Anda di halaman 1dari 21

KELAINAN LAMANYA

KEHAMILAN
Oleh :

Sri nofika
Defenisi

Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana


bayi lahir setelah usia kehamilan melebihi 42
minggu.
Ketika usia kehamilan memasuki 40 minggu,
plasenta mulai mengecil dan fungsinya menurun.
Karena kemampuan plasenta untuk menyediakan
makanan semakin berkurang, maka janin
menggunakan persediaan lemak dan
karbohidratnya sendiri sebagai sumber energi.
Akibatnya, laju pertumbuhan janin menjadi lambat.
Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen
yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat
janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap
cedera otak dan organ lainnya.
Etiologi

Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang


dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar
progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam,
1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah
pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban
dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan
dengan kehamilan lewat waktu.
Tanda-Tanda Postmatur/Postterm terbagi atas 3
stadium:

1.Stadium 1
Kulit menunjukkan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering,rapuh dan mudah mengelupas.
2.Stadium II
Gejaladi atas disertai pewarnaan mekonium
(Kehijauan ) pada kulit
3.Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku ,kulit
dan talipusat .
Faktor Resiko

Peningkatan resiko terkait dengan kehamilan


lewat bulan diperkirakan berkaitan dengan
insufiensi uteroplasenta, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan hipoksia janin ( clausson,1999).
Dengan tanda-tanda : volume cairan amnion yang
menurun drastis pada beberapa minggu kehamilan.
Penurunan volume cairan amnion mungkin terkait
pada penurunan fungsi plasenta, disebabkan oleh
tekanan pada tali pusat, terutama selama periode
intrapartum ( Campbell,M.K,1997).
Diagnosis

1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis


tidak sukar.
2. Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat
HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang
teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri
dapat membantu penegakan diagnosis.
3. Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat
penulangan pada bagian distal femur, bagian
proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8
atau lebih.
4. USG : ukuran diameter biparietal, gerkan janin dan
jumlah air ketuban.
5. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diamabiil
dengan amniosenteris baik transvaginal maupun
transabdominal, kulitb ketuban akan bercampur lemak
dari sel sel kulit janin setelah kehamilan mencapai lebih
dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas
dengan sulfat biru Nil, maka sel sel yang mengandung
lemak akan 11
6. Berwarna jingga.
- Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
- Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
7. Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban,
menut warnanya karena dikeruhi mekonium.
8. Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut
jantung janin, karena insufiensi plasenta.
9. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes
oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi
uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
11. Pemeriksaan pH darah kepala janin
12. Pemeriksaan sitologi vagina
Pengaruh terhadap Ibu dan Janin

Terhadap Ibu

Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis


karena :
(a) aksi uterus tidak terkoordinir
(b). Janin besar
(c) Moulding kepala kurang

Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan


letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan
postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan
mortalitas.
Terhadap janin

Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan


43 minggu tiga kali lebih besar dri kehamilan 40
minggu karena postmaturitas akan menambah
bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada
janin yaitu : berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah
kehamilan 42 minggu. Bahkan kematian janin dalam
kandungan.
Komplikasi

Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur :

Hipoksia
Hipovolemia
Asidosis
Sindrom gawat napas
Hipoglikemia
Hipofungsi adrenal
Penatalaksanaan
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah
merencanakan pengakhiran kehamilan
Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara
lain:

1.Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.


2.Induksi dengan oksitosin.
3.Bedah seksio sesaria.

Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi


oksitosin, pasien harusmemenuhi beberapa syarat,
antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran
his,ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi
sefalopelvik, janin presentasikepala, serviks sudah
matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan
mulaimembuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga
harus dilakukan sebelumnya.
Induksi persalinan dilakukan dengan oksitosin 5 IU
dalam infus Dextrose5%. Sebelumdilakukan induksi,
pasien dinilai terlebih dahulukesejahteraan janinnya
dengan alat KTG, serta diukur skor
pelvisnya.Jikakeadaan janin baik dan skor pelvis >5,
maka induksi persalinan dapat dilakukan. Tetesan infus
dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30
menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang
adekuat.
Selama pemberian infus, kesejahteraan janin tetap
diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat
janin
Setelah timbul his adekuat, tetesan infus
dipertahankan hingga persalinan.
Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat
belum muncul, dapat diberikan
infus drip oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat
yang diharapkan tidak muncul,
dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio
sesaria.
Metode non hormon Induksi persalinan

1. Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau
mengusap ketuban mengacu pada upaya
memisahkan membran amnion dari bagian servik
yang mudah diraih dan segmen uterus bagian
bawah pada saat pemeriksaan dalam Dengan
tangan terbungkus sarung tangan bidan memeriksa
wanita untuk menentukan penipisan serviks,
pembukaan dan posisi lazimnya.
2. Amniotomi

Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM).


Saat dilaukan bidan harus memeriksa dengan teliti
untuk mengkaji penipisan servik, pembukaanm
posisi, dan letak bagian bawah. Presentasi selain
kepala merupakan kontrainsdikasi AROM dan
kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun,
atau bayi kecil karena dapat menyebabkan prolaps
talipusat.
3. Pompa Payudara dan stimulasi puting.

Penggunaan cara ini relatif lebih aman kerna


menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi
kehamilan dan persalinan. Penangannya dengan
menstimulasi selama 15 menit diselingi istirahat dengan
metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali
perhari.

4. Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan
jus apel maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka
kejadian persalinan spontan jika diberikan pada
kehamilan cukup bulan.
5. Kateter forey atau Kateter balon.

Secara umum kateter dimasukkan kedalam


servik kemudian ballon di isi udara 25 hingg 50
mililiter untuk menjaga kateter tetap pada
tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa
teknik ini sangat efektif.
6. Aktifitas seksual
Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan


pemeriksaan kehamilanyang teratur, minimal 4 15
kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester
pertama(sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke
dua (antara 13 minggu sampai 28minggu) dan 2 kali
trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila
keadaanmemungkinkan, pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7bulan, 2 minggu
sekali pada kehamilan 7 8 bulan dan seminggu sekali
padabulan terakhir.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai