Anda di halaman 1dari 66

KEDOKTERAN KOMUNITAS

DIAGNOSA KOMUNITAS
PENDAHULUAN
Kedokteran komunitas atau Kesehatan komunitas merupakan
perpaduan antara ilmu Kesehatan Masyarakat, Kedokteran Pencegahan dan
Kedokteran Sosial dengan tujuan dan ruang lingkup yang lebih luas, yaitu
dengan cara mengorganisir seluruh sumberdaya (fasilitas sarana prasarana)
yang dimilliki, untuk menjaga melindungi dan meningkatkan status kesehatan
komunitas/nasyarakat, sekaligus melibatkan komunitas/masyarakat sebagai
pengguna (obyek dan subyek)

Secara keseluruhan kedokteran komunitas merupakan satu kesatuan


yang selaras dan seimbang antara kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada komunitas / masyarakat,
berbeda dengan cara yang lazim dilakukan oleh para dokter di Rumah Sakit
atau Praktek Dokter Swasta
Beda Komunitas dan Masyarakat
Komunitas (community) merupakan bagian dari masyarakat
(society) yang memiliki persamaan karakteristik tertentu dan biasanya
bertempat tinggal di suatu area geografis tertentu.
Misalnya sivitas akademika yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan karyawan
administrasi, diarea kampus tententu umumnya disebut sebagai komunitas
akademik

Masyarakat adalah kelompok orang yang terhubungkan satu


dengan lainnya melalui relasi terus-menerus seperti status sosial, peran, dan
jejaring sosial, pada area geografis yang lebih luas.

Masyarakat

Komunitas
Kedokteran Komunitas
Kedokteran komunitas adalah cabang kedokteran yang
memusatkan perhatian kepada kesehatan anggota komunitas, dengan
menekankan diagnosis dini, memperhatikan faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta
pencegahan penyakit.
Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota
yang sakit, tetapi juga anggota komunitas yang sehat.

Tujuan utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit


dan meningkatkan kesehatan anggota komunitas. Karena menekankan upaya
pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut
juga kedokteran pencegahan.
Kausa masalah kesehatan pada pasien maupun komunitas,
kedokteran komunitas mengakui kausa penyakit yang terletak pada level
populasi dan lingkungan. Artinya, kedokteran komunitas tidak hanya
memperhatikan faktor-faktor penyebab yang terletak pada level individu,
tetapi juga determinan lainnya pada level keluarga, komunitas dan
lingkungan di mana pasien tersebut tinggal dan bekerja.

Sebagai contoh, keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan tidak hanya


oleh efikasi klinis dari pelayanan kesehatan itu sendiri tetapi juga oleh nilai-nilai
sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan pasien untuk
menggunakan atau tidak menggunakan pelayanan kesehatan tersebut
Cara Pendekatan dalam Ilmu Kedokteran Komunitas
Dalam kedokteran komunitas diperlukan tambahan disiplin ilmu
(epidemiologi, biostatistik, administrasi dan manajemen kesehatan , riset
operasional serta sosiologi ilmu kedokteran), selain ilmu pengetahuan tentang
medik dan kesehatan

Dengan demikian terdapat metode/prosedur tertentu untuk


mendiagnosis penyakit/kesehatan yang terjadi di komunitas (kelompok
masyarakat), pada waktu dan tempat (daerah) tertentu, serta penularan nya
yang dapat bersifat endemik, epidemik, sporadik, dan pandemik

Untuk menentukan Apakah komunitas/masyarakat memiliki


masalah kesehatan atau tidak, dapat dilakukan dengan menggunakan
metode/prosedur yang disebut Diagnosa Komunitas
Memadukan berbagai ilmu,
guna memudahkan diagnosa komunitas.

Epidemiologi Biostatistik

Perilaku Kesehatan
Kesehatan Lingkungan

Administrasi dan Gizi


Manajemen
Kesehatan
Komunikasi
Bennet (1987), diagnosa komunitas terdiri dari 13
komponen, yaitu sebagaimana berikut:
1. Demografi, termasuk semua angka vital
2. Sebab sakit dan kematian berdasarkan umur dan jenis kelamin
3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA)
4. Pola gizi, pemberian makanan serta penyapihan anak dan pertumbuhan
anak
5. Keadaan komunitas, kebudayaan, dan stratifikasi sosial ekonomi
6. Pola-pola kepemimpinan dan komunikasi dalam komunitas
7. Kesehatan mental dan penilaian sebab-sebab umum terjadinya stress
8. Lingkungan, khususnya penyediaan air bersih, pemukiman, dan vektor-
vektor penyakit
9. Pengetahuan, sikap, dan tindakan penduduk berkenaan dengan
kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengna kesehatan,
10. Epidemiologi, terinci dari setiap kondisi endemik,
11. Pelayanan dan sumber-sumber yang tersedia bagi perkembangan
khususnya perkembangan non-medis seperti pertanian, peternakan, dan
pelayanan sosial.
12. Derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kesehatannya sendiri
termasuk penggunaan dukun dan pengobatan tradisional,
13. Sebab-sebab kegagalan program kesehatan pada masa lalau dan
kesulitan yang mungkin dihadapi.
Perbedaan Diagnosa Klinik dan Diagnosa Komunitas
DIAGNOSA
NO SPESIFIKASI DIAGNOSA KOMUNITAS
KLINIK
1. Populasi Individu Komunitas/Masyarakat
2. Tempat Puskesmas Desa/Kecamatan
Rumah Sakit Kabupaten/Kota
Paktek Dokter
3. Alat Alat-alat Kedokteran Biostatistik
Diagnosa Fisik Epidemiologi
4. Cara Diagnosa Anamnesa Survei
Lab/Penunjang lain Distribusi dan frekuensi
penyakit (who, when,
where)
5. Intervensi / Terapi Medikamentosa Promosi Kesehatan
Radioterapi Kesehatan Lingkungan
Perawatan (jalan/inap) Keluarga Berencana
Gizi
P2M dan lain-lain
Manfaat Diagnosa Komunitas
Diagnosa komunitas memberikan dasar untuk pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan :

1. perlu tidaknya intervensi,


2. macam intervensi
3. menentukan kelompok sasaran
4. sumber daya yang dimiliki

Menyusun rencana dan atau program


Menetapkan prioritas

Azas Manfaat, Efisiensi dan Efektif


sesuai harapan komunitas
Tahapan Pelaksanaan Diagnosa Komunitas

Pengumpulan Analisis Menyusun Rencana


Data Data Hipotesa Strategi

Menetapkan
Prioritas

Menyusun Evaluasi Monitoring Pelaksanaan


Laporan Kegiatan Kegiatan Intervensi
13
Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan


pembangunan kesehatan melalui ; 1) pengelolaan upaya kesehatan, 2) penelitian dan
pengembangan kesehatan, 3) pembiayaan kesehatan, 4) sumber daya manusia kesehatan,
5) sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 6) manajemen, informasi dan regulasi
kesehatan serta 7) pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

(Lampiran Peraturan Presiden RI No 12 Tahun 2012)


Subsistem Upaya Kesehatan
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi
bangsa Indonesia sebagai ketahanan nasional.

Upaya kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI dan


POLRI), pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta
melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan
pemulihan kesehatan, di fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya.
Pengertian Subsistem upaya kesehatan
Subsistem upaya kesehatan adalah pengelolaan upaya kesehatan
yang terpadu, berkesinambungan, paripurna, dan berkualitas, meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, yang diselenggarakan
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.

Sistem /
Subsistem Input

Subsistem Upaya Kesehatan


Input : Dokter, perawat, obat-obatan,.
Process : kegiatan pelayanan puskesmas, Out
Process
come
Output : Pasien sembuh/tidak sembuh,
Out come : meningkatnya status kesmasy
Umpan balik : keluhan-keluhan pasien
terhadaf pelayanan, Output
Unsur SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN
Unsur-unsur subsistem upaya kesehatan terdiri dari:
a. Upaya kesehatan;
b. Fasilitas pelayanan kesehatan;
c. Sumber daya upaya kesehatan; dan
d. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan.

Fasilitas

Upaya
Kesehatan
(Yankes)

Pembinaan
Sumber daya
Pengawasan
Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan
selalu mengutamakan keamanan, kualitas, dan bermanfaat.

Pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer dilaksanakan


secara sinergi dan integrasi dengan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer diarahkan untuk mengembangkan lingkup
keilmuan (body of knowledge) supaya sejajar dengan pelayanan kesehatan.

Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai daya


ungkit tinggi dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya
penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat
miskin.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan
oleh Pemerintah (termasuk TNI/POLRI), pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota,
dan/atau masyarakat yang sifatnya sesuai dengan kondisi geografis dan kebutuhan
masyarakat.

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan alat dan/atau tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik peningkatan,
pencegahan, pengobatan, maupun pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat, termasuk swasta.

Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut meliputi pelayanan kesehatan tingkat


pertama/primer, tingkat kedua/ sekunder dan tingkat ketiga/tersier. Ketentuan
persyaratan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut ditetapkan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sumber Daya Upaya Kesehatan
Sumber daya upaya kesehatan terdiri dari sumber daya manusia kesehatan,
fasilitas kesehatan, pembiayaan, sarana dan prasarana, termasuk, sediaan farmasi dan
alat kesehatan, serta manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan yang memadai
guna terselenggaranya upaya kesehatan.

Fasilitas kesehatan menyelenggarakan keseluruhan upaya kesehatan yang


terdiri dari penyelenggaraan upaya kesehatan tidak langsung yang mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan langsung.
Pembinaan dan pengawasan Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan harus diberikan berdasarkan standar pelayanan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan masukan dari
Pemerintah Daerah, organisasi profesi, dan/atau masyarakat.

Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan dilakukan secara


berjenjang melalui standarisasi, sertifikasi, lisensi, akreditasi, dan penegakan
hukum yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan organisasi profesi
dan masyarakat.
22
DEFINISI PUSKESMAS
DEPARTEMEN KESEHATAN RI (1981)
Pusat Kesehatan Masyrakat (Puskesmas) adalah : suatu kesatuan organisasi
Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terintegrasi di masyaakat disuatu wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok

Dr. AZRUL AZWAR, MPH (1990)


Pusat Kesehatan Masyarakat : adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam
suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk-bentuk usaha kesehatan pokok

23
FUNGSI PUSKESMAS
1. Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas (PKM) harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya
pembangunan yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai
faktor pertimbangan utama.

Keberhasilan program ini, bisa diukur dengan menggunakan Indek Potensi Tatanan
Sehat (IPTS). Ada 3 tatanan yang bisa diukur, yaitu:
Tatanan sekolah (SD, SMP, SMU/SMK, Madrasah)
Tatanan tempat kerja (Kantor, Pabrik, Tempat Peternakan,
Perkebunan/Pertanian, dll)
Tatanan tempat-tempat umum (Pasar, tempat ibadah, rumah makan, tempat
hiburan, dll)

24
2. Pemberdaya masyarakat dan keluarga
PKM harus mampu memberdayakan masyarakat, guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan guna mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkannya

Keberhasilan program ini, bisa diukur dengan menggunakan beberapa indikator,


yaitu:
Tumbuh kembang UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
Tumbuh dan berkembangnya LSM yang bergerak dibidang Kesehatan
Tumbuh dan berkembangnya BPKM (Badan Perduli Kesehatan Masyarakat)
atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

25
3. Memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primer)
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan oleh sebagian besar masyarakat, serta
mempunyai nilai stategis guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PKM bersifat holistik, komprehensif,
terpadu dan berkesinambungan.

a. Upaya pelayanan kesehatan wajib, yang harus dilaksanakan di PKM


yaitu:
Upaya Promosi Kesehatan (Promkes)
Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, dan KB
Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Upaya Pengobatan

26
b. Upaya pelayanan kesehatan pengembangan yaitu:

Upaya pelayanan pengembangan, adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan


permasalahan yang ditemukan di masyarakat dan kemampuan PKM. Upaya
pengembangan dapat dipilih dari beberapa upaya tersebut dibawah ini yaitu:

Upaya Kesehatan Sekolah


Upaya Kesehatan Olah Raga
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya Kesehatan Kerja
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Kesehatan Mata
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis, laboratorium kesehatan masyarakat, kefarmasian
dan upaya penacatatan pelaporan tidak termasuk pilihan. Keempat upaya
tersebut perupakan pelayanan penunjang.
27
Upaya Kesehatan Primer
Upaya Kesehatan Primer terdiri dari pelayanan
kesehatan perorangan primer dan pelayanan
kesehatan masyarakat primer.

Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)


Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah pelayanan kesehatan
dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan
kesehatan.

Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan penekanan pada


pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan dan
pencegahan, termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat
(healthy life style).
Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan oleh tenaga
kesehatan yang dibutuhkan dan mempunyai kompetensi seperti yang ditetapkan sesuai
ketentuan berlaku serta dapat dilaksanakan di rumah, tempat kerja, maupun fasilitas
pelayanan kesehatan perorangan primer baik Puskesmas dan jejaringnya, serta fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya milik pemerintah, masyarakat, maupun swasta.
Dilaksanakan dengan dukungan pelayanan kesehatan perorangan sekunder dalam
sistem rujukan yang timbal balik.
Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan berdasarkan
kebijakan pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan
memperhatikan masukan dari Pemerintah Daerah, organisasi profesi, dan/atau
masyarakat.
Pelayanan kesehatan perorangan primer dapat diselenggarakan sebagai
pelayanan yang bergerak (ambulatory) atau menetap, dapat dikaitkan dengan
tempat kerja, seperti klinik perusahaan; atau dapat disesuaikan dengan
lingkungan/kondisi tertentu (kesehatan matra, seperti: kesehatan haji, kesehatan pada
penanggulangan bencana, kesehatan transmigrasi, kesehatan di bumi perkemahan,
kesehatan dalam penanggulangan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat,
kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat, kesehatan kelautan dan bawah
air, kesehatan kedirgantaraan/ penerbangan, dan kesehatan dalam situasi khusus
dan/atau serba berubah).
Pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan perorangan primer di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai kebutuhan,
terutama bagi masyarakat miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar
dan terdepan, serta yang tidak diminati swasta.

Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan primer untuk penduduk


miskin dibiayai oleh Pemerintah, sedangkan golongan ekonomi lainnya dibiayai dalam
sistem pembiayaan yang diatur oleh Pemerintah.

Dalam pelayanan kesehatan perorangan termasuk pula pelayanan kesehatan


berbasis masyarakat dalam bentuk seperti Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan
pengobatan tradisional, alternatif dan komplementer yang secara ilmiah telah terbukti
terjamin keamanan dan khasiatnya.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP)

Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan peningkatan dan


pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer menjadi tanggung


jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang pelaksanaan operasionalnya dapat
didelegasikan kepada Puskesmas, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan primer
lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau
masyarakat.
Masyarakat termasuk swasta dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat primer sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
bekerja sama dengan Pemerintah/ Pemerintah Daerah.

Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer ditanggung oleh


Pemerintah/Pemerintah Daerah bersama masyarakat, termasuk swasta.
Pemerintah/Pemerintah Daerah wajib melaksanakan dan membiayai pelayanan
kesehatan masyarakat primer yang berhubungan dengan prioritas pembangunan
kesehatan melalui kegiatan perbaikan lingkungan, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan kematian serta paliatif.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer didukung kegiatan


lainnya, seperti surveilans, pencatatan, dan pelaporan yang diselenggarakan oleh
institusi kesehatan yang berwenang.
Pemerintah/Pemerintah Daerah dapat membentuk fasilitas pelayanan
kesehatan yang secara khusus ditugaskan untuk melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat sesuai keperluan. Pembentukan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer mendukung


upaya kesehatan berbasis masyarakat dan didukung oleh pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder.
Pelayanan Kesehatan Rujukan

Batasan :
Pelayanan kesehatan rujukan adalah suatu sistem kegiatan pelimpahan
tanggungjawab tibal balik kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih berkemampuan), atau
secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Sesuai dengan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh PKM, maka ada dua macam
rujukan yang dikenal, yakni :
1. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan (medik)
2. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

