RSUD WALED CIREBON FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI 2016 DEFINISI Kehamilan adalah pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang sampai janin lahir. Lamanya hamil normal 37-42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir Menurut Kusbandiyah (2010) Kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu : 1) Trimester pertama 0 12 minggu 2) Trimester kedua 12 28 minggu 3) Trimester ketiga 28 40 minggu Tanda dan gejala kehamilan untuk dapat menegakkan kehamilan menurut Saifudin (2004) dengan melakukan penilaian terhadap : Amenorhea Mual dan muntah Ngidam Perubahan berat badan Sering miksi Perdarahan Trisemester 1 Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/ periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0 12 minggu) Perdarahan Pada Kehamilan Muda: Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya Perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,KET dan Mola hidatitosa. Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Hadijanto, 2008). Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu dikarenakan abortus (5%). Berdasarkan jenisnya Sujiyatini dkk (2009) menyebutkan abortus dibagi menjadi: Abortus Imminens Abortus Insipien Abortus Incomplete Missed Abortion Abortus Habitualis Etiologi Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu: Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pada plasenta Faktor maternal Kelainan traktus genitalia. Abortus Imminens Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.2 Adanya abortus imminens terlihat pada gambar Diagnosis abortus imminens ditentukan dari : Terjadinya perdarahan melalui ostium eksternum dalam jumlah sedikit. Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali. Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup. Tes kehamilan (+) Abortus Insipiens Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan pervaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering, serviks terbuka, besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif. Abortus Inkomplet Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi, kanalis servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar. Abortus Komplet Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus. Missed Abortion. Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama 8 minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil, biasanya tidak diikuti tandatanda abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks, dan kontraksi Abortus Habitualis Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut- turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu. Penatalaksanaan Abortus imminens Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot rahim. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu. Abortus insipiens Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan. Memberi antibiotik sebagai profilaksis. Abortus inkomplet Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Abortus komplet Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral. Missed abortion Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu. Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut. Abortus Habitualis Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat yang cukup, larangan koitus, dan olah raga. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac Donald (cervical cerclage). Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii). Kejadian kehamilan ektopik di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan ektopik terganggu Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah sebagai berikut: Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron Faktor abnormalitas dari zigot Faktor tuba Faktor ovum Faktor lain Tanda dan gejala pada KET, dapat atau tidak ada perdarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum. Dari Pemeriksaan fisik didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor didaerah adneksa. Adanya tandavtanda syok hipovolemik yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. Dari Pemeriksaan dalam serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri. Kehamilan ektopik dapat diklasifikasikan menjadi: Kehamilan Pars Interstisialis Tuba Kehamilan ektopik ganda Kehamilan Ovarial Kehamilan servikal Kehamilan ektopik lanjut Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu: Kondisi penderita saat itu Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya Lokasi kehamilan ektopik Kondisi anatomik organ pelvis Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Mola Hidatitosa Mola hidatitosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. Menurut Hadijanto (2008) pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Ada yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya dying mole. Penyebab dari mola tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mola Faktor ovum yang memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk dikeluarkan. Imunoselektif dari trofoblas. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah. Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin, dan lemak hewani. Paritas tinggi. Umur, risiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40 tahun. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. Suku bangsa (ras) dan faktor geografi yang belum jelas. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu : Perbaiki keadaan umum Pengeluaran jaringan mola :Kuretase dan Histerektomi Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika Follow up TERIMA KASIH