Anda di halaman 1dari 37

KEJANG DEMAM PADA ANAK

Oke Rina Ramayani


Definisi

Kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh


lebih dari 38,4oC
tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat
atau gangguan elektrolit akut pada anak
berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang
tanpa demam sebelumnya.
Mengapa kejang perlu
diwaspadai
Kejang merupakan keadaan yang dramatis dan
menakutkan bagi yang menyaksikannya panik.
Cenderung minimbulkan suasana kepanikan daripada
berpikir secara logik dalam upaya mengidentifikasi
penyebab dan menghentikan kejang bila masih
berlanjut.
Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara
baik. Penggunaan obat yang kurang tepat dapat
mengakibatkan kejang tidak terkontrol, depresi napas
dan rawat inap yang tidak perlu.
Kejangwaspada..

Kira kira 1% dari kunjungan ruang emergensi


disebabkan oleh kejang
Kejang dapat benign dan sembuh sendiri dan
butuh sedikit pengobatan tapi bisa pula
merupakan tanda awal penyakit medis yang
berat atau menyebabkan status epileptikus
Legend
Birth Trauma
Infection
Idiopathic Metabolic-Degenerative
Birth
Trauma
Relative Frequency

Trauma
Idiopatic
Infection
Vascular

Vascular
Metabolic

Trauma

1 10 20 30 40 50 60
Age (yrs)

Gambar 1. Frekuensi relatif penyebab kejang dari lahir hingga usia tua
KD atau Epilepsi?

Kejang demam merupakan bentuk kejang


yang sering dijumpai (2 - 5% anak).
Dalam 25 tahun terakhir ini diketahui bahwa
kejang demam sebenarnya tidaklah
menakutkan.
Kejang demam tidak berhubungan dengan
adanya kerusakan otak, sebagian kecil saja
yang berkembang menjadi epilepsi.
Faktor risiko berulang KD

(1) riwayat kejang demam dalam keluarga;


(2) usia kurang dari 18 bulan;
(3) temperatur tubuh saat kejang. Makin
rendah temperatur tubuh saat kejang. Makin
rendah temperatur saat kejang makin sering
berulang; dan
(4) lamanya demam.
Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian
hari (1) adanya gangguan perkembangan
neurologis; (2) kejang demam kompleks; (3)
riwayat epilepsi dalam keluarga; dan (4)
lamanya demam.
Pengobatan yang dianjurkan saat ini adalah
pemberian antipiretika dan diazepam oral
(0,33mg / kg / dosis tiap 8 jam) atau diazepam
rektal pada saat demam.
Pengobatan jangka panjang

pada keadaan pasien dengan kelainan


neurologis, kejang fokal, kejang demam yang
sering berulang atau tinggal jauh dari fasilitas
kesehatan.
Obat yang digunakan adalah fenobarbital
atau asam valproat, selama 1 tahun.
Mekanisme obat antiepileptik

Inhibisi Na untuk mencegah terjadinya


potensial aksi
Inhibisi gerbang voltase Ca untuk mencegah
pelepasan neurotransmitter
Potensiasi fungsi reseptor GABA
Meningkatkan availibilitas GABA
Obat yang paling efektif adalah ethoxuximide
dan asam valproat.
Penatalaksanaan saat kejang
(Pencegahan KD lama/ prolong seizure)

Diberikan segera pada saat kejang terjadi


Diberi larutan diazepam per rectal
Diazepam rektal sangat efektif, dan dapat diberikan
di rumah
Dosis 0,3-0,5mg/kg

Untuk memudahkan:

5 mg untuk BB < 10 kg
10 mg untuk BB > 10 kg
Knudsen. Arch Dis Child 1979;54:855-7
Dieckman. An Emerg Med 1994;23:216-24
Alldregde dkk. Pediatr Neurol 1995;12:213-6
Pemberian obat pada saat demam
(Pencegahan KD intermitten)

Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun
para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap
dapat diberikan
Dosis Parasetamol yang digunakan adalah 10 15
mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5
kali.
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari
Pemberian obat pada saat demam
(Pencegahan KD intermitten)

Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat


menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak
kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam
asetilsalisilat tidak dianjurkan
Pemberian obat pada saat demam
(Pencegahan KD intermitten)
Antikonvulsan
Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg
setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang
pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8
jam pada suhu >38,5oC
Pemberian obat pada saat demam
(Pencegahan KD intermitten)

Fenobarbital, karbamazepin,
dan fenitoin pada saat demam
tidak berguna untuk mencegah
kejang demam
Pemberian obat rumat
(Pencegahan KD continuous)

Indikasi:
Kejang lama > 15 menit
Adanya kelainan neurologis yang nyata
sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental, hidrosefalus
Kejang fokal
Pemberian obat rumat
(Pencegahan KD continuous)

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:


Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Kejang demam 4 kali per tahun
Pemberian obat rumat
(Pencegahan KD continuous)

Antikonvulsan
Pemberian obat Fenobarbital atau Asam Valproat setiap
hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang

Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak


berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan
efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan
terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek
Pemberian obat rumat
(Pencegahan KD continuous)
Pemakaian Fenobarbital dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-
50% kasus
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat
Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang
dari 2 tahun Asam Valproat dapat menyebabkan gangguan
fungsi hati
Dosis Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan
Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis
Pemberian obat rumat
(Pencegahan KD continuous)

Pengobatan diberikan selama 1


tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap selama
1-2 bulan
Efek samping

Fenobarbital sebanyak 30-50% :


Irritabilities
Over activities
Temper tantrum
Aggressiveness
Sleep
IQ points lowering 7 points
Valproate
Hepatotoxicity
Reaksi menyimpang terhadap testis
Valproate nampaknya lebih baik dan lebih
ditoleran dari fenobarbital
Edukasi pada orang tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang


menakutkan bagi orang tua.
Kecemasan dikurangi dengan cara:
Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya
mempunyai prognosis baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang
efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat
Beberapa hal yang harus dikerjakan
bila kembali kejang
Tetap tenang dan tidak panik
Kendorkan pakaian yang ketat
Bila tidak sadar, posisikan terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung. Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
Ukur suhu, dan catat lama dan bentuk kejang
Tetap bersama pasien selama kejang
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila
kejang telah berhenti
Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih
WASPADAI BILA:

kejang berlangsung lama,


kejang fokal,
kejang berulang,
panas tinggi lebih dari 39,5oC,
jenis kejangnya lain dari biasanya, dan
setelah kejang anak menjadi tidak sadar.
KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR
DIAGNOSIS BANDING

Hipoglikemia
Anamnesis: Ibu DM
Pemeriksaan: kejang, tremor, letargi atau tidak sadar;
bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan <
37 minggu); Bayi sangat besar (berat lahir > 4000 g)
Tetanus neonatorum
Anamnesis: Ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid,
malas minum, timbul pada hari ke 3-14, lingkungan
kurang higienis, Pengolesan bahan tidak steril pada
tali pusat
Pemeriksaan: spasme
DIAGNOSIS BANDING (lanjtn)

Curiga Meningitis
Anamnesis: hari ke 2 atau lebih
Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar Ubun-ubun
besar membonjol, Letargi
Tanda-tanda sepsis
Asfiksi/ trauma lahir
Anamnesis: riwayat resusitasi, timbul pada hari ke
1- ke 4, persalinan dengan penyulit (misal partus
lama atau gawat janin)
Kejang, tidak sadar, layuh/letargi, gangguan napas,
suhu abnormal, mengantuk/ aktivitas menurun
Iritabel atau rewel
DIAGNOSIS BANDING (lanjtn)

Perdarahan Intrakranial:
Anamnesis: timbul hari ke 1-7, bayi mendadak
memburuk/ pucat
Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar, bayi kecil (berat
lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu),
gangguan napas berat.
Ensefalopati bilirubin:
Anamnesis: -ikterus hebat hari ke 2 tidak diobati,
ensefalopati timbul hari ke 3 7.
Pemeriksaan fisis: kejang spastis, opistotonus
MANAJEMEN UMUM

Bebaskan jalan napas dan Oksigenasi


Medikamentosa untuk memotong kejang
Memasang jalur infus intra vena
Pengobatan sesuai penyebab.
Medikamentosa

Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam


waktu 5 menit
jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10
mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30
menit.
Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia
sediaan obat intravena, maka dapat diberikan
intramuskuler
Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg
berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis
dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.
Pengobatan rumatan

Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis


tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara
intravena atau per oral, sampai bebas kejang
7 hari.
Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per
oral. Dosis terbagi dua atau tiga.
Pemeriksaan penunjang

Untuk mencari penyebab kejang


Laboratorium:
Darah Rutin
Pengecatan Gram
Kadar Glukosa darah dengan dekstrostik.
Pada kecurigaan infeksi (meningitis)
Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (>h 25.000/
mm3) atau lekopenia (< 5000/mm3) dan trombositopenia (<
150.000/mm3)
Gangguan metabolik
Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl,
MANAJEMEN SPESIFIK

Meningitis, pemberian antibiotika.


Gangguan metabolik, pemberian cairan infus,
cara pemberian minum
Ensefalopati hiperbilirubin
Hipoksia, jaga patensi jalan nafas dan
oksigenisasi.
Tetanus/ spasme
Terapi Suportif

Menjaga patensi jalan napas


Oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat
serta tunjangan nutrisi adekuat
Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan
invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada
penderita tetanus,
Dietetik : pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras
diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah
kebutuhan perhari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI
yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai