Anda di halaman 1dari 111

DINAS KESEHATAN

PROVINSI PAPUA
UPT Program P2P
A-T-M
2016
i
beeri wopar

workshop TB-MALARIA 8/22/17 1


BIODATA :
Nama : dr. Beeri Isach Sooren Wopari

Pendidikan : Kedokteran Umum


FK. UNAIR (lulus thn.1999)

Pengalaman Kerja
Th.2000-2002 : PTT PKM Kelila-Jayawijaya
Th.2002-2004 : Staf dokter RSUD Wamena
Th.2004-saat ini : Staf Dinkes Prov.Papua;
Pengelola progr.HIV-AIDS/IMS (-
2010
Ex.Kasi HTM (2010-2014
Ex.Kabid PMK (2014-2016)
Ka. UPT P2P. ATM

workshop TB-MALARIA 8/22/17 2


ROBERT KOCH
11 DESEMBER 1843 27 MEI 1919

24 Maret 1882 :
mengumumkan
penemuan
Mycobacterium
tuberculosis
1905 : menerima
Hadiah Nobel
bidang Physiology
of Medicine

workshop TB-MALARIA 8/22/17 3


LATAR BELAKANG

workshop TB-MALARIA 8/22/17 4


MENGAPA MENJADI PRIORITAS ?
Komitmen global dan nasional:
RPJMN
MDGs (goal 6 target 6 C) Sustainable Development
Goals (SDGs)
Program Prioritas Percepatan Pembangunan Nasional
(100 program prioritas, janji presiden)
Renstra Kementerian Kesehatan
Standar Pelayanan Minimal
Meningkatnya komitmen pemerintah
Beban masyarakat karena TB
Angka Kesakitan dan Kematian krn TB Tinggi

workshop TB-MALARIA 8/22/17 5


BAGAIMANA PERSOALAN
TUBERKULOSIS DI PAPUA ???

workshop TB-MALARIA 8/22/17 6


UNTUK PASIEN TERDAFTAR DALAM TRIWULAN 1 TAHUN S/D
TRIWULAN 4 TAHUN 2015

workshop TB-MALARIA 8/22/17 7


UNTUK PASIEN TERDAFTAR DALAM TRIWULAN 1 TAHUN 2016
S/D TRIWULAN 2 TAHUN 2016

workshop TB-MALARIA 8/22/17 8


Papua Sehat untuk Bangkit Mandiri Sejahtera
5 Program Prioritas ( 2013 2018 )

6
Penurunan AKB hingga 34/ 1000 KH serta pencapaian kampung UCI
hingga 80%

7 Penurunan Presentasi Gizi Buruk pada Bayi dan Balita

8
Hingga 13,5%
Pengendalian Penyakit Menular terfokus ATM
( AIDS, TBC dan Malaria ), Penyakit terlupakan, Penyakit tidak

9
menular diikuti dengan Penyehatan
r Lingkungan
Peningkatan Ketersediaan Obat, Regensia,
Alat

10 kesehatan dan Sarana Kesehatan melalui


mekanisme satu Pintu

Pengembangan Sistem Informasi


Kesehatan terintegrasi
melalui Bank Tim Pengawas Program Prioritas
Data
MRP I DPRP GEREJA UP2KP PKK

workshop TB-MALARIA 8/22/17 9 2


DATA DASAR: FASYANKES DOTS & NON DOTS
DI PROV. PAPUA THN 2015
UNIT REFERRAL MICROSCOPY SATELLITE TOTAL NON TOTAL
FASILITY MICROSCOPY UNIT UNIT DOTS DOTS UNIT
UNIT UNIT UNIT

HEALTH 28 151 52 231 156 387


CENTER

CLINIC 1 13 0 14 9 23

HOSPITAL 29 0 0 29 0 29

Sumber data : Bidang UPT-ATM, Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2015
workshop TB-MALARIA 8/22/17 10
PENCAPAIANKEGIATANP2TBPROV
PAPUATAHUN2008s/d2015
INDIKATOR Global &
Nasional 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
TOTAL KASUS TB 6480 7093 6519 6505 7094 7317 6813 6853
Terlaporkan

CASE DETECTION RATE 55,6% 58% 54% 53,9% 58,8% 60,7% 56,3% 56,8%
(BTA +) 2015: 95>%
(MDGs)
220 258 226 222 258 267 241 246
CNR SEMUA Tipe
(Naik 5% / thn)
CONVERSION RATE 67% 69% 69% 751% 76,3% 72,5% 73% 74%
(>80%)

CURE RATE (>85%) 49,7% 49% 57,3% 60,2% 48,3% 59% 56%

SUCCESS TREATMENT 76,9% 71% 75,5% 79,9% 77,1% 76% 79%


(>86%)

workshop TB-MALARIA 8/22/17 11


CASE DETECTION RATE (CDR) PAPUA 2015

Target MDGs CDR: 95%

workshop TB-MALARIA 8/22/17 13


CAKUPAN ARV PADA KO-INFEKSI TB-HIV
PROV.PAPUA

workshop TB-MALARIA 8/22/17 15


KEBIJAKAN PROGRAM
MALARIA
DI PROVINSI PAPUA
Disampaikan pada :

WORKSHOP PENGUATAN TATALAKSANA MALARIA


BAGI TENAGA DOKTER

Oleh :

Program Malaria
UPT-ATM Dinas Kesehatan Provinsi Papua
PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA
TAHUN 2015

Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
# % # %
1 Bebas Malaria 189,352,023 74.0 % 232 45.4 %
2 Endemis Rendah 39,149,810 15.3 % 147 28.8 %
3 Endemis Menengah 21,749,895 8.5 % 87 17.0 %
4 Endemis Tinggi 5,629,384 2.2 % 45 8.8 %
Total 255,881,112 100.0 % 511 100.0 %
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
INDONESIA 0.82
Papua 28.44
Papua Barat 27.74
NTT 6.89
Maluku 5.83
Maluku Utara 3.12
Bengkulu 2.06
Bangka Belitung 1.36
Sulawesi Utara 0.75
Kalimantan Selatan 0.68
Sulawesi Tengah 0.67
Lampung 0.54
Gorontalo 0.50
Jambi 0.49
NTB 0.48
Sulawesi Tenggara 0.46
Kalimantan Tengah 0.46
Kepulauan Riau 0.36
2015

Sumatera Utara 0.31


Sumatera Selatan 0.29
Kalimantan Timur 0.25
Sulawesi Barat 0.16
Aceh 0.09
Kalimantan Barat 0.09
Sulawesi Selatan 0.08
Riau 0.08
Sumatera Barat 0.07
Jateng 0.06
Kalimantan Utara 0.04
DIY 0.02
API Nasional 0,82 per 1000 Penduduk

Jawa Barat 0.00


SITUASI MALARIA DI INDONESIA TH

Jawa Timur 0.00


DKI 0.00
Bali 0.00
Banten 0.00
workshop TB-MALARIA 8/22/17 23
MALARIA PAPUA
2015
API < 1
API 1 -
5 > 5
API
..... ?

PENGENDALIAN MALARIA PAPUA
MENUJU ELIMINASI 2030
VISI
Masyarakat Papua Bebas Malaria Tahun 2030
Asumsi:
Masyarakat Papua mengandung makna seluruh masyarakat yang
berada di seluruh kabupaten di Provinsi Papua

Bebas Malaria adalah kondisi di mana pada tahun 2030, di seluruh


kabupaten, malaria tidak menjadi masalah kes masyarakat, dimana
jumlah kasus malaria turun menjadi < 1/1000 penduduk , kalaupun

sumber penularannya
ditemukan kasus malaria maka

bukan berasal dari Provinsi Papua.


PENGERTIAN ELIMINASI MALARIA

adalah suatu upaya,

mhentikan penularan
untuk
malaria setempat (indigenous)
dalam satu wilayah geografis
tertentu,
dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor
malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan
kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali.
Annual Parasite Incidence (API) adalah angka kesakitan (sediaan darah
positif) per 1.000 penduduk berisiko dalam satu tahun.
Kasus indigenous adalah kasus yang berasal dari penularan di wilayah setempat.
Kasus impor adalah kasus yang berasal dari luar wilayah.
Kasus introduced adalah kasus penularan setempat generasi pertama yang berasal dari kasus impor.
Reseptivitas adalah adanya kepadatan vektor yang tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria.
Vulnerabilitas adalah salah satu dari keadaan berupa dekatnya dengan wilayah yang masih terjadi penularan malaria, atau akibat dari sering masuknya penderita malaria (kasus positif)
secara individu/kelompok, dan atau vektor yang infektif (siap menularkan).
PETA API MALARIA
KABUPATEN BIAK NUMFOR
TAHUN 2015

Dc.
Bondifua
r
Dc.
Warsa
(17) Dc.
Yawosi
(25)
Dc.
Swandiwe Dc.
Dc.
(34) Andey
Biak
Utara
Dc. (15)
Dc. Biak Dc.
Numfor Barat Dc. Dc. Oridek
(33) Dc.
TimBia Yendidori Samofa (101)
Biak
k Barat (1) (1)
Timur
(33)
(26)
Dc.
Numfor
Dc.
barat Dc.
Biak
(89) Biak
Kota
Pkm Saribi Barat
(1)
(33) Dc. Dc.
Dc.
Aimando Aimand
Biak
(-) o Pasi
Barat
(22)
(33)
PETA API MALARIA
KABUPATEN BIAK NUMFOR
JAN-JUNI 2016

Dc.
Bondifua
r
Dc.
Warsa
() Dc.
Yawosi
(4,8)
Dc.
Swandiwe Dc.
Dc.
() Andey
Biak
Dc. Utara
Nmf Dc. (4,8)
Timur Biak Dc.
(3) Barat Dc. Dc. Oridek
(0,5) Dc.
Yendidori Samofa (5)
Biak
(1,9) (1<)
Timur
((1,4
Dc. )
Dc.
Nmf
Bruyadori Dc.
Barat
nmf Biak
(21)
(43) Kota
Pkm Saribi (1<)
Dc.
Dc. Dc.
Aimando
Orkeri Padaido
Padaido
(3,3) (12)
(10)

LABORATURIUM
An. Farauti
STOP
PENULARAN
MALARIA
DI PAPUA
CEGAH MANUSIA JADI JADIKAN NYAMUK TAK
SUMBER KUMAN MALARIA BISA
Periksakan darah bila MENULARKAN MALARIA
Pasang kelambu di semua
Demam kamar tidur
Obati malaria POSITIP Semua orang
saja tidur dalam kelambu
Makan Obat sesuai Dosis Penyemprotan Rumah /IRS
Bila perlu
SASARAN PROGRAM
seluruh masyarakat yang tinggal di Papua, baik
penduduk asli maupun pendatang dari luar Provinsi
Papua

prioritas utama pada kelompok-kelompok resiko


tinggi yaitu ibu hamil, bayi dan
balita serta pendatang/penduduk dari daerah
non endemis malaria.
SELAMATKA
BAYI/BALITA
N
DARI MALARIA
ANDA
LINDUNGI PAKAI KELAMBU SEWAKTU
TIDUR
BILA DEMAM
Bawa ke Puskesmas
untuk
PERIKSA DARAH
KEGIATAN PENGENDALIAN
VEKTOR MALARIA
Secara kimiawi

Secara Biologis

Pengelolaan Lingkungan
INTEGRASI PENGENDALIAN MALARIA,
PELAYANAN BUMIL, BALITA DAN
IMUNISASI
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan :
Melindungi ibu hamil, bayi dan anak balita dari penularan
malaria dan
Mendorong peningkatan cakupan pelayanan ibu hamil, bayi,
anak balita dan imunisasi
Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, bayi dan
anak balita.

Sasaran :
ibuhamil,
bayi dan
anak balita yang berada
di wilayah dengan endemisitas malaria tinggi dan sedang.
KEBIJAKAN
1. Integrasi melalui :
- pelayanan antenatal (KN-1),
- pelayanan balita sakit (MTBS),
- pelayanan imunisasi dasar (Im. lengkap)

2 Dilaksanakan oleh : Puskesmas dan jaringannya


(Pustu, Polindes, Posyandu,Pusling ...............)
RS pemerintah maupun swasta.

3. Wilayah Pelaksanaan :
Wilayah Puskesmas endemis tinggi Malaria
Wilayah Puskesmas endemis sedang Malaria

Endemisitas menggunakan data API dua tahun sebelumnya untuk


digunakan selama tiga tahun berikutnya.
STRATEGI PELAKSANAAN INTEGRASI PENGENDALIAN MALARIA
DGN YANKES BUMIL, YANKES BAYI /BALITA SERTA PROG. IMUNISASI
SKRINING Malaria dan pemberian kelambu berinsektisida
(kelambu anti nyamuk) terhadap IBU HAMIL saat
kunjungan pertama (kn1)
PENGOBATAN Bagi yang positif malaria sesuai pedoman
penatalaksanaan kasus malaria.

Pemberian kelambu berinsektisida (kelambu anti nyamuk)


kepada bayi YH TELAH LENGKAP imunisasi BCG, DPT-
HB-Hib1,2,3, Polio1,2,3,4 dan campak.

Pemeriksaan sediaan darah malaria terhadap bayi dan


anak balita dengan demam (mikroskopis dan RDT)
Bagi
yang positif malaria segera diberikan pengobatan sesuai
pedoman penatalaksanaan kasus malaria.
INDIKATOR DAN TARGET
Indikator Target
Persentase ibu hamil yang di periksa 80% (dari sasaran ibu hamil di
darah malaria puskesmas endemis tinggi dan
sedang).
Persentase ibu hamil yang 80% (dari sasaran ibu hamil di
memperoleh kelambu berinsektisida puskesmas endemis tinggi dan
(kelambu anti nyamuk): sedang).
Persentase ibu hamil positif malaria 85%.
yang diobati obat anti malaria
sesuai pedoman tatalaksana malaria
Persentase bayi dengan imunisasi 80% (sesuai target UCI di puskesmas
dasar lengkap yang memperoleh endemis tinggi dan sedang
kelambu berinsektisida (kelambu
anti nyamuk)
Persentase balita demam yang 80%
diperiksa darah malaria
Persentase balita positif malaria 85%
Kelambu Malaria
HAL BARU
DALAM PROGRAM MALARIA 2016

1. Setiap Penderita Malaria harus diberikan


Kartu Penderita.
2. Pelaporan Malaria menggunakan
Implementasi e-Sismal
3. Semua Lab Puskesmas dan RS harus
memiliki Buku Register Penderita
4. Melakukan Pemantauan Kesembuhan
Penderita Malaria
RENCANA 2016
ESISMAL LANJUTAN Mappi, MRQ, Asmat, Bovend, GF
Tim, Puncak, Nduga

MBS Biak, Supiori GF

MTBS Kab =29 Kab x 3 org GF


(KIA, P2, Dokter)

MTBS PUSK 25 Kab x 6 Pusk x 2 org GF

Kelambu Massal ..............................? APBN

Kelambu Rutin 29 Kab APBN

IRS Biak, Nabire APBN

MBS Pemetaan
Endemisitas Malaria 13 Kab x 2 Pusk x 2 desa APBD
LAMPIRAN
PERMENKES RI No. 82 TH 2015
TENTANG :

JUKNIS
PENGGUNAAN DANA DAK Th 2016

(BOK)
TERIMAKASIH
workshop TB-MALARIA 8/22/17 49
KEBIJAKAN DAN RENCANA AKSI NASIONAL
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
2016 - 2019

workshop TB-MALARIA 8/22/17 50


workshop TB-MALARIA 8/22/17 51
BEBAN PERMASALAHAN TB DI INDONESIA
2015* 5

Rate /
Indikator Tingkat Jumlah
100.000
Prevalensi Global 13.000.000 174
Indonesia 1.600.000 647
Insidensi Global 8.000.000 133
(pertahun) Indonesia 1.000.000 399
Kematian Global 1.100.000 16
(pertahun) Indonesia 100.000 41
Case Detection Rate, semua bentuk TB 32
workshop TB-MALARIA 8/22/17 52
HIGH TB BURDEN IN ASIA
(PER 100,000 POPULATION)
Survey Age Smear Positive Bact. Positive

Indonesia 2013 15y- 257 (210-303) 759 (590-961)

Philippines 2007 10y- 260 (170-360) 660 (510-810)

Viet Nam 2007 15y- 197 (149-244) 307 (249-366)*


Myanmar 2009 15y- 242 (186-315) 613 (502-748)
Cambodia 2011 15y- 271 (212-348) 831 (707-977)
Lao PDR 2011 15y- 278 (199-356) 595 (457-733)
Thailand 2012**
*Non-Bangkok survey
15y- 101 (56-181) 242 (182-322)

* 1 culture, CXR TB suspects


**Non-Bangkok survey workshop TB-MALARIA 8/22/17 53
SEBELUM DAN SETELAH SURVEY PREVALENSI TB
2013-2014
1200 1200

1000 Sebelum Setelah


1000 1,0
45

800
800

600
600 647

400
443 453
400 399

200
272
200
206
183
0
70 65 41
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012

25 0

Prevalens Insidens Mortalitas

workshop TB-MALARIA 8/22/17 54


TREN PREVALENS TB
SEBELUM DAN SETELAH SURVEY PREVALENSI TB 2014

TB prevalence estimates: before and after the survey


1200

1000

800
Prevalence per 100,000

600
pre-survey
post-survey

400

200

0
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Year

workshop TB-MALARIA 8/22/17 55


ESTIMASI PREVALENS TB
(PER 100,000 PENDUDUK 15 TAHUN)
Karakteristik hapusan BTA+ konfirmasi bakteriologis
Nasional 257 (210 - 303) 759 (590 - 961)
Kelamin
Laki 393 (315 - 471) 1,083 (873 - 1,337)
Perempuan 131 (88 - 174) 461 (354 - 591)
Wilayah
Sumatera 307 (208 - 407) 913 (697 - 1,177)
Jawa-Bali 217 (147 - 287) 593 (447 - 771)
Lain2 260 (184 - 336) 842 (635 - 1,092)
Urban/rural
Urban 282 (220 - 345) 846 (678- 1,048)
Rural 231 (163 - 300) 674 (512 - 874)

workshop TB-MALARIA 8/22/17 56


CASE NOTIFICATION RATE DAN SUCCES RATE TB
(1999-2015) *) 160
136 138 135
140 131 127 129 129
125 122
119
120
102 101
Per 100.000 Penduduk

100
83
80 74
79 83 84 81
73 73 78 77
60 72 71
40 43 62 59
40
43
36 BTA Positif Baru
20 7 26 26 Semua Kasus
05
1999

2000

2002

2003

2005

2006

2009

2011

2012

2014

2015
2001

2004

2007

2008

2010

2013
94
92.0
91.3

91.2
91.0

91.0
91.0
90.7

92

90.5
90.3

90.2

90.1
89.5

89.3
90
87.2
Pe rse n (% )

88
86.5

86.1
84.6

86

84

82

80
1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Target: minimal 85%

57 Data per 20 Januari 2016


*)
workshop TB-MALARIA 8/22/17
Isu Strategis (1)
Angka Kesakitan yang tinggi (Prevalen1,6 juta dan
Insiden 1 juta) - vs - Angka Penemuan rendah (32%)
Pendekatan yang terlalu sentralistis
Perlunya peningkatan kepemimpinan dan manajemen
program
Jejaring layanan, sistem kesehatan.
SDM baik kualitas dan kuantitas
Logistik program
Informasi Strategis

Pendanaan Dalam Negeri belum mencukupi


Masih tingginya donor dependent VS eligibilitas untuk
mendapatkan dana donor berkurang (middle income
country)
workshop TB-MALARIA 8/22/17 58
ISU STRATEGIS (2)
Exit strategy program belum jelas, terarah dan fokus
Langkah dan kesiapan berbagai aspek (finansial, sistem, SDM,
logistik, regulasi, dll)
Kejelasan tanggung jawab (pusat, provinsi, kab/kota)

Banyak mitra pemain tetapi kurang terintegrasi


menjadi kekuatan yang sinergis.
Penguatan Kemitraan yang sinergis TB is everybody
bussiness

workshop TB-MALARIA 8/22/17 59


PENGETAHUAN, SIKAP DAN
PERILAKU

Berdasarkan Survei Prevalensi TB 2013-


2014:
78% tahu gejala TB
73% tahu TB dapat disembuhkan
81% tidak tahu obat TB gratis

workshop TB-MALARIA 8/22/17 60


ESTIMASI JUMLAH KASUS TB MDR YANG
TERNOTIFKASI TAHUN 2013 (3)Russian Fed.: 41,000
(13%)

(5) Ukraine: 9,400


(2)China: 54,000
(18%)

(11)Kazakhstan: 6,600
(7)Philippines: 8,500
(8)Uzbekistan: 7,900

(4) Pakistan: 13,000 (1)India: 62,000


(21%)

(9)South Africa: 6,900


(10)Indonesia: 6,700

(12)Vietnam: 5,100
(6) Myanmar: 9,000

workshop TB-MALARIA 8/22/17 61


BEBAN TB MDR DAN TB/HIV (2015)
Estimates of DR-TB burden % Number
Among new pulmonary TB 1.9 % 5,600
Among relapse pulmonary TB 12 % 1,100
Total 6,700

Estimates of TB-HIV burden Number Rate


TB-HIV incidence 63,000 25
TB-HIV mortality 22,000 8.5

Source: NTPS 2013 & GTB report 2015


PENEMUAN KASUS TB MDR NASIONAL
2009 APRIL 2016 15246

9399

Total number
Suspect examined : 37.631
Confirmed : 6.603
Under treatment : 4.971 4759

3833

2441
1752 1840
1547
1255 1094 1287
696 819
550 460 296 441 479 392
148 66 34 216 155

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Terduga Konfirm Diobati

workshop TB-MALARIA 8/22/17 63


HASIL PENGOBATAN TB MDR (%)
90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0 Cured Compete Default Failure Dead Transfer Other On treatment

workshop TB-MALARIA 8/22/17 64


ISU ISU PROGRAM
Prevalensi yang tinggi.
Notifikasi kasus TB yang rendah (32%)
Pendekatan yang terlalu sentralistis dan global.
Lemahnya Kepemimpinan program.
Rendahnya pendanaan domestik (GOI)
Tingginya donor dependence Kesempatan/eligibilitas donor yang
berkurang (middle income country)
Lemahnya aspek manajemen program
Perencanaan dan evaluasi program
Jejaring layanan, sistem kesehatan.
SDM yang kurang memadai baik kualitas dan kuantitas
Logistik program stock out, overstock
Pemanfaatan strategic information yang belum mampu
menjawab masalah manajemen.

workshop TB-MALARIA 8/22/17 65


ISU ISU PROGRAM
DOTS dasar yang lemah, cakupan yang rendah dan
meningkatnya resistens
Exit strategy program belum jelas terrah dan fokus.
Langkah,
Aspeknya (finansial, sistem, SDM, logistik, regulasi, etc)
Tanggung jawabnya (pusat, provinsi, kab/kota)
Banyak mitra pemain tetapi kurang terintegrasi menjadi kekuatan
yang sinergis.
Pusat lebih ditekankan kepada steering dan menghindari jebakan
rowing.
Penguatan Kemitraan yang sinergis TB is every body bussiness

workshop TB-MALARIA 8/22/17 66


RAN
STRATEGI DAN
KEGIATAN UTAMA
2016 - 2019

workshop TB-MALARIA 8/22/17 67


MILESTONE MENUJU ELIMINASI TB
Visi: Indonesia bebas TB

Tujuan: Eliminasi TB di Indonesia tahun 2035
Peluncuran Strategi TOSS-TB :
Peta jalan Eliminasi TB
201
Penemuan Intensif, Aktif, Massif
6 Kemitraan dan mobilisasi sosial

Target dampak pada 2020: Target dampak pada 2025:


20% penurunan insiden TB
202 40% penurunan kematian 202 50% penurunan insiden TB
0 5 70% penurunan kematian
TB dibandingkan tahun TB dibandingkan tahun
2014 2014
Target dampak pada 2030: Target dampak pada 2035:
203 80% penurunan insiden TB
203 90% penurunan insiden TB
0 90% penurunan kematian 5
95% penurunan kematian
TB dibandingkan tahun TB dibandingkan tahun
2014 2014
MODELLING MENUJU ELIMINASI
1,200,000 100%
90% 90% 90% 90% 90%
90%
1,000,000
1,000,000
80%

800,000 70%
800,000
60%

600,000 50%
624,000 500,000
40%
400,000
425,000 30%
324,539 200,000 20%
200,000
190,000 110,65910%
99,000
- 0%
2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

2033

2034

2035
insiden
jumlah kasus TB yang akan diobati
success rate (SR)
workshop TB-MALARIA 8/22/17 69
STRATEGI
1. Penguatan Kepemimpinan Program TB di
Kabupaten / Kota
2. Peningkatan Akses Layanan TB yang
Bermutu dengan TOSS-TB
3. Pengendalian Faktor Risiko
4. Peningkatan Kemitraan TB melalui Forum
Komite Ahli Gerdunas TB
5. Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam
Pengendalian TB
6. Penguatan Manajemen Program melalui
Penguatan Sistem Kesehatan
workshop TB-MALARIA 8/22/17 70
STRATEGI 1.
PENGUATAN KEPEMIMPINAN PROGRAM TB DI KAB/KOTA

Kegiatan :
1.1. Menyusun RAD penanggulangan TB dan kebijakan
yang komprehensif
Workshop Advokasi di tingkat Nasional
Workshop Advokasi di tingkat Provinsi
Fasilitasi penyusunan RAD Penanggulangan TB
Penyusunan RAD oleh Kab/Kota
1.2. Advokasi agar Layanan TB dalam skema jaminan kesehatan
Melakukan Penyempurnaan Skema Jaminan Kesehatan
TB Resisten Obat masuk dalam jaminan kesehatan melalui
pengelompokan diagnosis (INA CBGs) dalam skema tarif layanan
Memperbaiki Juknis layanan TB dalam Jaminan Kesehatan

workshop TB-MALARIA 8/22/17 71


Strategi 2.
Meningkatkan Akses Layanan TB yg Bermutu dgn
TOSSTB

Kegiatan
2.1. Intensifikasi Penemuan Pasien TB
Semua Puskesmas menjadi Puskesmas Pelaksana
Mandiri PPM)
Penemuan melalui Jejaring Layanan Public-Private Mix
dan kolaborasi layanan (TB-HIV, TB-DM. PPKP)
Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat
o Investigasi kontak terutama di keluarga
o Menemukan langsung di Masyarakat
Penemuan di tempat khusus (Rutan/Lapas, KKP, Tempat
Kerja, TNI/POLRI), Institusi Pendidikan

workshop TB-MALARIA 8/22/17 72


STRATEGI 2. PENINGKATAN AKSES LAYANAN TB YG
BERMUTU DNG TOSS-TB (LANJUTAN)

Kegiatan
2.2. Meningkatkan Mutu Layanan dgn Inovasi Diagnosis
Menempatkan alat TCM
Penguatan Laboratorium Mikroskopis TB
Mengembangkan Lab biakan dan uji kepekaan
2.3. Pengobatan
Semua yg terdiagnosis TB harus mendapat pengobatan
Konseling untuk mulai pengobatan (terutama pasien TB-RO)
2.4. Case holding
PMO dan dukungan psikososial
Penguatan jejaring layanan dgn komunitas
Pembentukan dan penguatan sistem rujukan

workshop TB-MALARIA 8/22/17 73


STRATEGI 2. PENINGKATAN AKSES LAYANAN TOSS-TB
BERMUTU

Penemuan Pasif dengan Jejaring Layanan TB (PPM)


Intensif : HIV, DM, PAL,
Mandatory
notification DPM MTBS, IDI
RS Swasta Lab Swasta
Apotik
Klinik IAI
RSU Daerah
RS Paru

Puskesmas Dikes Kab/kota


Cakupan 60% BPPM Labkesda

Cakupan 40% Penemuan Aktif berbasis keluarga dan masyarakat


Investigasi kontak : 10 15 orang
Kader,
posyandu, Penemuan di tempat khusus : asrama, lapas,
pos TB desa, rutan, pengungsi, tempat kerja, sekolah
Chase survey Penemuan di masyarakat : penemuan massal
workshop TB-MALARIA 8/22/17 74
LANGKAH LANGKAH PEMBENTUKAN JEJARING
LAYANAN (PPM)
Melakukan analisa situasi /mapping kinerja program di wilayah
(kab/kota/provinsi).
Mendapatkan komitmen stakeholders (organisasi profesi, NGO, CSR, dll)
baik swasta maupun pemerintah .
Membuat MoU jejaring layanan (siapa mengerjakan apa dan bagaimana)
Membuat Tim PMK dan koordinatornya
Melatih Tenaga medis, paramedis, laboratorium, rekam medis, petugas
administrasi, farmasi (apotek).
Menyiapkan Unit Layanan TB di fasyankes, termasuk akses pelayanan
laboratorium.
Memastikan pelayanan TB berjalan di tiap fasyankes (melakukan
(supervisi) :
Memastikan adanya Tim TB disetiap fasyankes
Biaya operasional.
Ketersediaan SOP layanan dalam jejaring internal dan jejaring eksternal.
Berjalannya surveilans TB (penggunan format standar dan Mandatory
notification)
Melakukan monitoring dan evaluasi dan umpan balik.
workshop TB-MALARIA 8/22/17 75
FUNGSI DINAS KESEHATAN DALAM JEJARING PPM
Penanggung jawab PPM.
Membuat tim PPM di kab/kota atau provinsi (dengan SK
bupati/walikota/gubernur) dan menunjuk koordinator PPM
Bersama fasyankes menyusun protap dan mengesahkan protap jejaring
layanan TB.
Pembinaan, monitoring dan evaluasi layanan TB dan kegiatan program TB
lainnya di fasyankes.
Memfasilitasi tersedianya sarana dan sumber daya.
Memastikan sistem surveilans TB (pencatatan dan pelaporan) dan
mandatory notification berjalan.
Melakukan monitoring dan evaluasi dan umpan balik.
Indikator :
jumlah kabupaten/kota yang menerapkan konsep jejering layanan (PPM)
Proporsi atau jumlah fasyankes yang aktif terlibat dalam jejering layanan
(PPM).
Peningkatan jumlah kasus yang dilayani di dalam jejeraing PPM

workshop TB-MALARIA 8/22/17 76


PENGOBATAN DAN NOTIFIKASI TB
INDONESIA NATIONAL TB PREVALENCE SURVEY 2014

Tempat pengobatan Yang dilaporkan dalam pengobatan


Survei Tercatat di SITT
Puskesmas 34 11
RS pemerintah 34 8
RS swasta 26 1
Lain2 31 4
Total 125 24 (19%)

Tempat pengobatan Yang dilaporkan dalam pengobatan


Survei Tercatat di SITT
Sektor pemerintah 68 19
Sektor swasta 57 5
Total 125 24 (19%)

Pelibatan RS dan sektor swasta akan meningkatkan


notifikasi TB secara signifikan
Perlu dikembangkan Jejaring Layanan TB (PPM) dan
mandatory notification
workshop TB-MALARIA 8/22/17 SITT =sistim77informasi TB terpadu
PASIEN TB BANYAK YANG BEROBAT KE
PRAKTIK SWASTA*

