Anda di halaman 1dari 22

Eklampsia dan

penatalaksanaannya

KELOMPOK D7

DAVID CHRITIAN RONALDTHO (102012210)


ANGIE (102012267)
MARGARETHA MEYTHA MARINDRA(102013088)
FADILAH SORAYA ALHAMID (102013336)
LANNY WINARTA (102013539)
ALEXANDER YOSUA SANTOSO (102014179)
YOHANA BR.SIDABALOK(102014250)
VANESIA STEVIANY (102015248)
skenario
Seorang perempuan berusia18tahun.
primigravida di bawa ke UGD karena
kejang-kejang.haid terakhir 25 november
2016 tanggal periksa 26 mei 2017.

RM

Seorang perempuan berusia 18 tahun,


primigravida dengan keluhan kejang .
anamesis
Identitas pasien

Riwayat haid

Riwayat kehamilan

Riwayat perkawinan

Keluhan penyakit
sekarang
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

Kesadaran Hasil pemeriksaan fisik :

Tanda vital Keadaan umum: tampak


sakit berat
Tekanan darah : 180/120
inspeksi mmhg
Inspeksi : pasien tampak
kejang palpasi : bengkak kaki,
palpasi tangan perut, muka

Auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, Haematokrit, dan
golongan darah.
Urine : Kemungkinan ditemukan
protein dalam urine 10 gram
sehari atau lebih.
USG : Untuk mengetahui keadaan
janin baik tunggal atau tidak
dan baik intrauterine atau
tidak.
Working Diagnose
Eklampsia

datang dengan mendadak dan


menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan. Eklampsia juga
disebut sebuah komplikasi akut
yang mengancam nyawa dari
kehamilan , ditandai dengan
munculnya kejang tonik - klonik ,
biasanya pada pasien yang telah
menderita preeklampsia
eklamsia
Eklampsia ini dapat timbul saat ante, intra,
dan postpartum.
Eklampsia postpartum biasanya hanya
terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan.
Eklampsia selalu didahului dengan
preklampsia, tetapi masalahnya adalah
preklampsia belum tentu dapat terdeteksi
secara dini.
Differensial Diagnose
Epilepsi

Hipertensi Kronik Dalam Kehamilan


Hipertensi yang menetap oleh sebab
apapun, yang di temukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, atau
hipertensi yang menetap setelah 6
minggu pasca persalinan.
Patofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial.
Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron yang
rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada
kehamilan normal.

Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma


dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia
permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat

Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal,


sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut
dapat terjadi oliguria atau anuria
Manifestasi Klinis
Kenaikan tekanan darah
Pengeluaran protein dalam urine
Edema kaki, tangan sampai muka
Terjadinya gejala subjektif :
Sakit kepala
Penglihatan kabur
Nyeri pada epigastrium
Sesak nafas
Berkurangnya pengeluaran urine
Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
Terjadinya kejang
Eklampsia
Tingkat Kejang :
Tingkat awal atau aura
Berlangsung 30 35 detik
Tangan dan kelopak mata gemetar
Mata terbuka dengan pandangan
kosong
Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
Eklampsia
Tingkat kejang tonik
Berlangsung sekitar 30 detik
Seluruh tubuh kaku : wajah
kaku, pernafasan berhenti,
dapat diikuti sianosis, tangan
menggenggam, kaki di putar
kedalam, lidah dapat tergigit.
Eklampsia
Tingkat kejang klonik
Berlangsung 1 sampai 2 menit
Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
Konsentrasi otot berlangsung cepat
Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit
sampai putus
Mata melotot
Mulut berbuih
Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma
tambahan
Eklampsia
Tingkat koma
Setelah kejang klonik berhenti penderita
menarik nafas
Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang kejang dapat terjadi
suhu naik mencapai 40 c, nadi bertambah
cepat, dan tekanan darah meningkat.
Penatalaksanaan
Penderita eklampsi harus dirawat inap
di rumah sakit.
Pengangkutan ke rumah sakit.
Sebelum dikirim, berikan obat penenang
untuk mencegah serangan kejang-kejang
selama dalam perjalanan, yaitu pethidin 100
mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg.
Penatalaksanaan
Tujuan perawatan di rumah sakit ialah menghentikan konvulsi,
mengurangi vasospasme, meningkatkan dieresis, mencegah
infeksi, memberikan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
melakukan terminasi kehamilan setelah 4 jam serangan kejang
yang terakhir, dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.

Sesampainya di rumah sakit, pertolongan pertama adalah


a) Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan.
b) Menghindarkan lidah tergigit dengan mennberikan tough spatel.
c) Pemberian oksigen
d) Pemasangan infuse dektrosa atauglukosa 10%,20%,40%.
e) Menjaga agar jangan sampai terjadi trauma, serta dipasang
kateter tetap(dauer catheter).
Penatalaksanaan
Observasi penderita dilakukan di dalam kamar
isolasi yang tenang, dengan lampu redup(tidak
terang), jauh dari kebisingan dan rangsangan .
kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisi
tensi, nadi, respirasi, suhu badan. Reflex, dan
dieresis. Bila memungkinkan dilakukan funduskopi
sekalli sehari. Juga dicatat tingkat kesadaran
danjumlah kejang yang terjadi. Pemberiaan cairan
disesuaikan dengan jumlah dieresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam. Kadar protein urin
diperiksa dalam 24 jam kuantatif.
Penatalaksanaan
Magnesium Sulfat (MgSO4)
Dosis inisial yang diberikan ialah 8 g dalam larutan
40 % secara IM ; selanjutnya tiap 6 jam 4 g,
dengan syarat, refleks patella masih (+),
pernafasan 16 / lebih per menit, diuresis harus
melebihi 600 ml / hari ; selain IM, sulfas
magnesicus dapat diberikan secara intravena;
dosis inisial yang diberikan adalah 4 g 40%
MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara
perlahan-lahan, diikuti 8 g IM dan selalu
disediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml
sebagai antidotum.
Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah
kematian ibu dan janin
Solusio plasenta
Gagal Ginjal
Udema Paru
Perdarahan otak
Kelainan mata
Prognosis
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada
kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi.

Gejala gejala lain memperberat prognosa dikemukakan


oleh Eden ialah ; koma yang lama, nadi di atas 120 x /
menit, suhu di atas 39 c, tekanan darah di atas 200
mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya
edema, edema paru paru dan apoplexy merupakan
keadaan yang biasanya mendahului kematian.
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya, pasien tersebut
menderita Eklampsia hipotesis di terima.

Anda mungkin juga menyukai