Nahdiyah karimah
Ika Purnama Sari
Dwi Noviani PC
SEMESTER 2
Aprilia Intan
DIV KEBIDANAN SEMARANG
Noerzunita Rachmawati
PENGERTIAN MASYARAKAT
Menurut Koentjaraningrat (1996):
Mengembangkan
Meningkatnya kesehatan kemampuan dan
atdalam arti memenuhi
beberapa indikator : Angka prakarsa masyarakat
kesakitan menurun, angka untuk berperan secara
kematian menurun terutama aktif dan berswadaya
angka kematian bayi dan anak,
angka kelahiran menurun, dan dalam meningkatkan
menurunnya angka kekurangan kesejahteraan mereka
gizi pada anak balita. sendiri.
NILAI-NILAI FILOSOFI DALAM PEMBANGUNAN
1. Landasan Idiil
2. Prinsip Dasar Pembangunan ( SKN )
Pancasila
Perikemanusiaan
Penyelanggaraan
pembangunan didasarkan pada prinsip
kemanusiaan yang dijiwai, digerakan
dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Pembangunan kesehatan di
Indonesia dirasionalkan dalam wujud
PKMD ( Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa )
3. Dasar Pijakan
Faktor Penghmbat :
a. Pasrah menerima, artinya tidak ada reaksi positif terhadap keadaan dan perubahan yang terjadi.
b. Kurang disiplin, sikap mental seenaknya dalam berbagai hal, terutama tidak mentaati peraturan-
peraturan dan hukum yang berlaku
c. Kurang suka kerja keras : suatu sikap mental ogah-ogahan, santai, dan suka mengulur-ulur waktu
dalam pekerjaan.
d. Tidak jujur, yaitu suatu sikap mental yang dalam berbagai pekerjaan dan kegiatan selalu mencari
untung sendiri dengan jalan yang tidak dibenarkan, misalnya : manipulasi, korupsi, dan sebagainya
e. Hidup boros, yaitu sikap mental yang melakukan segala sesuatu dengan berlebih-lebihan,
sehingga tidak tepat guna dan tidak efisien.
f. Tertutup terhadap pembaharuan, yaitu sikap mental yang tidak rnau menerima perubahan-
perubahan
g. Berprasangka terhadap pembaharuan, yaitu suatu sikap mental yang memandang bahwa
perubahan itu buruk akibatnya, dan berwawasan sempit, sehingga secara tidak langsung akan
membawa kepicikan bagi yang bersikap seperti itu. Padahal, justru dalam usaha pembangunan
sangat dibutuhkan manusia sebagai pendukung pembangunan yang memiliki wawasan berpikir
sangat luar biasa.
Faktor Pendorong
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan
menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
Misalnya dikalangan wanita lebih banyak
menderita kanker payudara, sedangkan laki-
laki banyak menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan
dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani
banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja
yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan
yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja
diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang
menderita penyakit saluran pernapasan karena
banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh
pada pola penyakit. Misalnya penderita
obesitas lebih banyak ditemukan pada
golongan masyarakat yang berstatus
ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi
lebih banyak ditemukan dikalangan
masyarakat yang status ekonominya rendah
FAKTOR SOSIAL YANG BERPENGARUH PADA PERILAKU
KESEHATAN MENURUT H.RAY ELLING (1970)
1. Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau
ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,
terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada
orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima
apa yang kita lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu
pula sebaliknya.
2. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi
kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan
anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan
besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.
ASPEK BUDAYA YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN
DAN PERILAKU KESEHATAN MENURUT G.M. FOSTER (1973)
a. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang
berpengaruh negatif terhadap kesehatan
masyarakat.
b. Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga
mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh :
Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok
tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya
bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau
mati adalah takdir , sehingga masyarakat kurang
berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit.
c. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan
sendiri yang paling baik jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain.
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras
putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1
lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari
pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan.
faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah
makanan yang diberikan.
Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan
jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-
anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-
situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah
berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik
daripada anggota keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu
daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun
kebiasaan,namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan
mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain ibu
mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.
2. Masa pemberian ASI
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya
yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi
yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.Sebagai contoh, pemberian ASI
menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan
pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi
berumur 4 tahun.
Namun, pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi
pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar
bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu
merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera
Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan
lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun
madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan
pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat
tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan
pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap
bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada
bayi.Sementara, colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh
bayi.
3. Pola pemberian ASI
pada masyarakat tradisional pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep
medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan
bayi.
Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang.Hal ini disebabkan
banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat
hamil maupun sesudah melahirkan.
Kesehatan dan penyakit