Anda di halaman 1dari 45

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TB-MDR dr.

Ahmad Hanif
MENGENAI FAKTOR YANG MEMPENGARU HI dr. Lara Maisha
UPAYA PENYEMBUHAN DI PUSKESMAS dr. Annisaul Fauziyah
SINDANG BARANG dr. Stteffie Bagoes Putri S
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit yang mematikan di
dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian
hampir mencapai 2 juta manusia.
TB MDR (Multi Drug Resistance Tuberculosis) adalah keadaan
dimana kuman M. tuberculosis yang resisten atau kebal terhadap
minimal 2 jenis OAT yang paling poten yaitu Rifampicin dan
Isoniazid secara bersamaan atau kebal terhadap OAT lini pertama
lainnya seperti Etambutol, Pirazinamid, dan Streptomisin.
Pada tahun 2008, diperkirakan terdapat 390.000-510.000 kasus TB
MDR diseluruh dunia dan terdapat 150.000 angka kematian karena
TB MDR. Dari semua insiden tuberkulosis, sekitar 3,6% menjadi TB
MDR.
LATAR BELAKANG
Pada tahun 2013 WHO memperkirakan di Indonesia terdapat 6.800
kasus baru TB MDR setiap tahun.
Pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang
sendiri terdapat 65 kasus TB paru dan 3 kasus diantaranya
merupakan kasus TB MDR. Saat ini hanya tersisa 1 pasien TB MDR
yang mendapatkan terapi di Puskesmas Sindang Barang sedangkan
yang lainnya sudah drop out dan meninggal.
LATAR BELAKANG
Pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu yang panjang, minimal
6 bulan, TB MDR bahkan memerlukan terapi 18-24 bulan, sehingga
menyebabkan kurangnya tingkat kepatuhan pasien dalam minum
obat maupun kehadiran untuk terapi injeksi yang bisa
mempengaruhi keberhasilan terapi.
Nutrisi dan sanitasi keduanya berhubungan dengan imunitas dan
daya tahan tubuh penderita TB baik terhadap kuman
Mycobacterium yang sudah menginfeksi maupun bakteri, virus,
jamur atau antigen lain yang belum menyerang, sehingga secara
tidak langsung juga mempengaruhi keberhasilan terapi. dukungan
keluarga, merupakan cakupan psikososial yang berpengaruh bagi
penderita TB dalam masa pengobatan untuk mencapai
keberhasilan terapi.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengetahuan pasien TB MDR mengenai kepatuhan
pasien dalam pengobatan mempengaruhi upaya penyembuhan di
Puskesmas Sindang Barang?
Bagaimana pengetahuan pasien TB MDR mengenai nutrisi
mempengaruhi upaya penyembuhan di Puskesmas Sindang
Barang?
Bagaimana pengetahuan pasien TB MDR mengenai sanitasi
mempengaruhi upaya penyembuhan di Puskesmas Sindang
Barang?
Bagaimana pengetahuan pasien TB MDR mengenai dukungan
keluarga mempengaruhi upaya penyembuhan di Puskesmas
Sindang Barang?
TUJUAN
Tujuan Umum
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di
Puskesmas Sindang Barang.
Puskesmas Sindang Barang dapat turut membantu dan mendukung
upaya penyembuhan pasien TB MDR.
Tujuan Khusus
Menganalisis gambaran pengetahuan pasien TB MDR mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penyembuhan di
Puskesmas Sindang Barang yaitu antara lain kepatuhan
pengobatan, nutrisi, sanitasi, serta dukungan keluarga.
MANFAAT
Manfaat bagi Penulis
Menambah ilmu dan pengetahuan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi upaya
penyembuhan pasien TB MDR.
Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter Indonesia

Manfaat bagi Puskesmas


Menambah pemahaman para tenaga kesehatan puskesmas mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi upaya penyembuhan pasien TB MDR.
Bertambahnya pemahaman para tenaga kesehatan puskesmas mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi upaya penyembuhan pasien TB MDR akan mendukung
kesembuhan pasien sehingga berkurangnya kejadian pasien TB MDR.

Manfaat bagi Masyarakat


Masyarakat dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi upaya
TINJAUAN PUSTAKA
Profil Puskesmas
Puskesmas Sindang Barang terletak di Jl. Sirnasari IV No. 3
Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor,
TLP. (0251) 8629884. Posisi Kota Bogor berada dekat dengan
Jakarta, dan kondisi alamnya yang indah dengan udara yang relatif
sejuk menjadikan Kota Bogor menjadi penyangga ibu kota.
Puskesmas Sindang Barang sudah menjalankan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 pada seluruh unit pelayanan, beserta proses-
proses pendukungnya.
Keadaan Umum dan Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang meliputi 5 kelurahan:
Kelurahan Sindang Barang = 159.116 Ha
Kelurahan Bubulak = 157.085 Ha
Kelurahan Setu Gede = 232.470 Ha
Kelurahan Marga Jaya = 116.176 Ha
Kelurahan Balumbang Jaya = 114.959 Ha
Total Wilayah = 779.806 Ha
Jumla Jumla Jumlah Jumlah
No Kelurahan
Data Jumlah Penduduk, h RT h RW KK Penduduk
Sindang
RT & RW 1 47 9 4.421 14.351
di wilayah kerja Barang
Puskesmas Sindang 2 Bubulak 49 13 4.599 13.482
3 Situ Gede 34 10 2.597 7.941
Barang Tahun 2015 4 Marga Jaya 25 7 1.680 5.348
Balumbang
5 41 13 2.796 10.227
Jaya

200 52 16093 51854
Jumlah
No Jenis Jumla Keterangan
h
1 Dokter Umum 3 1. Kepala
Orang Puskesmas
2. Dokter
Fungsional
2 Dokter Gigi 1
Jenis Ketenagaan Orang
Di Wilayah Kerja 3 Perawat 6
Puskesmas Sindang Orang
Barang Tahun 2015 4 Bidan 6
Orang
5 Perawat Gigi 1
Orang
6 Tenaga Pelaksana Gizi 2
Orang
7 Petugas Kesling 2
Orang
8 Promkes 2
Orang
9 Laboratorium 1
Sarana dan Prasarana di Puskesmas Sindang Barang
Puskesmas Sindang Barang menyediakan dan memelihara infrastruktur yang diperlukan
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat berupa :
Tanah dengan luas 1500 meterpersegi
Gedung pelayanan (puskesmas) yang terdiri dari gedung rawat jalan, Gedung PONED
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar), Rumah Dinas untuk karyawan dan
Puskesmas Pembantu Balumbang Jaya
Ruang kerja yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung, antara lain penerangan, tempat
cuci tangan, meja kursi, perangkat komputer, saluran telepon dan lain sebagainya.
Laboratorium sederhana Faskes TK 1
Alat-alat kesehatan dasar dan bahan habis pakai
Fasilitas ruang tunggu yang dilengkapi dengan kursi, tempat sampah, dan toilet bagi para
pasien maupun keluarga yang mengantar.
Peralatan ukur, antara lain: pengukur berat badan, pengukur temperatur, pengukur
tekanan darah, dan sebagainya.
Kendaraan roda 2 (motor) sebanyak 4 unit
Genset 1 unit
Rumah sakit di wilayah kerja yaitu RS Medika Dramaga
TB MDR
Pengertian TB MDR
TB MDR (Multidrug Resistance Tuberculosis) adalah keadaan
dimana kuman M. tuberculosis yang resisten atau kebal terhadap
minimal 2 jenis OAT yang paling poten yaitu Rifampicin dan
Isoniazid secara bersamaan atau kebal terhadap OAT lini pertama
lainnya seperti Etambutol, Pirazinamid, dan Streptomisin. TB
resisten OAT pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan
manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang tidak
adekuat maupun penularan dari pasien TB resisten OAT.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya TB MDR

1. Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena:


Diagnosis tidak tepat,
Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat,
Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat,
Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat

2. Pasien, yaitu karena:


Tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan

Tidak teratur menelan paduan OAT,

Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya.

