Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

TETANUS
Alyssa Aldilla
406152080
Definisi
Tetanus menurut Dorland adalah suatu penyakit infeksi akut dan
seringkali fatal yang disebabkan oleh basil clostridium tetani, yang
menghasilkan tetanospasmin neuro toksin, biasanya masuk ke dalam
tubuh melalui luka tusuk yang terkontaminasi, seperti oleh jarum
logam, pemecah kayu atau gigitan serangga. Pintu masuk lainnya bisa
berupa luka bakar, luka bedah, ulkus kutaneus dan tali pusat neonatus.
Etiologi
Kuman Clostridium tetani, kuman berbentuk batang dengan sifat :
Basil Gram-positif dengan spora pada ujungnya sehingga berbentuk
seperti pemukul genderang.
Obligat anaerob (berbentuk vegetatif apabila berada dalam lingkungan
anaerob) dan dapat bergerak dengan menggunakan flagela.
Menghasilkan eksotoksin yang kuat.
Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan
dalam suhu tinggi, kekeringan dan desinfektan.
Epidemiologi

RSCM = Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo, Jakarta; RSAB = Rumah Sakit Harapan Kita; RSF = Rumah Sakit Fatmawati;
RSHS = Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung; (*m = meninggal)
Patogenesis
Port dentree tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga
melalui :1,6
1. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang,
luka bakar yang luas.
2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridement) dengan baik.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali
pusat dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-
daunan
C. tetani menghasilkan dua
eksotoksin:
Tetanolisin menyebabkan hemolisis tetapi tidak berperan dalam
penyakit ini.
Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin yang melepaskan
pengaruhnya di keempat sistem saraf:
(1) motor end plate di otot rangka
(2) medula spinalis
(3) otak
(4) pada saraf simpatis
Manifestasi Klinik
Masa inkubasi tetanus umumnya 3-21 hari, tetapi bisa lebih pendek (1
hari atau hingga beberapa bulan).
Berhubungan dengan jarak dari tempat masuknya kuman C. tetani
(tempat luka) ke Susunan Saraf Pusat (SSP)
Semakin besar jarak antara tempat luka dengan SSP, masa inkubasi
akan semakin lama.
Semakin pendek masa inkubasi, akan semakin tinggi kemungkinan
terjadinya kematian.
Ada empat bentuk tetanus yang
dikenal secara klinis, yakni :
1. Generalized tetanus (Tetanus umum)
memiliki pola yang desendens. Tanda pertama berupa trismus/lock
jaw, diikuti dengan kekakuan pada leher, kesulitan menelan, dan
spasme pada otot abdomen.
Gambaran klinis lainnya meliputi iritabilitas, gelisah, hiperhidrosis dan
disfagia dengan hidrofobia, hipersalivasi dan spasme otot punggung.
2. Localized tetanus (Tetanus lokal)
terjadi pada ektremitas dengan luka yang terkontaminasi
Tetanus lokal dapat mendahului tetanus umum tetapi dengan derajat
yang lebih ringan.
3. Cephalic tetanus (Tetanus sefalik)
Tetanus sefalik umumnya terjadi setelah trauma kepala atau terjadi
setelah infeksi telinga tengah. Gejala terdiri dari disfungsi saraf
kranialis motorik (seringkali pada saraf fasialis).
4. Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus.
Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut mencucu
dan spasme berat.
Klasifikasi Ablett untuk Derajat
Manifestasi Klinis Tetanus
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik : Trismus , Risus sardonikus , Opistotonus , perut
seperti papan, Pada tetanus neonatorum awalnya bayi tampak sulit
untuk menghisap, Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan
pernapasan, Bila kekakuan makin berat, akan timbul spasme umum
yang mudah diprovokasi.
Pemeriksaan Penunjang :Pemeriksaan biakan pada luka, Leukosit
tinggi, EMG
DIAGNOSIS BANDING
1. Meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis.
2. Tetani disebabkan oleh hipokalsemia.
3. Keracunan striknin : minum tonikum terlalu banyak (pada anak).
4. Rabies
5. Trismus akibat proses lokal yang disebabkan oleh mastoiditis, otitis
media supuratif kronis (OMSK) dan abses peritonsilar.
Prinsip Penatalaksanaan
Penanganan spasme : Benzodiazepam memperkuat agonisme GABA
dengan menghambat inhibitor endogen pada reseptor GABA.
Pencegahan komplikasi gangguan napas : Intubasi atau trakeostomi
dengan atau tanpa ventilasi mekanik
Netralisasi toksin yang masih terdapat di dalam darah dengan
pemberian antitoksin dilakukan secepatnya
pembersihan luka di tempat masuknya kuman
pemantauan cairan, elektrolit dan keseimbangan kalori
KOMPLIKASI
PROGNOSA
tetanus menurut sistem skoring Bleck
Skor phillips Imunisasi
Masa inkubasi Nilai skor tidak ada 10
< 48 jam 5 mungkin ada / ibu mendapat 8
2 5 hari 4 > 10 tahun yang lalu 4
6 10 hari 3 < 10 tahun 2
11 14 hari 2 proteksi lengkap 0
Faktor yang memberatkan
> 14 hari 1
Lokalisasi nyeri / port penyakit / trauma yg 10
dentri internal / 5 membahayakan jiwa
umbilical 4 keadaan yg tdk lgs 8
leher, kepala, dinding 3 membahayakan jiwa 4
tubuh 2 keadaan yg tidak 2
ekstremitas proksimal 1 membahayakan jiwa 1
ekstremitas distal trauma / penyakit ringan
tidak diketahui ASA derajat status fisik
penderita

Ringan : <9
Sedang : 9 16
Berat : > 16
Pencegahan
Imunisasi aktif : Imunisasi dengan toksoid tetanus (Toksoid tetanus tersedia
dalam kemasan antigen tunggal, atau dikombinasi dengan toksoid difteri
sebagai DT atau dengan toksoid difteri dan vaksin pertusis aselular sebagai
DPT. )
Perawatan luka: Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka
tusuk, luka kotor atau luka yang diduga tercemar dengan spora tetanus.
Pemberian ATS dan HTIG profilaksis
Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif pada luka baru (< 6 jam)
dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif. Dosis ATS profilaksis
3000 IU. HTIG juga dapat diberikan sebagai profilaksis luka.

Anda mungkin juga menyukai