Anda di halaman 1dari 17

Pengukuran Tendensi

Sentral
Pengantar
Dalamaktivitas pengamatan, penelitian atau
observasi tidak jarang dijumpai data yang berhasil
dihimpun tidak sama atau berbeda antara satu
dengan yang lainnya

Dengan kata lain distribusi data yang tersusun ada


kemungkinan akan memperlihatkan karakteristik
data yang relatif homogen atau heterogen.

Salah
satu tugas statistik adalah menentukan suatu
angka di sekitar mana nilai-nilai dalam distribusi
memusat.
Dengan kata lain salah satu tugas statistik adalah
menentukan angka yang menjadi pusat suatu
distribusi.

Angka/ nilai yang menjadi pusat suatu distribusi


selanjutnya disebut tendensi sentral atau
kecenderungan tengah.

Ada3 jenis pengukuran tendensi sentral yang


sangat penting yaitu; Mean, Median dan Mode/
modus.
1. Mean / Rata-rata (X)
Mean diterapkan dengan tujuan untuk menentukan
angka/ nilai rata-rata dan secara aritmatik
ditentukan dengan cara menjumlah seluruh nilai
dibagi banyaknya individu.

Pengukuranrata-rata dapat diterapkan dengan


asumsi bahwa data yang diperoleh dari hasil
pengukuran berskala interval dan rasio.
ada 3 metode penghitungan untuk
menentukan mean :
X
1. Mean ( X ) = ; Jumlah nilai dibagi banyaknya individu
N

2. Mean yang ditimbang : menentukan rata-rata jika data ada


frekuensinya
FX
Mean ( X ) = ; Jumlah frek. kali nilai dibagi total frek.
N

3. Menghitung mean pada kasus data bergolong bisa dilakukan


dengan rumus mean terkaan sebagai berikut :

fx
Mean ( X ) = MT +{ }. i
N
Keterangan :
MT : mean terkaan/ mean kerja, ditentukan titik
tengah dari interval nilai dimana harga
mean diterka.
Fx : jumlah deviasi kesalahan akibat terkaan
N : jumlah individu/ total frekuensi.
i : lebar interval
2. Median (Mdn)

Median adalah nilai yang membagi distribusi


menjadi 2 bagian yang sama yakni 50 persen, 50
persen.

Hargamedian bisa ditentukan dengan beberapa


formulasi tergantung pada kasus yang dihadapi.
a). Jika berhadapan dengan data tunggal

Median = X ( k + 1 ) atau nilai yang ke k + 1


untuk kasus n ganjil
N-1
dimana n = 2 k+1 dan k =
2

Median = ( X k + X k+1) untuk n genap


N
dimana n = 2 k dan k =
2
b). Jika berhadapan dengan data bergolong

N Cfb
Median = Bb + { }. i
Fd

Keterangan :
Bb : Batas bawah nyata dari interval kelas yang mengandung
median
Cfb : Frekuensi kumulatif dibawah interval kelas yang
mengandung median
Fd : Frekuensi dalam interval yang mengandung median
i : Lebar kelas/ interval
N : Banyak individu atau jumlah frekuensi
3. Modus / Mode

Modus didefinisikan sebagai nilai yang paling sering


muncul atau nilai yang memiliki frekuensi paling banyak.

Satu hal yang perlu diingat bahwa modus adalah persoalan


nilai bukannya frekuensi. Frekuensi hanya menunjuk
intensitas kemunculan sesuatu nilai.

Pada data tunggal menentukan mode/modus hanya


dengan memperhatikan nilai yang memiliki frekuensi
terbanyak maka dapat diidentifikasi nilai modus/mode dari
distribusi data.
Hal ini agak berbeda jika berhadapan dengan data bergolong. Apabila
data yang dihadapi bergolong menentukan harga modus ada 2
pendekatan, yakni pertama, dengan menentukan mid point atau
nilai tengah dari interval kelas yang memiliki frekuensi terbanyak dan
kedua dengan formulasi sebagai berikut:

i f f
Mo = Xo + .
2 2 fo f f

Keterangan :
Mo: harga modus yang dicari
Xo : Titik tengah dari interval kelas yang mengandung modus
i : Interval / lebar kelas
fo : Frekuensi dalam interval kelas yang mengandung mode/modus
f : Frekuensi sebelum interval kelas yang mengandung mode/ modus
f : Frekuensi sesudah interval kelas yang mengandung mode/ modus
Dalam suatu distribusi data sangat dimungkinkan
harga atau nilai mode/modus lebih dari satu.

Jika
Nilai mode/modus hanya satu disebut dengan
unimode,
Dua nilai mode disebut dwi mode, dan
Lebih dari dua nilai mode/modus dinamakan
multimode.

Anda mungkin juga menyukai