Gangguan penyerapan obat

3. Program Pengendalian TB , yaitu karena :


Persediaan OAT yang kurang

Kualitas OAT yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance).


Pengobatan TB MDR
Pengobatan TB MDR terdiri dari 2 fase yaitu fase awal dan fase
lanjutan.
Tahap awal adalah tahap pengobatan dengan menggunakan obat
suntikan (kanamisin atau kapreomisin) yang diberikan sekurang-
kurangnya selama 6 bulan atau 4 bulan setelah terjadi konversi
biakan. Pada fase awal, obat per oral ditelan setiap hari (7 hari
dalam 1 minggu) dan suntikan diberikan 5 hari dalam seminggu
(senin-jumat).
Tahap lanjutan adalah tahap pengobatan setelah selesai
pengobatan tahap awal dan pemberian suntikan dihentikan. Obat oral
diberikan sebanyak 6 kali seminggu (Senin s/d Sabtu) pada tahap
lanjutan ini. Lama pengobatan TB MDR paling sedikit 18 bulan setelah
terjadi konversi biakan, bahkan dapat diperpanjang hingga 24 bulan
jika terdapat kasus kronis dengan kerusakan paru yang cukup luas.
Faktor yang mempengaruhi upaya
penyembuhan pasien TB MDR

Kepatuhan Pengobatan
Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Penderita yang patuh
adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap
tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan.
Sedangkan untuk pengobatan TB Resistan Obat, TB MDR, dan TB XDR
lebih sulit jika dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih
sensitif. TB resisten obat dan TB MDR dapat disembuhkan, meskipun
membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Pada pasien tuberkulosis
kepatuhan akan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan terapi
(BPOM, 2006).
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Menurut Smet (1994), adalah:
a. Faktor komunikasi
b. Pengetahuan
c. Fasilitas Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Niven 2002, yaitu :


d. Faktor penderita/ Individu (Motivasi diri dan keyakinan)
e. Dukungan keluarga
f. Dukungan social
g. Dukungan petugas kesehatan
Faktor yang mempengaruhi upaya
penyembuhan pasien TB MDR
Nutrisi
Penderita TB dengan status nutrisi baik mengalami
peningkatan berat badan lebih banyak, konversi sputum,
perbaikan gambaran radiologi dan fungsi sosial lebih cepat
dibandingkan penderita TB dengan malnutrisi. Penderita TB
dengan malnutrisi berhubungan dengan keterlambatan
penyembuhan, peningkatan angka kematian, risiko
kekambuhan dan kejadian hepatitis akibat OAT. Tingkat
kekambuhan TB meningkat pada subjek dengan IMT 90%
ideal atau IMT 18,5.4 Suplementasi nutrisi diharapkan
menjadi pendekatan baru dalam rangka penyembuhan lebih
cepat.
Penyuluhan dan intervensi nutrisi dengan sasaran peningkatan asupan
energi serta suplementasi nutrisi pada fase intensif OAT berhubungan
dengan peningkatan berat badan, massa otot dan lemak, serta perbaikan
fungsi fsik.
Kebutuhan vitamin dan mikronutrien sebaiknya memenuhi 50-150%
kebutuhan harian terutama pada penderita TB yang mengalami penurunan
asupan makanan akibat turunnya nafsu makan. Suplementasi vitamin E (-
tokoferol 140mg) dan selenium (200g) mengurangi beban oksidatif dan
meningkatkan status antioksidan pada penderita TB yang mendapatkan
OAT. Suplementasi vitamin D dapat diberikan dalam bentuk tablet vitamin D
2,5 mg. Pemberian isoniazid berisiko memicu neuropati perifer sehingga
perlu suplementasi 25 mg vitamin B6 per hari. Suplementasi multivitamin
seperti vitamin B1 (tiamin), vitamin B6, C dan E memperbaiki respons imun
dengan meningkatkan kemampuan proses proliferasi limfosit.
Faktor yang mempengaruhi upaya penyembuhan pasien
TB MDR

