limiting.
Lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati
dapat sembuh dalam waktu 4 -8 minggu.
Referensi
Linuwih,Sri.2015.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi VII.Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Goodheart,Herbert.2013.Diagnosis Fotografik &
Penatalaksanaan Penyakit Kulit Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Sutanto,Inge.dkk.2008.Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran Edisi Keempat.Jakarta:Badan Penerbit
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Siregar,R.S.2005.Atlas berwarna Saripati Penyakit
Kulit Edisi 2. Jakarta:EGC.
Baratawidjaja,Karnen Garna.dkk.2014.Imunologi
Dasar Edisi ke 11. Jakarta:Badan Penerbit Fakultas

Anda mungkin juga menyukai