35
Bentuk Pelayanan Rujukan

Penderita

1. Rujukan Medik Pengetahuan

Bahan Pemeriksaan

Masalah
Kesehatan

Teknologi

2. Rujukan Kesehatan Sarana

Operasional

36
Langkah-langkah Rujukan
1. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan
dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dan atau posyandu
2. Mengadakan pusat rujukan dengan mengadakan ruang tambahan bagi
pasien yang gawat darurat
3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan
4. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai, baik
rujukan medik ataupun rujukan kesehatan
5. Meningkatkan upaya dana sehat untuk menunjang pelayanan rujukan

37
Jenjang Pelayanan Kesehatan di Indonesia
1. Tingkat Rumah Tangga Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga
sendiri
2. Tingkat Masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka
sendiri, misalnya ; Posyandu, Polides, Pos Obat Desa,
Sakabhakti, dll
3. Fasilitas Pelayanan Tingkat Kegiatan yang dilakukan oleh PKM dan unit fungsional
Pertama (Primer) dibawahnya, praktek swasta, dll
4. Fasilitas Pelayanan Tingkat Pelayanan rujukan spesialis, misalnya : Balai Pengobatan
Kedua (Sekunder) Penyakit Paru-Paru, Balai Kesehatan Mata, Senta
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional,
Rumah Sakit Kab/Kota, Dinas Kesehatan Kab/Kota, dll
5. Fasiliatas Pelayanan Pelayanan rujukan subspesialis lanjutan, misalnya yang
Tingkat Tiga (Tersier) dilakukan oleh Rumah Sakit Propinsi/Pusat/ Pendidikan,
Dinas Kesehatan Propinsi atau Departemen Kesehatan.

38
Propinsi Rumah Sakit Kelas A

Propinsi Rumah Sakit Kelas B

Kabupaten Rumah Sakit Kelas C


Dokter
Kecamatan PUSKESMAS Praktek
Swasta
Kelurahan/Desa Puskesmas Pembantu

Posyandu Posyandu
Komunitas/Masyarakat

39
Jalur Rujukan
Rujukan Pelayanan Medik
Antara Masyarakat dan PKM
Antara Pustu/Bidan di desa dengan PKM
Intern petugas PKM / PKM Rawat Inap
Antar PKM atau PKM dengan Rumah Sakit, atau fasilitas pelayanan lainnya

Rujukan Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Dari PKM ke Dinas Kesehatan Kab/Kota
Dari PKM ke Instansi lain yang lebih kompeten baik intra sektoral maupun
lintas sektoral
Bila rujukan di tingkat Kab/Kota masih belum mampu menggulangi, bisa
diteruskan ke Propinsi / Pusat

40
Indikator Program Kesehatan Dasar Puskesmas

Program Pokok Kegiatan Indikator


Promosi Kesehatan Promosi hidup bersih dan sehat Perbaikan perilaku hidup sehat
Kesehatan Lingkungan Bimbingan teknik penyehatan Perbaikan lingkungan
lingkungan
Kesehatan ibu dan anak, dan Ante natal care (ANC) K4 (Pemeriksaan Kehamilan yang
KB ke 4), Persalinan oleh tenaga kes
Manajemen Terpadu Balita Sakit Cakupan MTBS,
Imunisasi, Cakupan Imunisasi
KB Cakupan KB
Pemerantasan Penyakit Diare, ISPA, Malaria Cakupan Penemuan Kasus
Menular TB Kesembuhan
Pengobatan Medik dasar Cakupan Pelayanan
UGD Jumlah Kasus
Lab Sederhana Jumlah pemeriksaan
Gizi Distribusi vit A/Fe/Capsul Yodium Cakupan vit A/Fe/ Capsul Yodium
Pemantauan Status Gizi % Gizi Kurang/Buruk
Promosi Gizi % Keluarga sadar Gizi

41
Beberapa masalah yang sering dikeluhkan oleh
masyarakat sebagai konsumen

1. Petugas tidak ramah (marah-marah), tidak serius dlam memberikan


pelayanan
2. Pelayanan administrasi berbelit, antri dan waktunya lama
3. Ketersediaan obat terbatas (terkesan seadanya / ala kadarnya)
4. Fasilitas (alat pelayanan kesehatan), terbatas (minimal)
5. Dokter sering tidak ada di tempat (tidak ada)
6. Gedung tampak kumuh, kotor, dan tidak terpelihara

42
43
Upaya Kesehatan Sekunder
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan
rujukan lanjutan, yang terdiri dari pelayanan kesehatan
perorangan sekunder dan pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder.

Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)


Pelayanan kesehatan perorangan sekunder adalah pelayanan kesehatan
spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan primer, yang
meliputi rujukan kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan oleh dokter spesialis
atau dokter yang sudah mendapatkan pendidikan khusus dan mempunyai izin praktik
serta didukung tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan.
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan di tempat kerja
maupun fasilitas pelayanan kesehatan perorangan sekunder baik rumah sakit setara
kelas C dan B serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah, masyarakat, maupun swasta.

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder harus memberikan pelayanan


kesehatan yang aman, sesuai, efektif, efisien dan berbasis bukti (evidence based
medicine) serta didukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder yang bersifat tradisional, alternatif
dan komplementer dilaksanakan berafiliasi dengan atau di rumah sakit pendidikan.

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dapat dijadikan sebagai wahana


pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan
pelatihan.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS)
Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima rujukan kesehatan dari
pelayanan kesehatan masyarakat primer dan memberikan fasilitasi dalam bentuk
sarana, teknologi, dan sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan
kesehatan masyarakat tersier.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menjadi


tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi sebagai fungsi
teknisnya, yakni melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak sanggup
atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan kesehatan masyarakat primer.
Dalam penanggulangan penyakit menular yang tidak terbatas pada suatu
batas wilayah administrasi pemerintahan (lintas kabupaten/ kota), maka tingkat yang
lebih tinggi (provinsi) yang harus menanganinya.

Fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara pelayanan kesehatan


masyarakat sekunder dibangun sesuai dengan standar. Bagi fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat milik swasta harus mempunyai izin sesuai peraturan yang
berlaku serta dapat bekerja sama dengan unit kerja Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, seperti laboratorium kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL),
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan lain-lain.
Upaya Kesehatan Tersier
Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan
rujukan unggulan yang terdiri dari pelayanan
kesehatan perorangan tersier dan pelayanan
kesehatan masyarakat tersier

Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT)


Pelayanan kesehatan perorangan tersier (rumah sakit setara kelas A dan B
dengan beberapa subspesialistik) menerima rujukan subspesialistik dari pelayanan
kesehatan di bawahnya, dan dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang merujuk.

Pelaksana pelayanan kesehatan perorangan tersier adalah dokter subspesialis


atau dokter spesialis yang telah mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan dan
mempunyai izin praktik dan didukung oleh tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan.
Pelayanan kesehatan perorangan tersier dilaksanakan di rumah sakit umum,
rumah sakit khusus setara kelas A dan B, baik milik Pemerintah, Pemerintah Daerah
maupun swasta yang mampu memberikan pelayanan kesehatan subspesialistik dan
juga termasuk klinik khusus, seperti pusat radioterapi.
Pemerintah mengembangkan berbagai pusat pelayanan unggulan nasional
yang berstandar internasional untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dan
menghadapi persaingan global dan regional.

Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tersier dapat didirikan melalui


modal patungan dengan pihak asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pelayanan kesehatan perorangan tersier wajib melaksanakan penelitian dan
pengembangan dasar maupun terapan dan dapat dijadikan sebagai pusat pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT)
Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima rujukan kesehatan dari
pelayanan kesehatan masyarakat sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk
sarana, teknologi, sumber daya manusia kesehatan, dan rujukan operasional, serta
melakukan penelitian dan pengembangan bidang kesehatan masyarakat dan
penapisan teknologi dan produk teknologi yang terkait.

Pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tersier adalah Dinas Kesehatan


Provinsi, unit kerja terkait di tingkat provinsi, Kementerian Kesehatan, dan unit kerja
terkait di tingkat nasional.
Ciri-ciri khusus pengorganisasian rumah sakit :
1. Pelayanan bersifat individual
Pelayanan yang diberikan kepada penderita tidak mungkin distandarkan,
meskipun jenis penyakitnya sama.
Pelayanan diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan keputusan dokter yang
diberi tanggung jawab.
2. Otonomi tenaga medis
Setiap dokter mempunyai wewenang dan otonomi sesuai dengan bidang dan
keahliannya masing-masing dalam memberikan pelayanan.

51
3. Diversifikasi tenaga yang luas
Di rumah sakit terdapat diversifikasi dan asosiasi pekerjaan yang sangat menonjol,
yang dilakukan oleh berbagai kategori tenaga dengan latar belakang pendidikan
yang berbeda. Namun dari sekian banyak kategori tenaga tersebut, mereka saling
tergantung dan berhubungan erat dalam melakukan pelayanan.
4. Suasana ketidak pastian
Penderita dan keluarganya, pada umumnya disertai dengan perasaan khawatir
akan keadaan kesehatan dan kelangsungan hidupnya. Demikian juga halnya pada
seluruh tenaga yang bekerja di rumah sakit, memiliki perasaan ketidak pastian
terhadap kesembuhan penderita yang menjadi tanggung-jawabnya

52
Rawat Jalan
Pelayanan Dasar Rawat Darurat
Rawat Inap

Tata Usaha
Rekam Medik
Bagian Administrasi Kerumah Tanggaan
Kepegawaian
Keuangan & Akuntansi
Teknik &
Pelayanan Pemeliharaan
Rumah Sakit Kamar Operasi
Laboratorium
Radiologi
Pelayanan Penunjang
Farmasi
Instalasi Gizi
Rehabilitasi Medik

Kamar Jenazah
Loundry
Servis Cleaning Servis
Pengelolaan Limbah
Keamanan
53
Indikator Kegiatan Rumah Sakit
(Tingkat Pemanfaatan RS / Hospital Utilization)
Indikator kegiatan rumah sakit dapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Kegiatan administratif dan manajerial
(ketata-usahaan, kepegawaian, kerumah-tanggan, keuangan, akuntansi, dan
lain-lain)
2. Kegiatan pelayanan medis dan keperawatan
3. Kegiatan pelayanan penunjang
(Farmasi, Gizi, Loundry, dan lain-lain)

Guna memudahkan penilaian kinerja rumah sakit, maka diperlukan adanya


parameter/indikator/standar, yang dapat digunakan sebagai pembanding.

54
Indikator Administratif dan Manajerial

1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku


2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
3. Rencana Strategi dan Rencana Operasional
4. Laporan Tahunan (profil rumah sakit tahun sebelumnya)
5. dan lain-lain sistem manajerial (misalnya manajemen SDM, keuangan dan
akuntansi, informasi)

55
Indikator Pelayanan Medis dan Keperawatan
Angka Kematian Pasca Bedah
Yaitu rasio antara jumlah pasien pasca bedah yang meninggal dalam waktu 10 hari
setelah operasi dan jumlah pasien yang dioperasi, dalam suatu periode.
Angka Kematian Pasca Bedah : 12 %

Angka Kematian Anestesi


Yaitu rasio antara jumlah pasien yang meninggal akibat anestesi dan jumlah pasien
yang dioperasi, dalam suatu periode.
Angka Kematian Anestesi : < 1 per 5000 operasi

Angka Kematian Persalinan


Yaitu rasio antara jumlah pasien obsetri yang meninggal dan jumlah pasien obsertri
yang keluar (hidup/meninggal, dalam suatu periode.
Angka Kematian Persalinan : 12

56
Angka Kematian Bayi (Infant Death Rate = IDR)
Yaitu rasio antara jumlah bayi yang meninggal (berumur 1 tahun) dan jumlah pasien
yang keluar (hidup/meninggal, dalam suatu periode.
Angka Kematian Persalinan : 1520

Angka Kematian Neonatus (Neonatal Death Rate = NDR)


Yaitu rasio antara jumlah neonatus (berumur 28 hari) yang meninggal dan jumlah
pasien yang keluar (hidup/meninggal, dalam suatu periode.

Angka Konsultasi
Yaitu rasio antara jumlah pasien yang keluar (hidup/meninggal) yang dikonsultasikan
dan jumlah pasien yang keluar (hidup/meninggal), dalam suatu periode.
Angka Konsultasi : 1520 %

57
Angka Infeksi Luka Operasi
Yaitu rasio antara jumlah kasus luka operasi bersih yang mendapat infeksi di rumah
sakit dan jumlah pasien yang keluar pasca operasi, dalam suatu periode.
Angka Infeksi Luka Operasi : 12 %

Angka Bedah Kaisar


Yaitu rasio antara jumlah bedah kaisar dan jumlah persalinan, dalam suatu periode.
Angka Bedah Kaisar : 35 %

58
Bed Ocupancy Rate (BOR)
Yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter dari BOR ini idealnya antara 60-85%
BOR sebesar < 60%, rumah sakit mengalami kerugian
BOR sebesar = 60%, rumah sakit mengalami break event point
BOR sebsaer > 70%, rumah sakit akan mendapatkan profit

Jumlah hari rawat dalam suatu periode X 100


Bor =
Jumlah hari rawat maksimal dalam periode yang sama

59
Turn Over Interval (TOI)
Yaitu rata-rata hari, tempat tidur yang tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi
berikutnya.
Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.

TOI = {A (H/365)} X 365/D

A = Jumlah tempat tidur


H = Jumlah hari rawat selama setahun
D = jumlah pasien yang keluar (hidup/meninggal) selama setahun

60
Bed Turn Over (BTO)
Yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu
(biasanya 1 tahun) tempat tidur rumah sakit dipakai.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur.
Idealnya, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali per tahun.

Jumlah pasien keluar (hidup/meninggal) selama setahun


BTO =
Jumlah tempat tidur

61
Length of Stay (LOS)
Yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut).
Secara umum LOS yang ideal antara 6-9 hari.

Jumlah hari rawat pasien keluar (hidup/meninggal) dalam suatu periode


LOS =
Jumlah pasien keluar (hidup/meninggal) dalam periode yang sama

62
Net Death Rate
Yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat per 1000 penderita keluar.
Indikator ini dapat memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000
penderita keluar.

Gross Death Rate


Yaitu angka kematian umum per 1000 penderita keluar.
Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.

63
Rata-rata Kunjungan Poliklinik per hari
Indikator ini dipakai untuk menilai tingkat pemanfaatan poliklinik di rumah sakit.
Angka rata-rata ini apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayahnya
akan memberikan gambaran cakupan pelayanan dari suatu rumah sakit.

Kegiatan Instalasi Rawat Darurat


Angka kematian di Instalasi Rawat Darurat, dibandingkan dengan seluruh pasien yang
dilayani di di Instalasi Rawat Darurat

64
Indikator Pelayanan Penunjang
Kegiatan Instalasi Kamar Operasi (Pembedahan)
Jumlah bedah akut dibandingkan dengan total pembedahan

Kegiatan Instalasi Laboratorium


Prosentase pemeriksaan laboratorium menurut masing-masing kategori (darah, urine,
faeces, dan lain-lain)

Kegiatan Instalasi Farmasi


Jumlah resep yang dilayani dibandingkan dengan jumlah pasien (rawat jalan, rawat
inap dan rawat darurat)

Kegiatan Instalasi Gizi


Jumlah porsi makanan yang dikeluarkan oleh Instalasi gizi, dibandingkan dengan
jumlah pasien dan petugas jaga
65
Indikator Limbah Rumah Sakit
Pada beberapa tahun terakhir ini, limbah rumah sakit menjadi sorotan
masyarakat. Rumah sakit menghasilkan banyak limbah dari berbagai kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan. Limbah rumah sakit, dalam bentuk limbah padat, cair,
maupun gas, dan ada satu limbah yang sangat berbahaya, yaitu limbah radiasi.
Semua bentuk limbah tersebut, harus disesuaikan dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.

Toxic
Medik
Limbah Non Toxic
Rumah Sakit
Non Medik

66

Anda mungkin juga menyukai