Sanitasi
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/MENKES/SK/VII/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal, rumah sehat harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan
2. Komponen dan penataan rumah harus memenuhi persyaratan fsik dan
biologis.
3. Pencahayan harus menerangi ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan (Permenkes RI No.1077, 2011). Karena itu rumah harus memiliki
20% luas jendela dari luas seluruh rumah, supaya cahaya matahari bisa masuk
ke rumah dan membunuh kuman.
4. Kualitas udara dalam ruangan sesuai dengan ketentuan.
5. Ventilasi minimal 10% dari luas lantai ruangan untuk menjamin sirkulasi udara yang baik
sehingga temperatur ruangan dapat dipertahankan antara 22C - 30C dengan
kelembaban optimum 40 - 60%.
6. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila memenuhi syaratnya, yaitu telah
dimasak.
7. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak boleh mencemari sumber air, tidak berbau,
tidak mencemari permukaan tanah. Sedangkan limbah padat juga tidak boleh mencemari
permukaan tanah dan air serta tidak boleh berbau.
8. Kepadatan hunian rumah juga harus memiliki ruang tidur minimal seluas delapan meter
persegi dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruangan,
kecuali anak dibawah lima tahun.
9. Binatang dapat menjadi sumber penyakit atau menjadi sarana berbagai mikroorganisme
untuk hidup dan berkembang biak.
10.Kebersihan makanan yang akan dimakan mempengaruhi secara langsung dari orang-orang
yang mengonsums. Begitu juga untuk peralatan makan dan minum yang digunakan.
Faktor yang mempengaruhi upaya
penyembuhan pasien TB MDR

