Anda di halaman 1dari 28

Skrining

Kanker Serviks

Departemen Obstetri dan Ginekologi - Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin


Pendahuluan
kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim atau serviks
Metaplasia epitel pada serviks
Data global : Salah satu keganasan ginekologi pada
wanita, terbanyak setelah kanker payudara.
Indonesia : kanker yang paling banyak menyebabkan
kematian.
529.000 per tahun dan 275.000 kematian. Lebih rentan
di negara berkembang
Serviks adalah bagian bawah dan
sempit dari uterus (rahim).
Bagian fibromuskular
ukuran 3-4 cm dan diameter 2,5 cm.
serviks terdiri daripada epitel dan
jaringan stroma yang dipisahkan oleh
membrane basalis.
ektoserviks - skuamous berlapis dan
tidak berkeratin
endoserviks - epitel kolumnar selapis.
Zona transformasi-Bagian serviks di
mana sel epitel kolumnar diganti
dengan sel epitel skuamous
Etiologi dan Faktor-faktor
Risiko
Ras
Infeksi
Gejala dan Tanda
CERVICAL
LANDMARKS
Primary Secondary Tertiery
Prevention Prevention Prevention
: : :
Health Early Diagnosis,
Promotion Promp Treatment
and Spesific and Disability Rehabilitatio
Protection Limitation n

Natural History of Disease


Deteksi Dini (Skrining)
PAP Smear
Inspeksi Visual Asam Asetat
HPV Testing
Kolposkopi
METODE
SKRINING
PAP SMEAR
Jika rutin dilakukan ->
menurunkan sekitar 60-70%
angka kejadian kanker serviks
Spesifisitas cukup tinggi, yakni
98%; namun spesifisitas lebih
rendah dengan nilai yang
bervariasi
Lokasi pengambilan sampel :
transformation zone.
PERSIAPAN PASIEN

Tidak melakukan hubungan seksual, douching, tampon vagina, atau


krim kontraseptif setidaknya 24-48 jam sebelum tes dilakukan
Tidak memegang atau menyentuh daerah serviks sebelum tes
dilakukan
Terlebih dahulu menyelesaikan pengobatan apabila terdapat infeksi
genital (mis. servisitis, vaginitis, dsb) sebelum tes dilaksanakan.
COLLECTION DEVICES

1. Spatula ayre
2. Cytobrush
3. Plastic broom
METODE KOLEKSI SAMPEL

a. Conventional Slide Collection


perlu perhatian khusus untuk mencegah keringnya sampel sel
-> hasil tidak dapat dibaca
sampel dari spatula dioleskan ke slide, kemudian segera diikuti
oleh sampel dari cytobrush.
setelah itu, dengan cepat difiksasi dengan menyemprotkan
alkohol ataupun merendamnya.
METODE KOLEKSI SAMPEL

b. Liquid-based Test Collection


setelah sampel diambil oleh collecting devices, dengan segera
direndamkan ke medium transpor
setelah direndam, barulah dioleskan ke slide dengan tipis dan
merata
keuntungan: 1. meningkatkan kualitas pengoleksian sampel sel
2. distribusi sel abnormal lebih merata pada slide
KONVENSIONAL VS. LIQUID-BASED
KOMPONEN PELAPORAN
TES SITOLOGIS PAP
SMEAR: BETHESDA
SYSTEM 2001
INISIASI SKRINING

Skrining dilakukan pada semua wanita mulai usia 21 tahun


tanpa memandang status aktivitas seksual.

Pada wanita immunocompromized atau yang mendapatkan


terapi imunosupresif, skrining dilakukan pada onset
dimulainya aktivitas seksual, walaupun belum mencapai
usia 21 tahun. Skrining dilakukan tiap 6 bulan pada
tahun pertama, setelah itu dilakukan tiap tahun.
INTERVAL SKRINING

Pada usia 21 29 tahun -> dilakukan dengan interval setiap 2 tahun


Pada usia 30 tahun ke atas:
Average risk* : setiap 3 tahun

Higher risk ** : setiap 2 tahun

Dengan infeksi HIV : setiap 1 tahun seumur hidup.

Wanita dengan CIN 2 atau CIN 3 atau karsinoma serviks untreated , skrining dilakukan tiap
tahun selama 20 tahun.
*Hasil negatif pada 3 kali hasil pap smear sebelumnya
**wanita dengan paparan diethylstilbestrol in utero dan wanita immunocompromize.
PENGHENTIAN SKRINING

Wanita usia diatas 65 tahun dengan hasil pap smear


negatif selama 10 tahun terakhir

Pada wanita diatas 65 tahun yang masih aktif secara


seksual -> skrining tetap dilanjutkan secara rutin.
ALUR SKRINING BERDASARKAN KEMENKES
HPV DNA TESTING
Pada tahun 2003, FDA menyetuji pelaksanaan kombinasi sitologi jaringan
serviks (pap smear) dan pemeriksaan HPV DNA -> meningkatkan sensitivitas
pemeriksaan Pap smear tunggal dari 50 -85% menjadi hampir 100%

Dilaksanakan pada wanita diatas 30 tahun

Sampel diperoleh dari collection device pap smear, sehingga mempermudah


proses pengambilan (metode liquid-based).
HPV DNA TESTING
Hasil pembacaan tes kombinasi HPV DNA dan sitologi (pap smear) :

Keduanya negatif: ulang tes dengan interval setiap 3 tahun

Keduanya positif : positif adanya proses neoplasia epitel.

Sitologi positif, HPV DNA negatif : mengikuti guidelines hasil papsmear

Sitologi negatif, HPV DNA positif (10%) : ulang tes dengan interval setiap
1 tahun
IVA
Dilakukan menggunakan
asam asetat 35% dan
kemudian diinspeksi
secara kasat mata
Setelah serviks diulas
dengan asam asetat,
akan terjadi perubahan
warna pada serviks.
Sensivitasnya lebih dari
90% dan spesifitasinya
sekitar 40%
Persiapan sampel
Syarat:
Sudah pernah melakukan hubungan seksual
Tidak sedang datang bulan/haid
Tidak sedang hamil
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan
seksual
Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita
usia 25-60 tahun.
Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup
memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1
tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi
prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan
dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih,
artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru
terjadi di sekitar epitel.
Dapat dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar
atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu
tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh
yang lain.
Kesimpulan
Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan melalukan
pemeriksaan kesehatan serviks secara dini (skrining) karena gejala kanker
serviks tidak terlihat sampai stadium yang lebih parah.

Pemeriksaan dengan menggunakan metode Pap Smear dan IVA


merupakan pemeriksaan untuk mencegah kanker serviks yang cukup
efisien dan efektif karena dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti
perawat, bidan dan dokter umum.

Pentingnya melakukan upaya pencegahan kanker serviks untuk


menurunkan angka kematian perempuan di Indonesia
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai