DIAGNOSA KOMUNITAS
PENDAHULUAN
Kedokteran komunitas atau Kesehatan komunitas merupakan
perpaduan antara ilmu Kesehatan Masyarakat, Kedokteran Pencegahan dan
Kedokteran Sosial dengan tujuan dan ruang lingkup yang lebih luas, yaitu
dengan cara mengorganisir seluruh sumberdaya (fasilitas sarana prasarana)
yang dimilliki, untuk menjaga melindungi dan meningkatkan status kesehatan
komunitas/nasyarakat, sekaligus melibatkan komunitas/masyarakat sebagai
pengguna (obyek dan subyek)
Masyarakat
Komunitas
Kedokteran Komunitas
Kedokteran komunitas adalah cabang kedokteran yang
memusatkan perhatian kepada kesehatan anggota komunitas, dengan
menekankan diagnosis dini, memperhatikan faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta
pencegahan penyakit.
Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota
yang sakit, tetapi juga anggota komunitas yang sehat.
Epidemiologi Biostatistik
Perilaku Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
Menetapkan
Prioritas
Sistem /
Subsistem Input
Fasilitas
Upaya
Kesehatan
(Yankes)
Pembinaan
Sumber daya
Pengawasan
Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan
selalu mengutamakan keamanan, kualitas, dan bermanfaat.
23
FUNGSI PUSKESMAS
1. Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas (PKM) harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya
pembangunan yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai
faktor pertimbangan utama.
Keberhasilan program ini, bisa diukur dengan menggunakan Indek Potensi Tatanan
Sehat (IPTS). Ada 3 tatanan yang bisa diukur, yaitu:
Tatanan sekolah (SD, SMP, SMU/SMK, Madrasah)
Tatanan tempat kerja (Kantor, Pabrik, Tempat Peternakan,
Perkebunan/Pertanian, dll)
Tatanan tempat-tempat umum (Pasar, tempat ibadah, rumah makan, tempat
hiburan, dll)
24
2. Pemberdaya masyarakat dan keluarga
PKM harus mampu memberdayakan masyarakat, guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan guna mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkannya
25
3. Memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primer)
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan oleh sebagian besar masyarakat, serta
mempunyai nilai stategis guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PKM bersifat holistik, komprehensif,
terpadu dan berkesinambungan.
26
b. Upaya pelayanan kesehatan pengembangan yaitu:
Batasan :
Pelayanan kesehatan rujukan adalah suatu sistem kegiatan pelimpahan
tanggungjawab tibal balik kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih berkemampuan), atau
secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Sesuai dengan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh PKM, maka ada dua macam
rujukan yang dikenal, yakni :
1. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan (medik)
2. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
35
Bentuk Pelayanan Rujukan
Penderita
Bahan Pemeriksaan
Masalah
Kesehatan
Teknologi
Operasional
36
Langkah-langkah Rujukan
1. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan
dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dan atau posyandu
2. Mengadakan pusat rujukan dengan mengadakan ruang tambahan bagi
pasien yang gawat darurat
3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan
4. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai, baik
rujukan medik ataupun rujukan kesehatan
5. Meningkatkan upaya dana sehat untuk menunjang pelayanan rujukan
37
Jenjang Pelayanan Kesehatan di Indonesia
1. Tingkat Rumah Tangga Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga
sendiri
2. Tingkat Masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka
sendiri, misalnya ; Posyandu, Polides, Pos Obat Desa,
Sakabhakti, dll
3. Fasilitas Pelayanan Tingkat Kegiatan yang dilakukan oleh PKM dan unit fungsional
Pertama (Primer) dibawahnya, praktek swasta, dll
4. Fasilitas Pelayanan Tingkat Pelayanan rujukan spesialis, misalnya : Balai Pengobatan
Kedua (Sekunder) Penyakit Paru-Paru, Balai Kesehatan Mata, Senta
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional,
Rumah Sakit Kab/Kota, Dinas Kesehatan Kab/Kota, dll
5. Fasiliatas Pelayanan Pelayanan rujukan subspesialis lanjutan, misalnya yang
Tingkat Tiga (Tersier) dilakukan oleh Rumah Sakit Propinsi/Pusat/ Pendidikan,
Dinas Kesehatan Propinsi atau Departemen Kesehatan.
38
Propinsi Rumah Sakit Kelas A
Posyandu Posyandu
Komunitas/Masyarakat
39
Jalur Rujukan
Rujukan Pelayanan Medik
Antara Masyarakat dan PKM
Antara Pustu/Bidan di desa dengan PKM
Intern petugas PKM / PKM Rawat Inap
Antar PKM atau PKM dengan Rumah Sakit, atau fasilitas pelayanan lainnya
40
Indikator Program Kesehatan Dasar Puskesmas
41
Beberapa masalah yang sering dikeluhkan oleh
masyarakat sebagai konsumen
42
43
Upaya Kesehatan Sekunder
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan
rujukan lanjutan, yang terdiri dari pelayanan kesehatan
perorangan sekunder dan pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder.
