Anda di halaman 1dari 18

TEORI BELAJAR

DAN
MOTIVASI BELAJAR
Aliran aliran mengenai teori Belajar

Metode Quantum Learning


Metode ini dikembangkan oleh Bobbi DePorter, dimana sugesti da-
pat dan pasti mempengaruhi hasil belajar dan setiap detil keadaan
apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Jika lingkungan
belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampak-
nya bagi proses dan hasil belajar, tetapi sebaliknya jika lingkungan
tsb memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi
proses dan hasil belajar.
Media 3.2

Accelerated learning (Pemercepatan belajar):


Cara belajar yang memungkinkan seseorang untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan (DePorter & Her-
nacki).
Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai per-
samaan, seperti: hiburan, permainan warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan
kesehatan emosional. Namun, semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan
pengalaman belajar yang efektif.

Motivasi dapat muncul karena adanya sugesti positif sebagai akibat dari lingkungan
belajar yang menyenangkan.
Motivasi merupakan kekuatan atau daya yang menggerakkan seseorang untuk ber-
buat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Motivasi dapat dibedakan menurut sumber dorongan terhadap perilaku:
1. Motivasi intrinsik, mempunyai sumber dorongan dari dalam diri individu (saya ingin
jadi dokter)
2. Motivasi ekstrinsik, mempunyai sumber dorongan dari luar diri individu (saya kuliah
di fakultas kedokteran karena disuruh ayah saya).
Media 3.3

Peran IQ, EQ, dan SQ Dalam Menunjang Tuga Profesi Kedokteran

IQ (Intelligence Quotient)
Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir seca-
ra rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif (David Wechsler).
Ciri-ciri inteligensi:
1. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati,
melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
2. Inteligensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri
terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
Media 3.4

EQ (Emotional Quotient)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan
sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan
baik dan berhubungan dengan orang lain.
Daniel Goldman mengembangkan EQ menjadi 5 kategori, yaitu:
a. Mengenali emosi diri: orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang pera-
saannya adalah orang yang handal dalam mengatur kehidupan mereka.
b. Mengelola emosi: pengendalian diri, sikap dapat dipercaya, waspada, adaptif
dan inovatif
c. Memotivasi diri: dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimisme
d. Memahami emosi orang lain/Empati: memahami kebutuhan dan yang dikehen-
daki orang lain.
e. Keterampilan sosial: pengaruh/persuasi, keterampilan berkomunikasi, kepe-
mimpinan, katalisator, keakraban dan kerjasama dalam kerja tim.

* Predikat juara tidak memberi gambaran apapun tentang bagaimana mereka


bereaksi terhadap kesulitan-kesulitan hidup.

* Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi


gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup.

* Sekolah dan budaya kita lebih menitik beratkan pada kemampuan akademis
dan cenderung mengabaikan kecerdasan emosional.
SQ (Spiritual Quotient)
Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan meng-
ikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus Ngger-
manto). M. Zuhri menambahkan bahwa SQ adalah kecerdasan yang digunakan
Untuk berhubungan dengan Tuhan Sang Pencipta.
* Ramachandran menemukan Got Spot (Titik Tuhan), yang bersinar/bergetar ke-
tika seseorang membicarakan tentang topik-topik spiritual dan agama.
* SQ adalah hati nurani
* Kita dapat menggunakan SQ untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam
beragama.
Pembelajaran Keterampilan Sosial dan Emosional

Dievaluasi di beberapa sekolah di New Jersey, dimana sejak TK sampai kelas 6 dibe-
rikan pembelajaran keterampilan sosial dan emosional. Hasilnya adalah sbb:
Lebih peka terhadap perasaan orang lain
Lebih memahami akibat-akibat dari tindakan mereka
Meningkatnya kemampuan untuk memanfaatkan situasi pergaulan dan merenca-
nakan tindakan yang tepat.
Harga diri yang lebih tinggi
Lebih peduli pada keadaan sosial sekitarnya
Dijadikan tempat bergantung oleh rekan-rekan sebayanya
Lebih mampu mengatasi transisi ke sekolah menengah
Berkurangnya sifat antisosial, mencelakakan diri sendiri, dan perilaku tak pantas
dalam lingkup sosial.
Meningkatnya keterampilan untuk belajar bagaimana caranya belajar
Meningkatnya kendali diri, kesadaran sosial, dan pembuatan keputusan sosial di
dalam dan di luar sekolah.
Dasar-Dasar Biologis Perilaku

