Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT

PARU OBSTRUKTIF KRONIK PADA TN.


Z

Oleh
Elysa
09072 R

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2012
BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah masalah


kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian no. 4
di Indonesia pada tahun 2010 menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).

WHO memperkirakan, 600 juta orang menderita PPOK di


seluruh dunia. Dan ini diperkirakan akan terus meningkat.
Jumlah penderita PPOK di Amerika Serikat 12,1 juta orang
dan di Asia Pasifik sebanyak 56,7 juta orang (GOLD, 2010).

Data dari RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2011 di Ruang Dahlia (Paru)
yaitu Penderita PPOK berjumlah 48 orang
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK

1. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yang
penting adalah bronchitis obstruktif, emfisema dan asma bronchial
(Muttaqin, 2008).

PPOK adalah sebuah istilah keliru yang sering dikenakan pada pasien yang
menderita emfisema, bronkitis kronis, atau campuran dari keduanya. Ada
banyak pasien yang mengeluh bertambah sesak napas dalam beberapa
tahun dan ditemukan mengalami batuk kronis, toleransi olahraga yang
buruk, adanya obstruksi jalan napas, paru yang terlalu mengembang, dan
gangguan pertukaran gas (John B. West, 2010).
2. Etiologi
Menurut Jeniper P. Kowalak (2011)
Penyebab PPOK yang sering ditemukan
meliputi: Kebiasaan merokok, infeksi
saluran napas atas yang kambuhan
atau kronis, polusi udara, alergi dan
faktor-faktor familial atau herediter,
seperti defisiensi antitrypsin-alfa.
3. PATOFISIOLOGI
Merokok salah satu penyebab utama
PPOK, yang akan mengganggu kerja
silia serta fungsi sel-sel makrofag dan
menyebabkan inflamasi pada jalan
napas, peningkatan produksi lensir
(mukus), destruksi septum alveolar
serta fibrosis peribronkial. Perubahan
inflamatori yang dini dapat dipulihkan
jika pasien berhenti merokok sebelum
penyakit paru meluas.
Sumbatan mucus dan penyempitan
jalan napas terperangkap, seperti pada
bronchitis kronis dan emfisema.
Hiperinflasi terjadi pada alveoli paru
ketika pasien mengehmbuskan napas
keluar (ekspirasi). Pada inspirasi, jalan
napas akan melebar sehingga udara
napas akan terhalang. Keadaan uadara
napas yang terperangkap (yang juga
dinamakan ball valving) umumnya
BAB 3
HASIL ASUHAN

1. Pengkajian
Identitas
Nama : Tn. Z
Umur : 55 tahun
Alamat : Jln.Pekapuran B
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
2. RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama saat dilakukan pengkajian tanggal


12 April 2012 adalah klien kadang-kadang
mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak.

Riwayat penyakit sekarang, dari hasil anamnesa


keluarga klien mengatakan Klien sering mengalami
sesak nafas, penurunan kemampuan melakukan
aktivitas, sejak tanggal 1 april 2012, kemudian
keluarga langsung membawa klien ke IGD RSUD Ulin
Banjarmasin. Klien 3x hanya diberi perawatan
sampai IGD, setelah sesak hilang, klien pulang.
Namun untuk sesak yang terkahir, tidak berhenti,
sehingga klien disuruh rawat inap di ruang Dahlia
(Paru) RSUD Ulin Banjarmasin Pada tanggal 4 April
Riwayat penyakit dahulu, klien mengatakan
sebelumnya pernah masuk rumah sakit dengan
keluhan yang sama, klien masuk rumah sakit pada
tanggal 5 Maret 2012, dan klien dirawat selama 1
minggu. Klien pernah menderita TB dan sudah di
obati, klien dinyatakan sembuh. Klien juga ada
riwayat Asma.
Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan tidak
ada anggota keluarganya yang pernah menderita
penyakit yang sama seperti yang dialami klien
sekarang dan tidak ada yang menderita TB. Klien
mengatakan ada anggota keluarganya yang
menderita Hipertensi dan Asma Bronkhiale.
DATA FOKUS

Klien kadang-kadang mengeluh sesak nafas.


Klien mengatakan ada batuk.
Klien mengatakan batuknya berdahak dengan
sputum berwarna hijau dan hanya bisa
mengeluarkan sedikit-sedikit.
Klien mengatakan sesak nafasnya saat beraktivitas
berlebihan.
Klien mengatakan hanya dapat makan 2-3 sendok
makan.
Klien mengatakan nafsu makannya berkurang.
Klien selalu menanyakan tentang kondisi
penyakitnya.
Keluarga klien menyakan tentang pengobatan klien.
Data Objektif:
1. Inspeksi
Klien tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.

Klien tampak batuk berdahak dengan sputum


berwarna hijau.
Klien kadang-kadang tampak sesak nafas.

Klien tampak menggunakan alat bantu nafas seperti


O2 2 Liter/ menit
Tampak adanya makanan tersisa yang disediakan
oleh RS.
Mukosa bibir tampak kering.
Klien mendapat diet nasi biasa tinggi kalori tinggi
protein (NBTKTP).
Data antropometrik;
BB: 42 kg, TB: 157 cm, LLA: 21.5 cm.
Klien dan isterinya tampak sering bertanya.

Klien sekolah hanya sampai SD.

2. Palpasi
Respirasi klien 24x/ menit

Akral teraba hangat dengan suhu 37.1 C.


Arteri radialis teraba jelas dengan frekuensi 80
x/menit.
3. Perkusi
Perkusi pada thorax terdengar sonor

4. Auskultasi
Tekanan darah 90/60 mmHg.
Terdengar bunyi ronkhi dan wheezing.
Diagnosis Keperawatan

Diagnosis yang muncul pada Tn. Z


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh
3. Defisit pengetahuan
Implementasi
Diagnosis I
Mengkaji warna, dan kekentalan sputum klien
dengan cara anamnesa dan menginspeksi.
Mengukur tanda-tanda vital yaitu pada
tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi pada
klien dengan menggunakan tarik napas dan
mengeluarkannya pelan-pelan.
Mengatur posisi klien dengan semi fowler yaitu
posisi klien setengah duduk.
Mengkolaborasi pemberian obat combivent 1
ml dengan nebulizer (via inhalasi).
DIAGNOSIS II
Mengkaji kebiasaan diet dan masukan saat
ini dengan anamnesa dan inspeksi.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan
perawatan oral sering dengan menggunakan
tisu yang sekali pakai.
Mengajarkan klien untuk membuang secret,
berikan wadah khusus untuk sekali pakai
dengan anamnesa.
Mengajarkan klien untuk beristirahat 1 jam
sebelum dan sesudah makan.
Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetapkan komposisi dan jenis diet yang
DIAGNOSIS III

Mengkaji tingkat pengetahuan klien dengan


menanyakan tentang penyakitnya.
Memberikan penyuluhan dasar tentang
penyakit dengan anamnesa.
Mengkaji efek bahaya merokok dan
menasehatkan klien untuk mengehentikan
rokok dengan anamnesa.
Menganjurkan klien untuk melakukan
perubahan yang perlu untuk pola hidup
dengan anamnesa, dan mendiskusikan
pentingnya mengikuti perawatan medik.
Lanjutan Diagnosis III
Mengkaji kesiapan klien; kemudian libatkan pasien dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan, bila memungkinkan
Mendorong pasien untuk mengungkapkan kedukaan tentang
kehilangannya
Diagnosis IV
Mengkaji frekuensi perdarahan yang abnormal
Memantau keadaan umum klien
Memantau secara bertahap hasil laboratorium
Kolaborasi
Memberikan injeksi kalnex 1x1 amp via IV
Diagnosis V
Mengkaji tanda-tanda infeksi
Meningkatkan cuci tangan yang baik
Mempertahankan teknik aseptik
Evaluasi Akhir

Diagnosis I yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas setelah di


lakukan 5 hari perawatan teratasi sebagian
Hari Senin tanggal 17 April 2012.

Diagnosis II yaitu Kebutuhan nutrisi: kng dari kebutuhan tubuh


setelah di lakukan 3 hari perawatan teratasi sepenuhnya pada hari
Minggu tanggal 15 April 2012.

Diagnosis III yaitu defisit pengetahuan setelah di lakukan 1 hari


perawatan teratasi sepenuhnya pada hari Jumat tanggal 13 April
2012.
BAB 4
PENUTUP
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada klien Tn.Z
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Rumah Sakit
Umum Daerah Ulin Banjarmasin, yang dilakukan pada
tanggal 12 April 2012 sampai 17 April 2012,
pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian
diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, sampai dengan evaluasi.

Hasil pengkajian ditemukan tiga diagnosis keperawatan


yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi secret jalan nafas,
kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake inadkeuat dan defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat informasi.
Setelah dilakukan implementasi sesuai diagnosis
yang muncul serta mengacu pada intervensi yang
disusun maka didapatkan hasil evaluasi
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
teratasi sebagian dalam lima hari perawatan,
diagnosis perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sepenuhnya dalam tiga
hari perawatan, dan diagnosis defisit
pengetahuan teratasi dalam satu hari perawatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai