Anda di halaman 1dari 23

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. EH
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Batak
No RM : 015467
Tanggal Masuk : 3 November 2016
Anamnesa Penyakit Pasien
Keluhan Utama :
Os datang dengan keluhan lemas dan nafsu
makan berkurang
Telaah :
Os datang dengan keluhan lemas dialami 1
hari, tidak ada nafsu makan 2 hari. Os demam
2 hari bersifat hilang timbul, mual (+),
muntah (-).
Riwayat Penyakit Terdahulu : DM Tipe II
Riwayat Pengobatan : Insulin
Riwayat Alergi : -
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
TD : 150/90 mmHg
Pols : 100 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36
Kepala :
normocephali
Mata :
Isokor (+/+), ikterus (-/-), Anemis (-/-)
THT :
DBN
Leher :
Pembesaran KGB (-)
Dada :
Vesicular pada kedua lapangan paru
Abdomen :
Soepel, timpani
Punggung :
DBN
Genetalia :
TDP
Ekstremitas :
Oedem (-)
KGD cito 494 mg/dl
Darah Rutin
Elektrolit
Profil Lipid
DM Tipe II
Rawat Inap
Konsul Penyakit Dalam : dr. Bambang Sp.PD
IVFD RL 20 gtt/i
Novorapid 20-20-20 unit
Amlodipin 10 mg 1x1
Inj. Ondansentron /8jam
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif.
Data Riskesdas (2013) menunjukkan proporsi
diabetes di Indonesia pada tahun 2013
meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan
tahun 2007.
Proporsi diabetes melitus di indonesia sebesar
6,9%, toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar
29,9% dan glukosa darah puasa (GDP)
terganggu sebesar 36,6%.
Proporsi penduduk di pedesaan yang menderita
diabetes melitus mengingkat dari 1,1% (2007)
menjadi 2,1% (2013)
Riwayat keluarga menderita diabetes
Obesitas
Aktivitas Fisik
Ras/Etnis
Gangguan Toleransi Glukosa
Riwayat diabetes gestasional atau melahirkan
bayi dengan berat lahir> 4 kg
Hipertensi
Kadar kolesterol HDL 35 mg/dl, dan/atau kadar
trigliserida 250 mg/dl
DM Tipe I
Hasil dari kehancuran sel pankreas, biasanya
menyebabkan defisiensi insulin yang absolut.
DM Tipe II
Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang
menjadi latar belakang terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Tipe Spesifik lain
Misalnya : gangguan genetik pada fungsi sel , gangguan
genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas
(seperti cystic fibrosis), dan yang di picu oleh obat atau
bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau
setelah transplantasi organ)
Gestational Diabetes Mellitus
Keluhan Klasik DM :
Poliuria
Polidipsia
Polifagia
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya
Keluhan lain
Lemah badan
Kesemutan
Gatal
Mata kabur
Disfungsi ereksi pada pria
Pruritus vulva pada wanita
DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan darah plasma vena.
Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dl. Puasa
adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
Atau

Pemeriksaan glukosa plasma 200 mg/dl 2 jam setelah


tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram
Atau

Pemeriksan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dengan


keluhan klasik
Atau

Pemeriksaan HbA1c 6,5% dengan menggunakan metode


High-Perfomance Liquid Chromatography (HPLC) yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP)
Langkah langkah penalataksaan :
Edukasi
Terapi nutrisi medis (TNM)
Latihan jasmani
Intervensi farmakologis
Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan :
a. Obat anti hiperglikemia oral
b. Obat anti hiperglikemia suntik
c. Terapi kombinasi
a. Obat anti hiperglikemia oral
berdasarkan cara kerjanya, obat anti
hiperglikemia dibagi menjadi 5 golongan :
1. Pemacu sekresi insulin (insulin secretagogue) :
Sulfonilurea dan glinid
2. Peningkatan sensitivitas terhadap insulin : Metformin
dan Tiazolidindion (TZD)
3. Penghambat absorpsi glukosa : Penghambat
Glukosidase Alfa
4. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl peptidase-IV)
5. Penghambat SGLT-2 (sodium glucose co-transporter 2)
B. Obat Antihiperglikemia Suntik
1. Insulin
2. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic Pengobatan dengan
dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru
untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja
sebagai perangsang pengelepasan insulin yang tidak
menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat
badan yang biasanya terjadi pada pengobatan insulin
ataupun sulfonilurea. Agonis GLP-1 bahkan mungkin
menurunkan berat badan. Efek samping yang timbul
pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan
muntah.
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi
baik secara terpisah ataupun fixed
dose combination dalam bentuk tablet tunggal, harus
menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja
yang berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran
kadar glukosa darah yang belum tercapai, sehingga perlu
diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dari
kelompok yang berbeda atau kombinasi obat
antihiperglikemia oral dengan insulin. Pada pasien yang
disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga
obat antihiperglikemia oral dapat menjadi pilihan.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang
banyak dipergunakan adalah kombinasi obat
antihiperglikemia oral dan insulin basal (insulin kerja
menengah atau insulin kerja panjang), yang diberikan pada
malam hari menjelang tidur.
Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat
mencapai kendali glukosa darah yang baik dengan
dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja
menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar
jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut
dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Pada keadaaan dimana kadar glukosa darah
sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah
mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi
kombinasi insulin basal dan prandial, serta pemberian
obat antihiperglikemia oral dihentikan.
Komplikasi Akut
Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Hyperglycemic hyperosmolar state (HHS)
Komplikasi Kronis
Komplikasi vaskular
Mikrovaskular : retinopati, neuropati dan nefropati
Makrovaskular : penyakit arteri koroner, penyakit arteri
perifer, penyakit serebrovaskular
Komplikasi non vaskular
Gastroparesis
Infeksi
Perubahan kulit

Anda mungkin juga menyukai