Anda di halaman 1dari 44

GANGGUAN

SOMATOFORM
(DSM IV)
Pendahuluan
Soma (Yunani) tubuh

Gangguan somatoform :
adanya keluhan gejala fisik yang berulang yang
disertai permintaan pemeriksaan medis,
meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya
negatif dan sudah dijelaskan oleh dokter bahwa
tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi
dasar keluhannya.
Klasifikasi
Menurut DSM V
Gangguan somatoform spesifik :
Gangguan somatisasi
Gangguan konversi
Hipokondriasis
Gangguan dismorfik tubuh
Gangguan nyeri.
Klasifikasi

Kategori diagnostik residual, yaitu :


Gangguan somatoform tidak
terdiferensiasi dan
Gangguan somatoform yang tidak dapat
ditentukan.
GANGGUAN SOMATISASI

banyaknya keluhan yang ada dan


melibatkan sistem organ multipel
bersifat kronis dan disertai distres
psikologis bermakna, gangguan fungsi
sosial dan pekerjaan, dan perilaku
mencari bantuan medis yang berlebihan.
Etiologi
Faktor psikososial
Penyebab gangguan somatisasi melibatkan
interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi
sosial, yang hasilnya berupa sikap menghindari
kewajiban (contoh : mengerjakan pekerjaan
yang tidak disukai), mengekspresikan emosi
(contoh : marah pada pasangan), atau untuk
melambangkan suatu perasaan atau keyakinan
(contoh : nyeri pada saluran pencernaan)
Etiologi

Faktor biologis
Pasien memiliki gangguan perhatian dan
kognitif yang dapat menyebabkan
persepsi dan penilaian yang salah
terhadap input somatosensorik
Kriteria diagnostik
A. Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak
sebelum usia 30 tahun yang muncul
dalam banyak periode selama beberapa
tahun dan terdapat hendaya berat dalam
kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang
penting lainnya.
Kriteria diagnostik

B. Setiap kriteria di bawah ini harus ada :

4 rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal 4 bagian


atau fungsi tubuh
2 gejala gastrointestinal : riwayat minimal 2 gejala
gastrointestinal selain rasa nyeri
1 gejala seksual : riwayat minimal 1 gejala seksual atau
reproduksi selain rasa nyeri
1 gejala pseudoneurologikus : riwayat minimal 1 kali
gejala atau defisit yang menandakan gangguan
neurologis, tidak terbatas pada rasa nyeri
Kriteria diagnostik
C. Terdapat salah satu dari di bawah ini :

setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala


pada poin B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum
atau akibat efek zat tertentu

bila terdapat kondisi medik umum yang


berhubungan, maka keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari
yang diharapkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium.
Kriteria diagnostik

D. Gejala-gejala yang ada bukan akibat


kesengajaan atau dibuat-buat
Gambaran Klinis
mengeluhkan banyak gejala somatik dan
memiliki riwayat medik yang panjang,
kompleks
percaya bahwa mereka sakit hampir
sepanjang masa hidupnya
Distres psikologis dan masalah
interpersonal menonjol; cemas dan
depresi adalah kondisi psikiatri yang
paling sering ditemukan
Gambaran Klinis
menggambarkan keluhannya secara dramatis,
emosional, dan melebih-lebihkan, dengan
bersemangat; mereka keliru dengan urutan
waktu dan tidak dapat membedakan dengna
tepat gejala saat ini dengan gejala sebelumnya.

biasanya berhubungan dengan gangguan


mental lainnya, termasuk gangguan depresi
mayor, gangguan kepribadian, gangguan akibat
penggunaan zat, gangguan cemas generalisata,
dan fobia
Terapi

Tujuan terapi : menyadarkan pasien bahwa


kemungkinan besar keluhan tersebut
disebabkan oleh faktor psikologis
Penanganan terbaik dilakukan oleh satu orang
dokter
Psikoterapi individu dan kelompok
Farmakoterapi diberikan harus dengan indikasi,
yaitu jika ada gangguan mental yang menyertai
GANGGUAN KONVERSI

Suatu gangguan yang ditandai oleh adanya satu


atau lebih gejala neurologis (seperti paralisis,
kebutaan, dan parestesia) yang tidak dapat
dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis
yang diketahui. Di samping itu, penegakan
diagnosis mengharuskan adanya faktor
psikologis yang berhubungan dengan awal atau
eksaserbasi gejala.
Kriteria Diagnosis
Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi
fungsi sensorik atau motorik volunter yang mendukung
kondisi neurologis atau kondisi medis umum lainnya.

Faktor psikologis diduga berhubungan dengan


timbulnya gejala atau defisit tersebut karena inisiasi
atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh
konflik atau stresor lainnya.

Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau


dibuat-buat.
Kriteria Diagnosis

Gejala atau defisit tidak dapat, setelah pemeriksaan


yang tepat, dijelaskan sepenuhnya berdasarkan
kondisi medik umum, atau sebagai akibat langsung
penggunaan zat, atau tingkah laku atau pengalaman
sanksi kultural.

Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis atau


hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang
lainnya atau memerlukan evaluasi medik.
Kriteria Diagnosis

Gejala atau defisit tidak terbatas pada rasa nyeri atau


disfungsi seksual, tidak muncul semata-mata selama
perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak lebih baik
dijelaskan pada gangguan mental lainnya.

Spesifikasi tipe :
Dengan gejala atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang
Dengan gambaran campuran
Gambaran Klinis
Paralisis, kebutaan, dan mutisme paling
sering ditemukan
Gejala sensorik biasanya berupa
anestesia dan parestesia, terutama pada
ekstremitas
Gambaran Klinis

Gejala motorik meliputi gerakan abnormal,


gangguan postur tubuh, kelemahan, dan
paralisis atau paresis

Kejang semu (sulit dibedakan dengan


kejang sesungguhnya hanya melalui
observasi klinis)
Terapi
Psikoterapi mengurangi faktor stres.
Terapi Hipnotis, anticemas, dan terapi
relaksasi
Amobarbital atau Lorazepam
Terapi psikodinamik : untuk menganalisa
dan menggali konflik psikis serta
simbolisasi dari gejala gangguan
konversinya
HIPOKONDRIASIS
Hipokondriasis timbul sebagai akibat dari
interpretasi yang tidak realistis atau salah
dari gejala fisik, walaupun tidak terdapat
kelainan medis yang menyebabkannya.
Pada pasien, terdapat preokupasi dengan
ketakutan akan mengalami, atau keyakinan
memiliki, penyakit serius
Etiologi

Gejala mencerminkan misinterpretasi gejala-


gejala tubuh (meningkatkan dan membesar-
besarkan sensasi somatiknya)

Gejala hipokondriasis dipandang sebagai


keinginan untuk mendapatkan peranan sakit
oleh seseorang yang menghadapi masalah yang
tampak berat dan tidak dapat dipecahkan
Etiologi
hipokondriasis sebagai bentuk varian gangguan
mental lainnya. Diperkirakan 80% pasien
hipokondriasis mungkin memiliki gangguan
depresif atau gangguan cemas yang ditemukan
bersama-sama

psikodinamika hipokondriasis, yang menyatakan


harapan agresif dan permusuhan terhadap
orang lain dialihkan kepada keluhan fisik
Kriteria Diagnosis
A. Preokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide
bahwa seseorang mempunyai, penyakit serius
berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai
gejala tubuhnya.

B. Preokupasi tersebut bertahan tanpa


menghiraukan hasil evaluasi medis yang tepat
dan pengyakinan kembali oleh klinisi.

C. Keyakinan yang disebutkan pada poin A tidak


pada intensitas waham dan tidak terbatas
pada perhatian akan penampilan.
Kriteria Diagnosis
D. Preokupasi tersebut mengakibatkan distres
klinis atau hendaya berat dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang lainnya.
E. Durasi minimal 6 bulan.
F. Preokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan
sebagai akibat gangguan kecemasan
generalisata, Preokupasif-kompulsif, gangguan
panik, episode depresi berat, cemas akan
perpisahan, atau gangguan somatoform
lainnya
Kriteria Diagnosis

Spesifikasi bila :
Dengan tilikan diri buruk : bila, hampir
sepanjang waktu selama episode kini,
penderita tidak menyadari bahwa
keyakinannya memiliki penyakit serius
tersebut berlebihan atau tidak beralasan.
Gambaran Klinis
merasa yakin dirinya memiliki penyakit
serius yang belum terdeteksi, dan tidak
dapat diyakinkan sebaliknya
Keyakinan tersebut bertahan tanpa
menghiraukan hasil pemeriksaan
laboratorium negatif
Hipokondriasis sering disertai depresi atau
cemas
Terapi

Psikoterapi (terapi perilaku, terapi kognitif,


dan hipnotis)

Farmakoterapi dilakukan jika ditemukan


gangguan lain yang mendasari dan
responsif terhadap obat (seperti gangguan
anxietas atau depresi).
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

Adanya preokupasi seseorang memiliki


cacat tubuh khayalan atau suatu
interpretasi berlebihan dari cacat yang
minimal atau kecil.
Inti gangguan ini adalah bahwa seseorang
yakin atau takut bahwa dirinya tidak
menarik atau bahkan menjijikkan.
Etiologi
Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui.
Patofisiologi gangguan mungkin melibatkan serotonin
dan dapat berhubungan dengan gangguan metal lain.
Pengaruh kultural atau sosial yang bermakna bagi
pasien.
Dalam psikodinamika, mencerminkan pengalihan konflik
seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh yang
tidak berhubungan.
Asosiasi timbul melalui mekanisme pertahanan represi,
disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.
Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :


Preokupasi akan defek khayalan pada
penampilan.
Preokupasi mengakibatkan distres klinis atau
hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau
bidang lainnya.
Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan
gangguan mental lainnya.
Gambaran Klinis
Perhatian paling sering melibatkan cacat wajah,
khususnya pada bagian spesifik.
Terkadang keluhan tidak jelas dan sulit dimengerti.
Efek pada kehidupan pasien dapat signifikan; sebagian
besar pasien menghindari ekspos hubungan sosial atau
pekerjaan.
Diagnosis komorbid dengan gangguan depresi dan
cemas sering ditemukan, dan pasien juga dapat memiliki
ciri kepribadian obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik.
Diagnosis Banding

Gangguan Kepribadian Narcistik


perhatian terhadap salah satu bagian
tubuh tidaklah menonjol.
Gangguan Depresif, Obsesif-Kompulsif
dan Skizofrenia.
Terapi

Pengobatan pasein dapat dilakukan dengan terapi


bedah, pengobatan dermatologis, dan pengobatan Gigi
dan Mulut.
Farmakoterapi seperti: Trisiklik anti depresan, Monoamin
Oksidase Inhibitor dan pimozide (Orap).
Obat-obatan pro Serotonin spesifik clomipramine
(Anafranil) dan Fluoxetine (Prozac)
Jika disertai gangguan mental, dilakukan farmakoterapi
dan psikoterapi yang sesuai.
GANGGUAN NYERI

Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya


nyeri pada satu atau lebih lokasi yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau
neurologis non psikiatrik.
Gejala tersebut disertai distres emosional dan
gangguan fungsional serta memiliki hubungan
sebab yang masuk akal dengan faktor
psikologis.
Etiologi

Faktor psikodinamika.
Faktor perilaku.
Faktor interpersonal.
Faktor biologis.
Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :


Rasa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis.
Rasa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya
berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.
Faktor psikologis memegang peranan pada onset,
berat, eksaserbasi, atau bertahannya nyeri.
Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuat-buat.
Nyeri tidak dijelaskan dengan gangguan mood,
kecemasan, atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Jenis Jenis Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri berasosiasi dengan faktor
psikologis
Gangguan nyeri berasosiasi dengan baik faktor
psikologis maupun kondisi medik umum
Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi medik
umum

Spesifikasi :
Akut : durasi kurang dari 6 bulan
Kronik : durasi 6 bulan atau lebih
Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan nyeri bukan
merupakan kelompok yang uniform tapi
merupakan kumpulan heterogen.
Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat
panjang akan perawatan medik dan bedah.
Komplikasi dapat berupa gangguan akibat
penggunaan zat, karena pasien berusaha
mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan
zat lainnya.
Terapi

Rehabilitasi
Farmakoterapi seperti analgetika tidak
bermanfaat pada pasien dengan
gangguan Nyeri.
Antidepresan seperti Trisiklik dan
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI), adalah obat-obatan yang sangat
efektif.
Gangguan Somatoform Tidak
Terdiferensiasi
Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
Satu atau lebih keluhan fisik
Terdapat salah satu dari di bawah ini :
setelah pemeriksaan yang tepat, setiap
gejala pada poin A tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik
umum atau akibat efek zat tertentu
bila terdapat kondisi medik umum yang
berhubungan, maka keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan lebih
hebat dari yang diharapkan
Gejala mengakibatkan distres psikologis
atau hendaya berat dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau bidang lainnya.
Durasi minimal 6 bulan.
Gangguan tidak lebih baik dijelaskan
dengan gangguan mental lainnya
(seperti gangguan somatoform lainnya,
disfungsi seksual, gangguan mood,
gangguan cemas, gangguan tidur, atau
gangguan psikotik).
Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.
Gangguan Somatoform Yang
Tidak Dapat Ditentukan
Pseudocyesis : keyakinan yang salah
bahwa ia mengalami kehamilan.
Gangguan melibatkan gejala
hipokondriakal nonpsikotik dengan
durasi kurang dari 6 bulan.
Gangguan melibatkan keluhan fisik yang
tidak dapat dijelaskan (contoh :
kelelahan atau badan lemah) dengan
durasi kurang dari 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai