Anda di halaman 1dari 36

Pemeriksaan Forensik pada Kejahatan

Seksual

Disusun oleh :
Ray Sirvel (11-2015-250)
Yogie Rinaldi (11-2016-031)
Joses Prima (11-2016-085)
Mohd Amir Bin Mohd Halim (11-2016-200)

Dokter Pembimbing: Dr. Faizal, SpKF


Definisi

Kejahatan seksual adalah kejahatan


yang timbul diperoleh melalui
persetubuhan
Persetubuhan adalah masuknya
penis ke dalam vagina, sebagian atau
seluruhnya dengan atau tanpa
ejakulasi, setidaknya melewati
vestibulum.
Pencabulan adalah setiap
penyerangan seksual tanpa terjadi
persetubuhan
Kategori Kejahatan Seksual

1.Kejahatan Seksual Ringan


2.Kejahatan Seksual Berat
Kejahatan Seksual Ringan

Gurauan porno
Siulan, ejekan dan julukan
Tulisan / gambar
Ekspresi wajah
Gerakan tubuh
Kejahatan Seksual Berat

Pelecehan, kontak fisik: raba, sentuh organ seksual, cium paksa, rangkul
Pemaksaan hubungan seksual
Hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau
menyakitkan
Hubungan seksual memanfaatkan posisi ketergantungan / lemahnya korban .
Tindakan seksual dan kekerasan fisik, dengan atau tanpa bantuan alat yang
menimbulkan sakit,luka, atau cedera.
Tanda Persetubuhan

Tanda penetrasi biasanya hanya


jelas ditemukan pada korban yang
masih kecil atau belum pernah
melahirkan atau multipara.
(Robekan di Hymen)
Tanda-tanda ejakulasi; dibuktikan
dengan pemeriksaan ada tidaknya
sperma dan komponen cairan mani
Faktor yang mempengaruhi
bukti persetubuhan
1.Besarnya penis dan derajat penitrrasinya
2.Bentuk dan elastisitas selaput dara (hymen)
3.Ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulasi itu sendiri
4.Posisi persetubuhan
Anamnesis

Pada korban kekerasan seksual,


anamnesis harus dilakukan dengan
bahasa awam yang mudah
dimengerti oleh korban
Anamnesis berupa pertanyaan-
pertanyaan umum dan khusus
Anamnesis

Anamnesis umum berupa :


Identitas
-Riwayat paritas dan/atau abortus,
-Riwayat haid (menarche, hari pertama haid terakhir, siklus haid),
-Riwayat koitus (sudah pernah atau belum, riwayat koitus sebelum
dan/atau setelah kejadian kekerasan seksual, dengan siapa,
penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lainnya)
Anamnesis

What &How:
Anamnesis khusus berupa pertanyaan seputar kejadian
persetubuhan,
1. Jenis tindakan (pemerkosaan,
pencabulan, dan sebagainya),
yangkekerasan
2. Adanya kekerasan dan/atau ancaman terdiri dari 5W+ 1 H
3. Adanya upaya perlawanan,
4. Apakah korban sadar atau tidak pada saat atau setelah
When:
kejadian, 1. Tanggal dan jam kejadian, bandingkan
5. Adanya pemberian minuman, makanan, atau obat
dengan tanggal danoleh
jam melapor, dan
pelaku sebelum atau setelah kejadian
2. Apakah tindakan tersebut baru satu kali
6. Adanya penetrasi dan sampai mana (parsial
terjadi atau berulang
atau sudah Who:
komplit) 1. Apakah pelaku dikenal oleh korban atau tidak,
Where: 2. Jumlah pelaku,
1. Tempat kejadian 3. Usia pelaku
4. Hubungan antara pelaku dengan korban
Pemeriksaan Fisik Korban

Pada korban kekerasan seksual di


lakukan pemeriksaan fisik
menggunakan prinsip Top-to Toe
Pemeriksaan fisik di bagi menjadi 2
yaitu pemeriksaan fisik umum dan
Khusus
Pemeriksaan Fisik Korban

Pemeriksaan Umum :
-Keadaan Umum : Tingkat kesadaran, penampilan secara keseluruhan, keadaan
emosional (tenang, sedih / gelisah)
-Tanda vital
-Pada persetubuhn oral, periksa lecet, bintik perdarahan /memar pada palatum,
Pemeriksaan Fisik Korban

Perkembangan seks sekunder


(pertumbuhan mammae, rambut
axilla dan rambut pubis)
Tanda-tanda intoksikasi NAPZA,
serta status lokalis dari luka-luka
yang terdapat pada bagian tubuh
selain daerah kemaluan.
Pemeriksaan Fisik Korban

Pemeriksaan fisik khusus bertujuan mencari bukti-bukti fisik yang terkait


dengan tindakan kekerasan seksual yang diakui korban, prosedurnya meliputi:
Mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis,
Daerah-daerah erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari
bercak mani atau air liur dari pelaku; serta
Tanda-tanda kehamilan pada payudara dan perut
Tanda kehilangan kesadaran (pemberian obat tidur/bius) needle marks indikasi
pemeriksaan darah dan urin
Pemeriksaan Fisik Korban

Pemeriksaan daerah Genital


-Posisi litotomi
Periksa daerah pubis (kemaluan bagian luar), yaitu adanya perlukaan pada
jaringan lunak atau bercak cairan mani;
Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum dan paha (adanya perlukaan pada
jaringan lunak, bercak cairan mani)
Jika ada bercak, kerok dengan skalpel dan masukkan dalam amplop
Pemeriksaan Fisik Korban

Rambut pubis disisir, rambut yang lepas dimasukkan dalam amplop


Jika ada rambut pubis yang menggumpal, gunting dan masukkan dalam amplop,
cabut 3-10 lembar rambut dan masukkan dalam amplop lain
Labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada
perlukaan pada jaringan lunak atau bercak cairan mani;
Vestibulum dan fourchette posterior (pertemuan bibir kemaluan bagian bawah),
apakah ada perlukaan;
Pemeriksaan Fisik Korban

Hymen (catat bentuk, diameter ostium, elastisitas atau ketebalan, adanya


perlukaan seperti robekan, memar, lecet, atau hiperemi).
Swab daerah vestibulum, buat sediaan hapus
Pemeriksaan Fisik Korban

Vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lendir;
Serviks dan portio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah melahirkan dan
adanya cairan atau lendir;
Uterus (rahim), periksa apakah ada tanda kehamilan;
Anus (lubang dubur) dan daerah perianal, apabila ada indikasi berdasarkan
anamnesis;
Pemeriksaan Fisik Pelaku

a.Pemeriksaan tubuh
Dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel epitel vagina
pada glans penis. Perlu juga dilakukan pemeriksaan
sekret uretra untuk menentukan adanya penyakit
kelamin.
b.Pemeriksaan pakaian
Pada pemeriksaan pakaian, catat adanya bercak semen, darah, dan sebagainya.
Trace evidence pada pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan harus
diperiksa.
Pembuktian Kekerasan

Identifikasi daerah kekerasan


Luka-luka akibat kekerasan seksual biasanya berbentuk luka lecet bekas kuku,
gigitan (bite marks) serta luka-luka memar.
menentukan adanya racun atau obat-obatan yang kiranya dapat melumpuhkan
korban
Kendala Pembuktian Dalam
Kasus Perkosaan
Masalah keutuhan barang bukti
Masalah teknis pengumpulan barang bukti
Masalah tehnis pemeriksaan forensik dan laboratorium
Masalah pengetahuan dokter pemeriksa
Masalah pengetahuan aparat penegak hukum
Laboratorium

Pembuktian persetubuhan yang lain adalah dengan memeriksa cairan mani di


dalam liang vagina korban. Dari pemeriksaan cairan mani akan diperiksa sel
spermatozoa dan cairan mani sendiri.
Menentukan cairan mani

Reaksi Fosfatase Asam


Reaksi Berberio
Reaksi Florence
Pemeriksaan Spermatozoa
1 ) Tanpa pewarnaan / 2) Dengan pewarnaan
pemeriksaan langsung (pulasan Malachite green 1 %)

3) Pewarnaan Baecchi
Pemeriksaan pria tersangka
meliputi
Pemeriksaan golongan darah
Menentukan adanya sel epitel vagina pada glans penis, menggunakan larutan lugol
Pemeriksaan sekret uretra
Dalam populasi 85% golongan sekretor yang dalam cairan tubuh (cairan mani,
keringat,liur) mengandung golongan darah. Jika bersetubuh dan ejakulasi maka
golongan darah ada pada tubuh korban
Dalam kepala sel sperma terdapat DNA inti (c-DNA) dan dalam leher sel sperma ada
DNA mitochondria (mt-DNA). Ketika ejakulasi yang mengandung sel sperma,akan
meninggalkan jejak DNA pelaku. Dengan pemeriksaan DNA akan diketahui siapa dan
berapa orang pelaku.
KUHP kejahatan seksual dan
perlindungan anak
Undang-undang Pemerkosaan
Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan,
padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau
tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan
menggunakan kekerasan.
Pasal 287 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar
perkawinan, padahal diketahui atau sepatutnya harus
diduga, bahwa umumnya belum lima belas tahun, atau
kalau umurnya tidak ternyata, bahwa mampu dikawin,
diancam pidana penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 288 KUHP

1. Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita didalam perkawinan, yang


diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin,
diancam, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling
lama delapan tahun
3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas
tahun. Jika suami melakukan pemaksaan seksual terhadap istri, maka tidak
termasuk dalam hukum undang-undang perkosaan, tetapi termasuk dalam
kekerasan dalam rumah tangga seperti undang-undang sebagai berikut
Undang undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga

Pasal 5
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam
rumah tangga terhadap orang dalam lingkup
rumah tangganya, dengan cara :
a. kekerasan fisik
b. kekerasan psikis
c. kekerasan seksual
d. penelantaran rumah tangga
Undang Undang
Perlindungan Anak
Pasal 76D
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain.

Pasal 76E
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,
melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul
Pasal 81 Undang-Undang Perlindungan Anak

1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 76D dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah)
2. Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
3. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik, atau
tenaga kependidikan, maka pidanannya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Pasal 82 Undang Undang Perlindungan Anak

1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
2. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka
pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Kesimpulan

Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang universal. Komponen penting dari


pengungkapan kasus kejahatan seksual adalah visum et repertum yang dibuat
oleh dokter. Visum et repertum memuat tentang hasil pemeriksaan medis
mengenai bukti-bukti kekerasan seksual yang terdapat pada tubuh korban
berserta interpretasinya, adanya tanda-tanda persetubuhan sehingga dapat
membantu membuat terang perkara bagi aparat penegak hukum.

Anda mungkin juga menyukai