Dukungan Keluarga
Dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua
arah akan sangat mendukung bagi penderita TB. Saling
mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus melakukan
pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan.
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasional,
dukungan instrumental dan dukungan emosional.
1. Dukungan informasional dapat menekan munculnya suatu stressor
karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti
yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah
nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi terkait
penyakit yang diderita pasien.
2. Dukungan instrumental dapat mendukung pulihnya energi atau
stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa
bahwa masih ada perhatian dan kepedulian dari lingkungan terhadap
seseorang yang mengalami kesusahan dan penderita.
3. Dukungan emosional menjamin nilai-nilai individu akan selalu terjaga
kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan
serta didengarkan.
METODE
Desain Mini Project
Mini project ini terdiri dari penelitian (penilaian masalah kesehatan),
intervensi, dan penilaian pasca intervensi.
Penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian purposive sample untuk
mengamati pengetahuan pasien TB MDR terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi upaya penyembuhan.
Empat aspek yang dinilai dalam penelitian ini, yaitu kepatuhan pengobatan,
nutrisi, sanitasi dan dukungan keluarga. Setelah didapatkan hasil penelitian
diatas, selanjutnya dilakukan intervensi untuk memberi pengetahuan kepada
pasien terkait faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penyembuhan TB
MDR. Setelah itu dilakukan penilaian ulang pasca intervensi untuk memantau
peningkatan pengetahuan pasien terhadap faktor-faktor tersebut.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan mini project ini dilakukan di Puskesmas
Sindang Barang dan kediaman pasien di Jalan Poras, RT 04 RW 08,
Kel. Sindang Barang, Kec. Bogor Barat. Waktu pelaksanaannya
yaitu pada bulan Desember 2016 sampai dengan Januari 2017,
dengan perincian kegiatan sebagai berikut.
Desember 2016 Januari 2017
Penentuan Judul dan
X
Tinjauan Pustaka
Pengambilan Data X
Intervensi X
Penilaian Ulang dan Analisis
X X
Data
Pelaporan Hasil Mini Project X
Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
pasien TB MDR yang terdapat di lingkungan kerja Puskesmas
Sindangbarang yang berjumlah 3 orang. Namun, saat ini tersisa 1
orang pasien yang menderita TB MDR, sedangkan 2 pasien lainnya
telah meninggal dunia dan drop out.
Objek penelitiannya adalah faktor yang mempengaruhi upaya
penyembuhan pasien TB MDR di Puskesmas Sindangbarang.
Alur Mini Project
III.4.a Pemilihan Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini merupakan pasien TB MDR yang melakukan pengobatan di Puskesmas
Sindang Barang.
III.4.b Wawancara (Penilaian Awal)
Wawancara dilakukan pada saat kunjungan pasien ke poliklinik TB di Puskesmas Sindang
Barang. Pasien diajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan upaya
penyembuhan pasien. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, selanjutnya dilakukan
home visit.
Ada empat aspek yang diobservasi atau dinilai dalam penelitian ini, yaitu kepatuhan
pengobatan, nutrisi, sanitasi dan dukungan keluarga.
III.4.c Intervensi
Setelah dilakukan wawancara dan home visit, maka akan didapatkan gambaran
pengetahuan pasien mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penyembuhan TB
MDR. Bila diperoleh hasil yang kurang baik mengenai pengetahuan tersebut, maka dilakukan
intervensi berupa edukasi dan pemberian leaflet kepada pasien dan keluarga.
III.4.d Penilaian Ulang (Penilaian Pasca Intervensi)
Penilaian ulang ini dilakukan setelah intervensi diberikan kepada pasien dan keluarganya.
Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbaikan peningkatan pengetahuan
dalam penanganan pasien TB MDR.
Analisis Data
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam
dengan pasien dan keluarga. Setelah melakukan wawancara,
analisis data dimulai dengan membuat catatan hasil wawancara,
dan dokumentasi foto kegiatan home visit.

Penyajian Hasil Mini Project


Hasil mini project ini akan disajikan dalam bentuk narasi yang
menunjukkan gambaran pengetahuan pasien mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi upaya penyembuhan TB MDR.
HASIL
Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Sindang barang, ditemukan
pasien yang sedang menjalani pengobatan TB pada tahun 2016
sebanyak 65 orang. Tiga diantaranya didiagnosis dengan TB MDR.
Namun, saat ini tersisa 1 orang pasien yang menderita TB MDR,
sedangkan 2 pasien lainnya telah meninggal dunia dan drop out.
Maka dari itu, subjek penelitian yang diambil adalah satu-satunya
pasien TB MDR yang tersisa di wilayah kerja Puskesmas Sindang
barang.
Pada pasien tersebut, penulis melakukan wawancara mendalam
terkait gambaran pengetahuan pasien TB MDR mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi upaya penyembuhan, antara lain
kepatuhan pengobatan, nutrisi, sanitasi dan dukungan keluarga.
Kepatuhan Pengobatan
Pasien menyampaikan bahwa keinginan untuk sembuh merupakan faktor
penunjang kepatuhan terhadap program terapi. Seperti yang dinyatakan oleh pasien
bahwa sembuh adalah harapan terbesar pasien. Karena itulah pasien selalu
mencoba menghabiskan obat walaupun kadang ada rasa malas dan trauma ketika
melihat kumpulan obat. Pasien mengetahui kepatuhannya berobat sangat
mempengaruhi kesembuhannya sehingga ia patuh menjalani pengobatan setiap
harinya. Setelah didiagnosis menderita TB-MDR pasien menjalani pengobatan injeksi
antibiotic selama 6 bulan. Pagi sekitar jam 07.00 pasien datang ke rumah Bu Risma
untuk dilakukan injeksi. Pasien rutin melakukan hal ini setiap pagi selama 6 bulan
tanpa putus. Kemudian pengobatan dilanjutkan dengan obat OAT TB MDR oral.
Sekarang pasien sudah rutin minum obat OAT TB MDR setiap jam 10 pagi sebelum
berangkat bekerja dan sudah berjalan selama 3 bulan. Sekitar 1,5 jam setelah
meminum obat pasien akan merasa mual muntah, pusing, lemas, gemetaran. Oleh
sebab itu, pasien akan berdiam diri selama 1,5 jam setelah minum obat, karena
pasien takut jatuh karena efek obat yang ditimbulkan tersebut.
Pasien merasa badannya sudah kembali bugar sehingga terkadang pasien tergoda
untuk menghentikan pengobatan karena efek samping yang dirasa cukup berat.
Namun setelah diberikan edukasi mengenai pentingnya kepatuhan menjalani
pengobatan hingga tuntas dalam penyembuhan TB MDR, pasien menjadi paham
dan mengurungkan niatnya untuk berhenti.
Nutrisi
Pasien cukup mengetahui nutrisi berperan penting dalam upaya
penyembuhannya dari TB MDR sehingga pasien selalu berusaha
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Pasien mengaku nafsu makan
mulai membaik. Saat ini pasien makan 4 kali sehari. Pasien juga
mengaku banyak makan makanan tinggi protein seperti telur, ikan,
tahu, tempe, dll. Pasien juga merasa terbantu dengan susu yang
diberikan oleh Puskesmas tiap bulannya. Berat badan pasien sudah
meningkat dari 45 kg menjadi 57 kg. Pasien juga mengaku banyak
mengkonsumsi air putih hingga 4,5 L per harinya karena pasien takut
obat-obatan tersebut memberikan efek buruk pada ginjalnya. Namun
pasien tidak mengkonsumsi tambahan suplemen nutrisi karena
pasien tidak tau. Setelah diberi edukasi mengenai pengaruh nutrisi
dalam upaya penyembuhannya, pasien menjadi paham nutrisi apa
saja yang dibutuhkannya dalam upaya penyembuhan dari TB MDR.
Sanitasi
Pasien tinggal di rumah milik sendiri berukuran kurang lebih 3x5 m
bersama istri dan ketiga anaknya. Rumah pasien terdiri dari 1 kamar
tidur, ruang tamu menyatu dengan ruang makan, 1 kamar mandi, dan
dapur. Lantai rumah terbuat dari ubin. Anak-anak tidur di ruang tamu
dan pasien tidur di kamar bersama istrinya. Pencahayaan cukup,
cahaya matahari masuk ke dalam rumah. Jendela dan ventilasi udara
ada disetiap ruangan. Rumah kurang bersih dan sedikit