51
3. Diversifikasi tenaga yang luas
Di rumah sakit terdapat diversifikasi dan asosiasi pekerjaan yang sangat menonjol,
yang dilakukan oleh berbagai kategori tenaga dengan latar belakang pendidikan
yang berbeda. Namun dari sekian banyak kategori tenaga tersebut, mereka saling
tergantung dan berhubungan erat dalam melakukan pelayanan.
4. Suasana ketidak pastian
Penderita dan keluarganya, pada umumnya disertai dengan perasaan khawatir
akan keadaan kesehatan dan kelangsungan hidupnya. Demikian juga halnya pada
seluruh tenaga yang bekerja di rumah sakit, memiliki perasaan ketidak pastian
terhadap kesembuhan penderita yang menjadi tanggung-jawabnya
52
Rawat Jalan
Pelayanan Dasar Rawat Darurat
Rawat Inap
Tata Usaha
Rekam Medik
Bagian Administrasi Kerumah Tanggaan
Kepegawaian
Keuangan & Akuntansi
Teknik &
Pelayanan Pemeliharaan
Rumah Sakit Kamar Operasi
Laboratorium
Radiologi
Pelayanan Penunjang
Farmasi
Instalasi Gizi
Rehabilitasi Medik
Kamar Jenazah
Loundry
Servis Cleaning Servis
Pengelolaan Limbah
Keamanan
53
Indikator Kegiatan Rumah Sakit
(Tingkat Pemanfaatan RS / Hospital Utilization)
Indikator kegiatan rumah sakit dapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Kegiatan administratif dan manajerial
(ketata-usahaan, kepegawaian, kerumah-tanggan, keuangan, akuntansi, dan
lain-lain)
2. Kegiatan pelayanan medis dan keperawatan
3. Kegiatan pelayanan penunjang
(Farmasi, Gizi, Loundry, dan lain-lain)
54
Indikator Administratif dan Manajerial
55
Indikator Pelayanan Medis dan Keperawatan
Angka Kematian Pasca Bedah
Yaitu rasio antara jumlah pasien pasca bedah yang meninggal dalam waktu 10 hari
setelah operasi dan jumlah pasien yang dioperasi, dalam suatu periode.
Angka Kematian Pasca Bedah : 12 %
56
Angka Kematian Bayi (Infant Death Rate = IDR)
Yaitu rasio antara jumlah bayi yang meninggal (berumur 1 tahun) dan jumlah pasien
yang keluar (hidup/meninggal, dalam suatu periode.
Angka Kematian Persalinan : 1520
Angka Konsultasi
Yaitu rasio antara jumlah pasien yang keluar (hidup/meninggal) yang dikonsultasikan
dan jumlah pasien yang keluar (hidup/meninggal), dalam suatu periode.
Angka Konsultasi : 1520 %
57
Angka Infeksi Luka Operasi
Yaitu rasio antara jumlah kasus luka operasi bersih yang mendapat infeksi di rumah
sakit dan jumlah pasien yang keluar pasca operasi, dalam suatu periode.
Angka Infeksi Luka Operasi : 12 %
58
Bed Ocupancy Rate (BOR)
Yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter dari BOR ini idealnya antara 60-85%
BOR sebesar < 60%, rumah sakit mengalami kerugian
BOR sebesar = 60%, rumah sakit mengalami break event point
BOR sebsaer > 70%, rumah sakit akan mendapatkan profit
59
Turn Over Interval (TOI)
Yaitu rata-rata hari, tempat tidur yang tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi
berikutnya.
Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.
60
Bed Turn Over (BTO)
Yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu
(biasanya 1 tahun) tempat tidur rumah sakit dipakai.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur.
Idealnya, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali per tahun.
61
Length of Stay (LOS)
Yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut).
Secara umum LOS yang ideal antara 6-9 hari.
62
Net Death Rate
Yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat per 1000 penderita keluar.
Indikator ini dapat memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000
penderita keluar.
63
Rata-rata Kunjungan Poliklinik per hari
Indikator ini dipakai untuk menilai tingkat pemanfaatan poliklinik di rumah sakit.
Angka rata-rata ini apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayahnya
akan memberikan gambaran cakupan pelayanan dari suatu rumah sakit.
64
Indikator Pelayanan Penunjang
Kegiatan Instalasi Kamar Operasi (Pembedahan)
Jumlah bedah akut dibandingkan dengan total pembedahan
Toxic
Medik
Limbah Non Toxic
Rumah Sakit
Non Medik
66