A. Tinjauan terhadap Perilaku


1. Secara sosial: pengaruh hubungan antara organisme dengan lingkungannya
terhadap perilaku.
2. Intrapsikis: proses-proses dan dinamika mental/psikologis yang mendasari
perilaku.
3. Biologis: proses-proses dan dinamika syaraf-faali (neural-fisiologis) yang ada
dibalik suatu perilaku.

B. Sel-sel Tubuh
Tubuh kita dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai:
1. Penerima rangsang (receptor)
2. Penerus rangsang (adjustor)
3. Penanggap rangsang (affector)
Ketiga jenis sel tubuh ini dapat dirinci sbb:
* Receptor: penerima rangsang thermal (suhu), penerima rangsang mekanis,
penerima rangsang kimiawi, penerima rangsang photik (sinar dan warna)
* Adjustor: sel-sel syaraf (neuron)
* Affector: otot-otot, glandula (kelenjar)
C. Sistem Syaraf kita
Terbagi menjadi 2:
1. Sistem syaraf pusat (syaraf-syaraf di otak dan sumsum tulang belakang)
Fungsinya: mengkoordinasi perilaku, dimana otak mengkoordinasi perilaku
yang komplek dan sumsum tulang belakang mengkoordinasi perilaku se-
derhana (seperti refleks).
2. Sistem syaraf tepi (perifer), yang terdapat dalam semua organ lain dalam
tubuh manusia.
* tidak memiliki fungsi koordinasi
* tugas utama: menyalurkan rangsang-rangsang yang diterima dari dalam
maupun dari luar tubuh ke sistem syaraf pusat.
* Sel-sel syaraf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke
sistem syaraf pusat disebut afferent dan yang menghantar impuls-impuls
dari sistem syaraf pusat ke sistem syaraf tepi disebut efferent.
D. Sistem Endokrin
* Berfungsi membantu sistem syaraf pusat, sekaligus dapat mempengaruhi
tingkah laku, yang terdiri dari kelenjar (glandula) yang dapat mengeluarkan
cairan kimiawi tertentu langsung ke dalam darah.
* Beberapa kelenjar yang terpenting:
- Kelenjar gondok (thyroid): mengeluarkan hormon tiroksin yang memban-
tu mengatur metabolisme tubuh.
- Kelenjar pituitary: mengeluarkan hormon pituitari yang bekerjasama de-
ngan hipotalamus ikut mengatur berbagai reaksi emosional individu
- Kelenjar adrenal: menghasilkan hormon adrenalin yang dikeluarkan saat
individu sedang stress.
- Kelenjar kelamin (gonad): yang mempengaruhi hormon-hormon yang
mempengaruhi perilaku seksual
- Kelenjar pancreas: menghasilkan insulin yang mengatur kadar gula da-
lam darah.
Persepsi
* Definisi
Menurut Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan
pola stimulus dalam lingkungan.
Menurut Pareek, persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasi, mengar-
tikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data.
* Proses persepsi
Rangsangan Persepsi Pengenalan (Penalaran & Perasaan) Tanggapan
Tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, un-
tuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya.
* Tiga komponen utama dalam proses persepsi:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas
dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi
seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa la-
lu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga
bergantung pada kemampuan seseorang mengadakan pengategorian informasi yang
diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai
reaksi (Depdikbud, 1985 & Soelaeman, 1987). Jadi proses persepsi adalah melakukan
seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
Pareek menjelaskan tiap proses dalam persepsi sebagai berikut:
1. Proses menerima rangsangan
Rangsangan atau data diterima dari berbagai sumber dan kebanyakan melalui pancaindra.
Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga ki-
ta mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.
2. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi, dimana faktor-faktor yang menentukan
seleksi rangsangan itu ialah faktor intern, seperti kebutuhan psikologis, latar belakang, pe-
ngalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan umum, dan penerimaan diri dan faktor
ekstern, seperti intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, keakraban, dan sesuatu yang
baru.
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam bentuk suatu bentuk. Ada 3
dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yaitu pengelompokan, bentuk timbul
dan latar, dan kemantapan persepsi.
4. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu
dengan berbagai cara.
5. Proses pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, penerima mengambil beberapa tindakan untuk me-
ngecek apakah penafsirannya benar atau salah.
6. Proses reaksi.
Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak.
Memori = Suatu sistem pengolahan informasi
* Dapat dimengerti sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi, sehingga dapat
digunakan lagi di masa yang akan datang.
* Proses memori: encoding retensi/storage retrieval.
* Apabila informasi yang sudah disimpan tidak dapat dipanggil kembali, terjadi proses
lupa.
* 3 jenis memori
a. Memori sensoris, yaitu proses penyimpanan memori melalui jalur syaraf-syaraf
sensoris yang berlangsung dalam waktu amat pendek.
b. Memori jangka pendek, suatu proses penyimpanan memori sementara (memory
working)
c. Memori jangka panjang, suatu proses penyimpanan informasi yang relatif perma-
nen.

Proses encoding
Merupakan suatu proses pengubah sifat suatu informasi ke dalam bentuk yang sesuai
dengan sifat-sifat memori organisme. Proses ini sangat mempengaruhi lamanya suatu
informasi disimpan dalam memori.

Proses penyimpanan informasi (storage)


Adalah suatu proses mengendapkan informasi yang diterima dalam suatu tempat ter-
tentu. Penyimpanan ini sudah sekaligus mencakup kategorisasi informasi, sehingga
tempat informasi disimpan sesuai dengan kategorinya.
Proses mengingat kembali (retrieval)
Merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam me-
mori untuk digunakan kembali bila dibutuhkan.

Proses terjadinya lupa


Lupa merupakan suatu gejala dimana informasi yang telah disimpan tidak dapat dite-
mukan kembali untuk digunakan. Beberapa teori tentang lupa:
* Decay theory: memori menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu bila tidak per-
nah diulang kembali.
* Interference theory: proses lupa terjadi karena informasi yang satu mengganggu pro-
ses mengingat informasi yang lain (interferensi retroaktif atau interferensi proaktif).

Meningkatkan kemampuan memori


a. Perlu melakukan pengulangan
b. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan
c. Proses memori memerlukan organisasi.
Apa itu Belajar?
Skinner (1958): Learning is process progressive behavior
adaptation. Dari definisi tersebut diperoleh pengertian bahwa belajar
merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini
berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik
dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga membutuhkan
proses, yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai
suatu hasil.
Kimble : Learning is a relative permanent change in behavioral
potentiality occur as a result of reinforced practice. Pada definisi
tersebut terlihat adanya sesuatu yang baru yaitu perubahan yang
bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice.
Horgen (1984): Learning can be difined as any relatively,
permanent change in behavior which oocurs as a result of practice or
experience. Suatu hal yang muncul disini adalah bahwa perilaku
sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya
perubahan perilaku. Setelah belajar individu akan mengalami
perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt
behavior atau covert behavior. Karena itu perubahan dapat dalam
segi kognitif, afektif dan dalam segi psikomotor.
Perubahan perilaku itu dapat aktual, yaitu yang tampak, tetapi juga
dapat bersifat potensial, yang tidak tampak pada saat itu, tetapi akan
nampak pada saat lain.
Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif menetap,
yang berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relatif
lama, tetapi di sisi lain perubahan tersebut tidak akan menetap terus
menerus, hingga suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai
akibat dari belajar.
Perubahan perilaku yang bersifat aktual maupun potensial yang
merupakan hasil belajar, merupakan akibat dari latihan dan
pengalaman.

Anda mungkin juga menyukai