*Riskesdas 2010, Balitbangkes (2011)


workshop TB-MALARIA 8/22/17 78
Strategi 3.
Pengendalian Faktor Risiko

Kegiatan
3.1. Mempromosikan lingkungan dan hidup sehat
3.2. Menerapkan Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
TB, bekerjasama dengan organisasi profesi pengendali
infeksi (Perdalin)
3.3. Memperkuat pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi TB di tempat-tempat khusus
3.4. Melakukan pengobatan pencegahan TB pada anak dan TB-
HIV
3.5. Memastikan angka pengobatan dan kesembuhan
berkualitas

workshop TB-MALARIA 8/22/17 79


Strategi 4.
Peningkatkan Kemitraan melalui Gerdunas
TB
Kegiatan
4.1. Meningkatkan kemitraan melalui Gerdunas TB
4.2. Melibatkan semua komisi di Komli-Gerdunas TB
dalam penyusunan NSPK TB sesuai bidangnya
4.3. Memfasilitasi terbentuknya Gerdunas Provinsi
dan Kabupaten/Kota
4.4. Meningkatkan kemitraan melalui forum Gerdunas
TB Provinsi dan Kab/Kota

workshop TB-MALARIA 8/22/17 80


Strategi 5.
Peningkatkan Kemandirian Masyarakat dalam
Pengendalian TB

Kegiatan
5.1. Meningkatkan partisipasi pasien, mantan pasien,
keluarga dan masyakarat dalam Penanggulangan
TB
5.2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat melalui
kemitraan dengan sektor swasta dan pemerintah
5.3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk
mendorong terjadinya perubahan perilaku terkait TB
5.4. Mengembangkan Pemberdayaan Masyarakat
sampai tingkat desa melalui Integrasi Layanan TB di
UKBM

workshop TB-MALARIA 8/22/17 81


STRATEGI 6.
PENGUATAN MANAJEMEN PROGRAM MELALUI
PENGUATAN SISTEM KESEHATAN
Kegiatan
6.1. Penelitan dan pengembangan inovasi
program
Menyelenggarakan penelitian-penelitian TB yang
dibutuhkan program
Mengimplementasi hasil penelitian ke dalam
kebijakan nasional, provinsi dan kabupaten/kota
6.2. Logistik
Merencanakan, Mengadakan, Menerima dan Menyimpan
dan Mendistribusikan
Memantau dan mengevaluasi
Uji Mutu Obat TB

workshop TB-MALARIA 8/22/17 82


STRATEGI 6.
PENGUATAN MANAJEMEN PROGRAM MELALUI
PENGUATAN SISTEM KESEHATAN
Kegiatan
6.3. Sumber daya manusia
Perencanaan kebutuhan, pengembangan kurikulum dan
organisasi pelatihan
Pelaksanaan pelatihan TB untuk Manajemen Program dan
Tata Laksana Kasus
Monitoring dan Evaluasi

6.4. Sistem Informasi


Memperkuat sistem surveilans TB
Memperkuat sistem informasi TB (SI TB)
Meningkatkan Kualitas Data
Melaksanakan sistem wajib lapor TB (mandatory notification)
Meningkatkan kemampuan dalam analisis data

workshop TB-MALARIA 8/22/17 83


INDIKATOR PRIORITAS DAN TARGET
Penerapan jejering layanan PPM 90%
Pesentase atau jumlah kabupaten/kota yang telah menerapkan konsep
jejaring layanan PPM 90%
Semua fasyankes telah mengikuti mandatory notification
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki RAN eliminasi TB
% Pemda (kab/kota/provinsi) yang anggaran program TB meningkat
(memadai menurut RAN TB)
Cakupan pengobatan TB 90%
Persentase atau Jumlah kabupaten/kota dengan cakupan pengobatan
90%
Angka keberhasilan pengobatan TB 90%
Persentase atau Jumlah kabupaten/kota dengan angka keberhasilan
pengobatan 90%
Cakupan investigasi kontak 90%
Persentase atau Jumlah kabupaten/kota dengan cakupan investigasi
kontak 90%
Angka insidens
Angka prevalens
Angka mortalitas workshop TB-MALARIA 8/22/17 84
RENCANA KEGIATAN
AKSELERASI
Peningkatan peran dan fungsi pelayanan dasar di
puskemas seluruh puskesmas menjadi Puskesmas
Pelaksana Mandiri
Penguatan jejaring layanan (termasuk pemerintan dan
swasta), minimal 1 RS per Kab/Kota
Penguatan manajemen program Kab/Kota, dengan
dukungan Provinsi dan Pusat
Penemuan kasus secara aktif, dengan
- Pendekatan keluarga
- Pemberdayaan & peningkatan peran masyarakat
Penggunaan alur diagnosa baru, termasuk diagnosis
terduga TB dengan TCM
Memastikan layanan TB masuk ke dalam skema
Jaminan Kesehatan Nasional
workshop TB-MALARIA 8/22/17 85
PESAN WAKIL PRESIDEN DALAM
PERINGATAN HARI TB SEDUNIA TAHUN 2015

workshop TB-MALARIA 8/22/17 86


KONSEP
PENEMUAN AKTIF TB
BERBASIS KELUARGA DAN
MASYARAKAT

workshop TB-MALARIA 8/22/17 87


PENINGKATAN AKSES
LAYANAN TOSS-TB BERMUTU
Penemuan Pasif dengan Jejaring Layanan TB (PPM)
Intensif : HIV, DM, PAL,
Mandator
DPM MTBS, IDI
y
notificatio RS Swasta Lab Swasta
n Klinik Apotik
IAI
RSU Daerah
RS Paru

Puskesmas Dikes Kab/kota


Cakupan 60% BPPM Labkesda

Cakupan 40%Penemuan Aktif berbasis keluarga dan masyaraka


Investigasi kontak : 10 15 orang
Kader,
posyandu, Penemuan di tempat khusus : asrama, lapas,
pos TB desa, rutan, pengungsi, tempat kerja, sekolah
Chase survey Penemuan di masyarakat : penemuan massal
workshop TB-MALARIA 8/22/17 88
PENEMUAN KASUS TB
Penemuan pasif TB: Penemuan Aktif TB:
Delayed diagnosis
Missed diagnosis
Prompt diagnosis
Delayed treatment Prompt treatment
Increase transmission
VS Improve health
outcome
Cut transmission

workshop TB-MALARIA 8/22/17 89


PENEMUAN AKTIF KASUS TB
(1)
Prinsip:
Melakukan penemuan aktif di masyarakat
Mempertahankan keberhasilan pengobatan yang tinggi.
Kegiatan disesuaikan dengan sumber daya yang
tersedia
Penguatan peran masyarakat (kader TB)
Kegiatan:
Penemuan aktif dilakukan pada populasi kelompok
risiko TB
Diagnosis dan pengobatan TB
Pencegahan TB
Pengobatan pencegahan TB

workshop TB-MALARIA 8/22/17 90


PENEMUAN AKTIF KASUS TB (2)
Penemuan aktif di tempat khusus (daerah fokus padat penduduk)
Pemetaan daerah sasaran
Penyiapan sumber daya (sistem, SDM, sarana, operasional)
Asrama, lapas, rutan, pengungsian, penambangan, sekolah,
pesantren, tempat kerja.
Contoh school survey
Penemuan aktif dan masif di masyarakat
Pemetaan daerah sasaran
Penyiapan sumber daya (sistem, SDM, sarana, operasional)
Daerah yang kurang akses layanan, ada faktor risiko penularan
tetapi tidak pernah melaporkan.

workshop TB-MALARIA 8/22/17 91


POPULASI KELOMPOK RISIKO UNTUK PENEMUAN
AKTIF TB

workshop TB-MALARIA 8/22/17 92


PENEMUAN PASIEN SECARA AKTIF
BERBASIS KELUARGA DAN
MASYARAKAT
1. Investigasi Kontak
2. Tempat Khusus
Lapas/Rutan
KKP
Tempat Kerja
TNI/Polri
Institusi Pendidikan (sekolah, pesantren,
asrama)
Wilayah kumuh
3. Layanan UKBM (Posyandu, Poskesdes,
Desa Siaga, dll)
workshop TB-MALARIA 8/22/17 93
Investigasi Kontak
Tujuan:
menemukan pasien baru
Menemukan sumber penularan.
Memutus mata rantai penularan
Memberikan tatalaksana yang sesuai pada kontak yang terpajan
Pengobatan pencegahan pada TB laten (Anak < 5 tahun dan
ODHA) sesuai indikasi.
Kegiatan:
Dilakukan secara sistematis terhadap semua pasien TB yang
ditemukan.
Pada situasi dengan sumberdaya terbatas, dapat ditentukan
prioritas sasaran pelaksanaan investigasi kontak.
Pemberian Pengobatan Pencegahan dengan INH (PP INH)
pada Anak dan ODHA

workshop TB-MALARIA 8/22/17 94


PENEMUAN TB AKTIF DI
TEMPAT KHUSUS
1. Di Lapas/Rutan:
IntensifikasiPenemuan kasus TB (skrining rutin
pada waktu WBP masuk, skrining massal,
investigasi kontak)
Pengobatan TB dan TB MDR di Lapas/Rutan
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi TB (PPI TB)
Pengembangkan sistem Survailans TB di Lapas
dan Rutan
Pelaksanaan kolaborasi program TB-HIV

workshop TB-MALARIA 8/22/17 95


2. KKP
Penguatan kapasitas tenaga kesehatan di KKP
Penguatan jejaring kerja antara KKP dan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
Intensifikasi penemuan terduga TB di wilayah
kerja KKP

workshop TB-MALARIA 8/22/17 96


3. Di Tempat Kerja:
Integrasi
dengan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) perusahaan
memberdayakan kesehatan kerja perusahaan
pemeriksaan kesehatan pada saat masuk dan
secara berkala
membangun jejaring dengan faskes setempat

workshop TB-MALARIA 8/22/17 97


4. TNI dan POLRI
Seluruh fasilitas kesehatan TNI dan POLRI wajib
memberikan pelayanan TB yang berkualitas
sesuai standar nasional.
Peran TNI dalam upaya penemuan kasus TB
difokuskan pada kegiatan mobilisasi sosial di
daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan
(DTPK).

workshop TB-MALARIA 8/22/17 98


5. Institusi Pendidikan (sekolah, pesantren dan
asrama)
Pemeriksaan kesehatan pada saat penerimaan
siswa baru, secara berkala, atau melalui kegiatan
investigasi kontak.
Koordinasi antara dinas pendidikan dengan dinas
kesehatan setempat.

workshop TB-MALARIA 8/22/17 99


6. Wilayah kumuh
Merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) puskesmas
Memberdayakan kader kesehatan dan komponen
masyarakat lainnya

workshop TB-MALARIA 8/22/17 100


LANJUTAN DAMPAK
PERUBAHAN
3. Sumber pendanaan untuk pengadaan mikroskop
binokuler, operasional, logistik termasuk reagen
didorong dari APBD I, APBD II, dan sumber dana
lain yang sah
4. Pembentukan jejaring dan pemantapan mutu
laboratorium mikroskopis TB oleh Dinkes
Kabupaten Kota / Provinsi
5. Pengembangan sistem Elektronik TB 12 yang
difasilitasi oleh Dinkes Kabupaten Kota / Provinsi
6. Mendorong revisi pedoman yang terkait dengan
peningkatan fungsi Puskesmas satelit tersebut
(pedoman jejaring dan pemantapan mutu , dan
lainnya )
workshop TB-MALARIA 8/22/17 101
PENINGKATAN AKSES LAYANAN
TOSS TB

workshop TB-MALARIA 8/22/17 102


Pening
PRINSIP
katan
Akses
DAN
Pengua
STRATEGI
layanan tan
TOSS- Kepemi Pengua Pemanf
TB mpin tan aat an
bermut an Pengen kemitra Informa
u dan progra da lian an dan si
berpiha m dan faktor kemand Strategi
k dukung risiko irian s dan
pasien an penular masyar Peneliti
TB sistem an TB akat an

Desentralisasi Program pada tingkat


Kabupaten/kota

Penguatan Kepemimpinan Program


Kontribusi terhadap Penguatan sistem kesehatan
Keberpihakan kepada masyarakat dan pasien TB
Inklusif, proaktif, efektif, profesional dan
workshop TB-MALARIAakuntabel
8/22/17 103
PENINGKATAN AKSES LAYANAN TOSS-TB BERMUTU

Penemuan Pasif dengan Jejaring Layanan TB (PPM)


Mandat
ory Intensif : HIV, DM,
Notifica DPM PAL, MTBS, IDI
tion
RS Swasta
Lab Swasta
Apotik
Klinik IAI
RSU Daerah
RS Paru

Puskesmas Dikes
Cakupan 60% Kab/kota
Labkesda
BPPM

Cakupan 40%Penemuan Aktif berbasis keluarga dan masyar


Investigasi kontak : 10 15 orang
Kader,
posyandu Penemuan di tempat khusus :
, pos TB asrama, lapas, rutan, pengungsi,
desa, tempat kerja, sekolah
Chase Penemuan
workshop TB-MALARIA
di masyarakat : 104
8/22/17
PENINGKATAN AKSES LAYANAN TOSS-TB
BERMUTU
1. Peningkatan jejaring layanan TB (public-private
mix)
Melibatkan semua fasilitas layanan potensial baik pemerintah
maupun swasta (public-private mix)
2. Penemuan aktif berbasis keluarga dan
masyarakat
Contact tracing
Pada kelompok khusus maupun masyarakat umum yang
berisiko tinggi penularan TB rutan/lapas, pemukiman padat
dan kumuh
3. Penemuan intensif melalui kolaborasi (TB-HIV,
TB-DM, PAL, TB-KIA, dll) dan investigasi
kontak.
Kolaborasi pada tingkat fasilitas layanan untuk mengurangi miss
oportunity penemuan
Investigasi kontak, setiap pasien TB dilakukan pemeriksaan
kontak 10-15 orang pada anggota keluarga dan tetangga,
ditempat kerja
workshop TB-MALARIA 8/22/17 105
PENINGKATAN AKSES LAYANAN TOSS-TB
BERMUTU

4. Keberhasilan pengobatan melalui


monitoring dan pelacakan pasien
monitoring pengobatan
pelacakan pasien

5. Inovasi diagnosis dan pengobatan TB


Penyederhanaan sistem dan alur diagnostik
Penyederhanaan paket pengobatan dan penerapan
regimen baru
Pendekatan masyarakat

workshop TB-MALARIA 8/22/17 106


PENEMUAN INTENSIF MELALUI KOLABORASI
(TB-HIV, TB-DM, PAL, TB-KIA, DLL) DAN
INVESTIGASI KONTAK

FKTP &
FKTRL
Poli
Inter Klini
na k
KIA
VCT
Poli Pol Raw
umu i at
m TB inap

workshop TB-MALARIA 8/22/17 107


STRATEGI KOLABORASI TB-HIV
A. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV-
AIDS
1. Penguatan koordinasi bersama program TB dan HIV di semua tingkatan
2. Melaksanakan surveilans TB-HIV
3. Melakukan perencanaan bersama TB-HIV untuk integrasi layanan TB-HIV
4. Monitoring and evaluasi kegiatan TB-HIV
5. Mendorong peran serta komunitas dan LSM dalam kegiatan TB-HIV
B. Menurunkan beban TB pada ODHA dan inisiasi pemberian ART dini
6. Intensifikasi penemuan kasus TB pada ODHA termasuk pada populasi kunci
HIV dan memastikan pengobatan TB yang berkualitas
7. Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH) pada ODHA
8. Penguatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB di Fasilitas
Kesehatan yang memberikan layanan HIV, termasuk tempat orang berkumpul
(Lapas/Rutan, Panti Rehabilitasi untuk Pengguna NAPZA)
C. Menurunkan Beban HIV pada pasien TB
9. Menyediakan tes dan konseling HIV pada pasien TB
10. Meningkatkan Pencegahan HIV untuk pasien TB
11. Menyediakan Pengobatan Pencegahan dengan Kotrimoksasol (PPK) untuk
pasien TB-HIV
12. Memastikan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan serta pencegahan HIV
workshop TB-MALARIA 8/22/17 108
PASIEN TB DENGAN
DIABETES MELITUS (DM)
Paduan OAT yang diberikan pada prinsipnya sama
dengan paduan OAT bagi pasien TB tanpa DM
dengan syarat kadar gula darah terkontrol
Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka
lama pengobatan dapat dilanjutkan sampai 9 bulan
Perhatian khusus:
Efek samping Etambutol komplikasi kelainan pada mata
Rifampisin mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes
(sulfonil urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
Perlu pengawasan sesudah pengobatan selesai
untuk mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan

workshop TB-MALARIA 8/22/17 109


PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU
(PAL)
Suatu pendekatan
sindromik (kumpulan
gejala) dalam
penatalaksanaan
penderita berusia > 5
tahun yang
mengunjungi
Puskesmas dengan
gejala gangguan sal
pernapasan

workshop TB-MALARIA 8/22/17 110


ALUR DIAGNOSIS TB ANAK

workshop TB-MALARIA 8/22/17 111


TB RESISTEN OBAT (TB RO)
TB Resistan Obat adalah keadaan di mana kuman M.
tuberculosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat
anti TB (OAT).
Kategori resistansi terhadap OAT, yaitu:
TB Resistan Rifampisin (TB RR) : Resistan terhadap
rifampisin
Multi Drug Resistance (MDR): resistan terhadap
isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini
pertama yang lain, misalnya resistan HR, HRE, HRES.
Extensively Drug Resistance (XDR): TB MDR disertai
resistansi terhadap salah salah satu obat golongan
fluorokuinolon dan salah satu dari OAT injeksi lini
kedua (kapreomisin, kanamisin dan amikasin).
(monoresistan, poliresistan, TB MDR, TB XDR) yang
terdeteksi menggunakan metode fenotip atau genotip
dengan atau tanpa resistan OAT lainnya.
Diagnosis dengan alat TCM

workshop TB-MALARIA 8/22/17 112


JEJARING EKSTERNAL LAYANAN
MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TB RESISTAN OBAT
(MTPTRO)

workshop TB-MALARIA 8/22/17 113


ALUR DISTRIBUSI OAT
MDR

Alur Distribusi
Permintaan
Informasi
workshop TB-MALARIA 8/22/17 114
INOVASI DIAGNOSIS DAN
PENGOBATAN TB
Menggunakan Tes Cepat Mikroskopis (TCM)
untuk diagnosis TB
Dosis harian (daily dose) untuk terapi fase
lanjutan
Pengobatan lini dua yang lebih cepat lama
pengobatannya (shorter regimen)

workshop TB-MALARIA 8/22/17 115


DIAGNOSIS TB
Menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM)
Jika tidak memiliki akses mikroskopis
Akses:
Tersedia alat di layanan
Jejaring dengan layanan lain transpor sputum

workshop TB-MALARIA 8/22/17 116


ALGORITMA

workshop TB-MALARIA 8/22/17 117


MEKANISME TRANSPOR SPUTUM
Klinik
di
Lapas/R
utan
Rumah FKTP
Sakit Lain

Puskes Rumah
mas PUP Sakit

Faskes
yang punya
alat TCM
PUP GROUP
workshop TB-MALARIA 8/22/17 118
workshop TB-MALARIA 8/22/17 119

Anda mungkin juga menyukai