berantakan.Tempat tinggal pasien terdapat di lingkungan padat
penduduk. Akses untuk masuk ke rumah hanya bisa dilalui oleh sepeda
motor. Pasien belum mengetahui bahwa sanitasi lingkungan tempat
tinggalnya juga mempengaruhi upaya penyembuhannya dari TB MDR
sehingga ia tidak terlalu memperhatikan kebersihan rumahnya. Setelah
diberikan edukasi lebih lanjut mengenai sanitasi, pasien menjadi
paham dan berusaha untuk menjaga kebersihan rumahnya.
Dukungan Keluarga
Pasien mengaku sangat didukung oleh keluarganya untuk melawan penyakit
yang dideritanya sehingga pasien menjadi semangat dan tidak putus asa
untuk sembuh. Anak dan istri selalu mengingatkan pasien untuk minum
obat dan kontrol ke dokter. Selain itu, keluarga lainnya juga sering
menghubungi pasien untuk menyemangati dan berbagi informasi mengenai
penyakit yang dideritanya. Pasien merasakan dukungan keluarga sangat
berperan dalam proses penyembuhan penyakitnya. Keluarga dan
masyarakat sekitar selalu mendukung dan tidak menjauhi pasien sehingga
membuat pasien tidak kehilangan kepercayaan dirinya dan dapat tetap
produktif sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah. Saat ini pasien
masih aktif berjualan, namun diakui pasien bahwa ia tidak seproduktif
sebelum terkena penyakit ini. Istrinya pasien pun rela bekerja untuk
membantu keuangan keluarga, sedangkan anak-anaknya membantu
menyelesaikan pekerjaan di rumah. Selain itu, pasien juga merasa didukung
oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Sindang Barang yang selalu
menyemangati dan mengingatkan pasien untuk patuh menjalankan terapi.
PEMBAHASAN
Kepatuhan Pengobatan
Dari hasil wawancara, kepatuhan pasien menjalani terapi untuk TB
MDR sudah bagus, ini dibuktikan dengan pasien mampu melewati masa
terapi injeksi untuk obat streptomisin selama 6 bulan tanpa putus. Dan
beberapa hasil pemeriksaan penunjang yang sudah menunjukan
perbaikan dari pernyakitnya, yaitu hasil tes dahak BTA 3 kali sudah
negative, dan hasil RO thorak yang sudah menunjukan perbaikan.
Kepatuhan berobat dapat diketahui melalui 7 cara yaitu: keputusan
dokter yang didapat pada hasil pemeriksaan, pengamatan jawal
pengobatan, penilaian pada tujuan pengobatan, perhitungan jumlh tablet
pada akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah dan urin,
wawancara pada pasien daan pengisisan formulir khusus.
Nutrisi
Dari hasil wawancara, nutrisi pasien sudah mulai mengalami
perbaikan. Hal ini ditandai dengan nafsu makan mulai membaik,
frekuensi makan dan berat badan meningkat. Pasien juga sudah
menjalani program diet tinggi kalori tinggi protein sesuai
rekomendasi dari ahli gizi.
Menurut teori, pasien masih kekurangan asupan selain makanan
yang sehari-hari dikonsumsi, yaitu suplemen nutrisi. Suplemen
nutrisi tersebut berupa vitamin A, B kompleks, C, D dan E.
Suplemen ini telah diteliti mampu mempercepat penyembuhan,
seperti peningkatan berat badan, massa otot dan lemak, serta
perbaikan fungsi fsik.
Sanitasi
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung tempat tinggal pasien TB MDR
tersebut, didapatkan bangunan rumah pasien dibuat dengan bahan-bahan yang biasa
digunakan untuk membangun rumah pada umumnya namun keluasan rumah terhitung
kurang apabila dibandingkan dengan jumlah orang yang tinggal dalam satu atap. Sesuai
dengan teori sebelumnya, kepadatan jumlah penghuni rumah pasien dapat meningkatkan
resiko tertularnya kuman TB dari penderita ke anggota keluarga yang lain.
Beberapa ruangan juga digunakan tidak sesuai dengan fungsinya, seperti ruang tamu yang
digunakan sebagai tempat untuk tidur dimalam hari, maka secara tidak langsung beberapa
penghuni rumah tidur dekat dengan ruang makan yang rentan menjadi tempat yang
didatangi serangga kecil seperti lalat, semut, dan kecoa pada makanan-minuman yang
tersisa dan tidak dibersihkan.
Kurangnya tatanan rapi pada sudut rumah juga memberi kesan berantakan dan pengap.
Barang-barang yang diletakkan sembarangan dan bertumpuk bila dibiarkan dapat kotor dan
berdebu sehingga secara tidak langsung mengganggu sistem pernafasan seluruh penghuni
rumah.
Kurangnya kebersihan rumah pasien juga dapat menjadi media yang mudah bagi kuman
untuk hidup dan berkembangbiak.
Dilain hal, keberadaan jendela dan ventilasi rumah pasien dirasa cukup untuk menjaga
kelembaban dan pencahayaan agar dapat mengurangi kuman berkembangbiak didalamnya
asalkan penghuni rumah rutin membersihkannya.
Dukungan Keluarga
Dari hasil wawancara tampak bahwa pasien mendapat dukungan penuh dari
keluarganya sehingga hal ini sangat mempengaruhi upaya penyembuhannya.
Dukungan informasional diperoleh pasien dari keluarga besarnya terkait
informasi mengenai penyakit dan pengobatannya sehingga pasien
mendapatkan pengobatan yang tepat. Selain itu, keluarga juga memberikan
dukungan instrumental berupa materi, tenaga, dan sarana. Pasien merasa
dibantu oleh istri yang bekerja serta anak-anak yang selalu membantu
meringankan pekerjaan di rumah sehingga pasien dapat beristirahat yang
cukup setelah berjualan. Pasien juga merasa sangat didukung secara emosional
terutama oleh istri sebagai pasangan hidupnya. Istri tetap setia mendampingi
pasien, hal ini sangat memotivasi pasien untuk sembuh. Anak-anak pasien pun
selalu mendukung kesembuhannya dengan tak lupa untuk mengingatkan
pasien untuk patuh terhadap pengobatan yang diberikan petugas kesehatan.
Pasien merasa dukungan keluarga sangat berperan besar dalam upaya
penyembuhan sakitnya. Dukungan penuh dari keluarga sangat memotivasi
pasien untuk sembuh sehingga pasien patuh untuk mengikuti pengobatan
sakitnya serta rutin kontrol ke rumah sakit.
KESIMPULAN
Mini project ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien TB MDR
mengenai faktor yang mempengaruhi upaya penyembuhan di
Puskesmas Sindang Barang, yaitu kepatuhan pengobatan, nutrisi,
sanitasi, dan dukungan keluarga. Setelah dilakukan wawancara dan
home visit diperoleh pengetahuan pasien mengenai faktor yang
mempengaruhi upaya penyembuhannya masih kurang dalam beberapa
faktor.
Pengetahuan pasien terhadap kepatuhan pengobatan masih kurang
sehingga pasien terkadang berniat untuk menghentikan pengobatan
karena pasien merasa tubuhnya telah kembali bugar. Pasien cukup
mengetahui nutrisi mempengaruhi upaya penyembuhannya sehingga
pasien cukup mengkonsumsi makanan yang bergizi. Pengetahuan
pasien terhadap sanitasi masih sangat kurang sehingga pasien kurang
memperhatikan kebersihan rumahnya. Pasien sangat mengetahui
dukungan keluarga sangat mempengaruhi upaya penyembuhannya.
KESIMPULAN
Hasil wawancara dan home visit diperoleh bahwa pengetahuan
pasien masih kurang terkait sanitasi dan kepatuhan pengobatan,
namun sudah cukup baik terkait nutrisi dan dukungan keluarga.
Maka dari itu dilakukan intervensi berupa pemberian edukasi dan
pemberian leaflet kepada pasien dan keluarga. Setelah dilakukan
intervensi tersebut, tampak pasien menjadi lebih paham terutama
mengenai pentingnya melakukan pengobatan hingga tuntas dan
menjaga kebersihan rumahnya dan rutin membuka jendela agar
terjadi sirkulasi udara.
SARAN
1. Saran yang dapat penulis berikan dalam mini project ini antara
lain :
2. Jumlah sample yang lebih banyak sehingga lebih memberikan
gambaran hasil yang lebih representatif.
3. Aspek yang dinilai lebih banyak lagi dengan parameter yang
lebih terukur sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik.
4. Intervensi yang dilakukan sebaiknya lebih baik lagi dengan
metode yang lebih variatif agar diperoleh hasil pasca intervensi
yang lebih baik pula.
5. Follow up terhadap pasien setelah berhasil dilakukan intervensi.
KONDISI TEMPAT TINGGAL
PASIEN
DOKUMENTASI WAWANCARA
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai