Anda di halaman 1dari 92

IN CASE

22 FEBRUARI 2017

SITI SETYAWATI MULYONO PUTRI


JINDAN ZULFI FAHMI
KATIA FITRIANI
NIKA ISTIYANA
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. SA

TTL : Klaten, 26/10/2001

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 15 tahun 3 bulan

Tempat tinggal : Sabrang, Bayat Klaten

Tanggal periksa : 22 Februari 2017, jam 21.30


IDENTITAS ORANG TUA
Nama ibu : Ibu. DWO
Usia ibu : 47 th
Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ibu : ibu rumah tangga
Nama ayah : Tn. PNB
Usia ayah : 51th
Pendidikan ayah : perguruan tinggi
Pekerjaan ayah : Karyawan Swasta
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA

Badan terasa lemas dan muntah-muntah


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

3HSMRS

3 HSMRS, hari minggu 19 februari pasien mengalami


demam pada sore hari, suhu tidak diukur, tidak
minum obat, mual (-), muntah (-), nafsu makan
berkurang (+) diare (-), bak seperti biasa, nyeri bak (-
)
penurunan kesadaran (-) Batuk pilek (-) muntah(-)
kejang (-)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

2HSMRS

2 HSMRS, Senin 20 Februari 2017 pasien masih


mengalami demam, suhu tidak diukur, tidak
minum obat. Nafsu makan berkurang, badan
lemas, sampai menggangu aktivitas , pasien
mengalami muntah 3x, muntah nyemprot (-)
pasien hanya beristirahat di pondok. Makan dan
minum hanya sedikit. Batuk pilek (-) diare (-) nyeri
perut (-) kejang (-), bak seperti biasanya,nyeri bak
(-) nyeri kepala?? Pusing berputar?, riwayat makan
makanan yang merangsang??
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

HMRS
HMRS, pasien masuk IGD pukul 21.00, pasien masih merasa demam,
mengeluh nyeri perut kiri bagian atas, Terus terusan/hilang timbul?/.
Muntah >6x sejak pagi. muntah cair dan berisi sedikit makanan @100-
150ml. Muntah tidak menyembur. Makan terakhir pukul ??? pasien
masih mau makan dan minum sedikit-sedikit. Riwayat batuk,pilek dan
BAB cair disangkal. Pasien merasa sangat lemas.
BAK terakhir pukul 13.00, Bab terakhir ??? Nyeri kepala?? Pusing??
Rasa berputar?? Pasien tampak lemah dan kesadaran menurun. Haus??
Teman pondok yang mengalami hal serupa??
Nyeri kepala? Pusing berputar?
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

2HMRS

2 HMRS, pasien diberikan obat untuk menangani demam dan mual


muntah. Demam masih naik turun, lemas (+), batuk (+), diare (-), nyeri
perut (-), BAB(+), BAK (+). Kemudian di lakukan tes tubex dan
pemeriksaan sputum.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat kejang demam (sampai usia 3 tahun)


Riwayat disentri 1 tahun yang lalu
Riwayat gastritis
Riwayat alergi obat dan makanan (-)
Riwayat asma (-)

Simpulan :
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit serupa disangkal

Riwayat gastritis (+) pada ibu dan 2 saudaranya

Simpulan: Tidak ditemukan adanya faktor risiko terkait penyakit di keluarga


pasien
IKHTISAR KELUARGA
RIWAYAT KEHAMILAN & PERSALINAN IBU

Riwayat Antenatal Care (ANC)


Pasien lahir dari ibu G3P0A2, usia umur kehamilan 39 minggu.
Ibu pasien mengaku rutin kontrol di bidan tiap bulan dan
mendapat tablet vitamin & zat besidan rutin diminum
Kenaikan BB selama kehamilan sebesar 13 kg
Disangkal adanya riwayat perdarahan, hipertensi, diabetes
melitus, infeksi saluran kemih saat hamil dan demam.

Simpulan: ANC baik


RIWAYAT KEHAMILAN & PERSALINAN IBU

Natal Care :

Bayi lahir spontan ditolong oleh bidan

Bayi lahir langsung menangis, BBL 3300 gram.

Bayi langsung mendapatkan injeksi vitamin K dan vaksin


hepatitis B.

BAB dan BAK keluar < 24 jam setelah lahir

Simpulan: NC baik
Riwayat Kehamilan & Persalinan Ibu

Riwayat Post Natal Care (PNC)

Bayi pulang 1x24 jam setelah persalinan. Riwayat


penyakit kuning disangkal. Bayi sudah diberi ASI dan
menetek dengaan kuat.

Simpulan: PNC baik


RIWAYAT MAKANAN

0-5,5 bulan : anak mendapat ASI ad


lib

5,5 Bulan-11 bulan : ASI ad lib+Susu formula + nasi tim,


buah, air putih

11 bulan-sekarang : makanan dewasa (3-4x/hari)

Simpulan: uantitas dan kualitas makanan ???


RIWAYAT PERKEMBANGAN & KEPANDAIAN

Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 2 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Berdiri : 12 bulan
Jalan : 13 bulan
Motorik Halus
Memegang benda dengan 5 jari : 3 bulan
Bicara
Berceloteh : 10 bulan
Bicara : 13 bulan
Sosial
Senyum spontan : 2 bulan
Hubungan sosial dengan teman baik

Simpulan: Perkembangan dan kepandaian sesuai usia


RIWAYAT VAKSINASI

JENIS VAKSIN WAKTU

Hep B 0, 2, 3, 4 bulan
Vaksinasi
BCG dilakukan di bidan 1 bulan

DPT 2,3,4 bulan

Polio 2,3,4 bulan

HiB 2,3,4 bulan

Campak 9 bulan, 2 tahun

Simpulan: Vaksinasi sesuai dengan PPI


STATUS GIZI DAN ANTROPOMETRI

BB : 34 kg
TB : 155 cm
BMI : 14,16

BB/U : z < -3 severly underweight


TB/U : 0 > z > -2 normal
BMI/U : z <-3 severly wasted

KEADAAN SOSIAL EKONOMI & LINGKUNGAN

Pasien tidak tinggal bersama kedua orang tuanya namun tinggal di


sebuah pesantren. Hubungan antar anggota keluarga baik. Saat kedua
orangtua bekerja, anak dititipkan pada nenek dan kakeknya.
Rumah berdinding bata, lantai keramik, atap genteng. Kamar mandi
berada di dalam rumah. Terdapat dapur. Ventilasi dan sirkulasi udara
baik, memiliki septic tank. Memasak dengan kompor gas. Sumber air
bersih dari sumur sendiri, listrik dari PLN.
Ayah bekerja sebagai karyawan swasta dan Ibu sebagai ibu rumah
tangga, Kondisi ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah. Pasien
berobat menggunakan jaminan BPJS.
Hubungan dengan lingkungan : baik
Simpulan: Keadaan sosial ekonomi, & lingkungan baik.
ANAMNESIS SISTEM

Thermoregulasi : demam (+)


Serebrospinal : kejang (-), penurunan kesadaran (-)
Kardiovaskular : biru(-), akral dingin (-)
Respiratorius : sesak (-), batuk (-)
Gastrointestinal :muntah (+), kembung (-), riwayat BAB cair (-)
Urogenital : BAK (+) frekuensi kurang, nyeri BAK (-)
Integumentum : dbn
Muskuloskeletal : nyeri otot (-) nyeri persendian(-)
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum: anak tampak sakit sedang, lethargis, kesan gizi buruk

Tanda vital
Nadi : 88 x/min, teratur, isi & tegangan
lemah
Respirasi : 20 x/min, torako abdominal
Suhu : 37,6 oC
SpO2 : 98% (room air)

Simpulan: kesan umum sakit sedang


PEMERIKSAAN FISIK

Kulit : Pucat (-), Kebiruan (-), papul (+)

Kelenjar limfe : Limfonodi tak teraba

Otot : Eutrofi

Tulang : Deformitas (-)

Sendi : Keterbatasan gerak (-)

Ekstremitas : Nadi lemah, akral hangat, CRT < 2 detik


PEMERIKSAAN FISIK

Leher : Limfonodi tidak teraba, penggunaan otot bantu napas (-)


Thoraks : Simetris, retraksi (-/-)
Jantung :
- Batas jantung

SIC II LPSD SIC II LPSS


SIC IV LPSD SIC IV LMCS
- Suara jantung : S1 tunggal, S2 split tidak konstan, bising(-)

Simpulan : Pemeriksaan leher dan jantung dalam batas normal


PEMERIKSAAN FISIK
PARU-PARU
Pemeriksaan
Simetris, retraksi (-) INSPEKSI Simetris, retraksi (-)
Taktil fremitus simetris, PALPASI Taktil fremitus simetris, ketertinggalan
ketertinggalan gerak (-) gerak (-)
Sonor semua area paru PERKUSI Sonor semua area paru

Vesikuler (+) wheezing (-) AUSKULTASI Vesikuler (+) wheezing (-) ronkhi (-),
ronkhi (-), krepitasi (-) krepitasi (-)

Simpulan : pemeriksaan paru dalam batas normal


PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen

- Auskultasi : Suara peristaltik normal


- Inspeksi : Supel, dinding dada sama tinggi dengan dinding perut

- Perkusi : perkusi 13 titik timpani, hepatomegali (-)

- Palpasi : Nyeri tekan (+), hepar tidak teraba (-) , limpa tidak
teraba, ascites (-), turgor kulit normal

Pemeriksaan abdomen dalam batas normal


PEMERIKSAAN FISIK

Kepala
Bentuk : Normocephal
Ubun-ubun : Sudah menutup
Mata : Konjuctiva anemis (-), Sklera ikterik (-),
edema palpebra (-), mata cekung (-)
Hidung : Discharge (-), nasal flare (-/-), epistaksis (-)
Telinga : Tidak ada discharge, nyeri sdn
Mulut : Ulkus (-), mukosa bibir kering (+), kebiruan (-)
Caries dentis sdn
Faring : Hiperemis (-)
Simpulan : pemeriksaan kepala kesan dalam batas normal
Tanggal 22 febuari 2017 pukul 23:11 di RSST

4/2/17 Units Normal Value


18.46

AE 5.33 X106/mm3 3,65-5,50


Hb 15,7 g/dL 11,5 - 16,5
Hmt 45.6 % 34 48
AL 6.7 /mm3 6 18 x 103
AT 202 /mm3 150-450 x 103
Neu 78.5 % 32-52
Lim 14.3 % 20-40
Mono 7.2 % 2-8
Eos 1 % 2-4
Bas 0 % 0-1
MCV 85.6 fL 78-102
MCH 29.5 pg 27-32
Simpulan : Trombositosis, Neutrofilia, Mikrositik hipokromik
MCHC 34,4 g/dL 32-36
RINGKASAN DATA DASAR
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
Anak perempuan usia kesan umum Lethargis, neutrofilia
15 tahun letargis, tampak sakit sedang, Lymphocytopenia
datang dengan gizi buruk
muntah-muntah dan Abdomen : sdn, turgor
demam sejak 7
HSMRS, muntah >6x. kulit normal
DIAGNOSIS

PROFUSE VOMITING E.C SUSPEK ISK


DIAGNOSIS BANDING

Gastritis
Profuse vomiting ec susp ISK
Vertigo
GERD
Gangguan somatisasi, ptsd??
Demam tifoid
Gangguan somatisasi
TATALAKSANA
Monitor KU, Tanda vital

Inj. Ondansetron 0,15 mg/kgBB -> 1,5 mg IV

Rehidrasi plan A

Resep:

Vometa syr (domperidon) cth tiap 8 jam

Lacto B 2X1 po
EDUKASI KEPADA ORANG TUA

Pemberian nutrisi secara cukup


Edukasi tanda dehidrasi dan tanda bahaya
Rawat inap
FOLLOW UP

2HMRS
Sub: demam pada malam hari tinggi, muntah
tidak ada, diare (-), lemas (+), batuk (+), diare (-), Plan:
nyeri perut (-), BAB(+), BAK (+).
KOEN 3A 25 tpm
Obj:
Paracetamol tab tiap 4-6 jam
KU: CM, lemas
Inj. Ondansetron 4 mg
VS: HR: 100x/mnt, RR: 28x/mnt, T: 37.8C TD:
90/60 Manajemen gizi buruk
KL: SI (-), CA(-) - asam folat 1x1 mg
Thor: simetris, ketinggalan gerak, S1-S2 split tidak - zinc 1x20mg
konstan pulmo
- Apialys 1x5ml
Abd: flat, BU (+) H/L ttb
- Diet FKTP 1550 kkl/hari
Integ: Crt<2, ext: akral hangat
tubex TF
Skoring TB: 6
Mantoux test
Ass: susp. TB dd tifoid, Gizi Buruk
FOLLOW UP
3HMRS
Sub: demam pada malam hari tinggi, muntah tidak
ada, diare (-), lemas (+), batuk (+), diare (-), nyeri Plan:
perut (-), BAB(+), BAK (+). KOEN 3A 25 tpm
Obj: inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam (2)
KU: CM, lemas Paracetamol tab tiap 4-6 jam
VS: HR: 104x/mnt, RR: 24x/mnt, T: 37.7C TD: 90/60 Inj. Ondansetron 4 mg
KL: SI (-), CA(-) Inj. Ranitidine tab/12 jam
Thor: simetris, ketinggalan gerak, S1-S2 split tidak Manajemen gizi buruk
konstan pulmo
- asam folat 1x1 mg
Abd: flat, BU (+) H/L ttb
- zinc 1x20mg
Integ: Crt<2, ext: akral hangat
- Apialys 1x5ml
Skoring TB: 6
- Diet FKTP 1550 kkl/hari
Mantoux test (+)
BTA sputum
Ass: tifoid, susp. TB Gizi Buruk tipe marasmic
Tanggal 23 febuari 2017 di RSST
Urin 23/2/17 Normal Value
18.46

warna Kuning Kuning muda-tua


Kejernihan Agak keruh Jernih agak keruh
Protein Pos (+) negative
Glukosa neg Negative
Keton neg Negative
Bilirubin Neg Negative
Blood >30 Negative
Urobilinogen 12.0 0-1+
Nitrit neg Negative
Leukosit neg Negative
Asam Askorbat Neg 0-1+
Berat jenis 1.015 1.003-1.029
pH 7.0 5.0-8.0
Epitel Postive 1+
Eritorsit 8-30 0-4
Leukosit 0-2 0-5
Silinder
Simpulan : Trombositosis, Neutrofilia, 0Mikrositik hipokromik 0-1
Kristal 0 0-1
Lain-lain (Bakteri) + (+)
FOLLOW UP
7HMRS
Sub: demam pada malam hari tinggi, muntah
tidak ada, diare (-), lemas (+), batuk (+), diare
(-), nyeri perut (-), BAB(+), BAK (+). Plan:
Obj: KOEN 3A 25 tpm
KU: CM, baik Cefixime 2x20 mg
VS: HR: 96.2x/mnt, RR: 24x/mnt, T: 36.3 C TD: Manajemen gizi buruk
90/60
- asam folat 1x1 mg
KL: SI (-), CA(-)
- zinc 1x20mg
Thor: simetris, ketinggalan gerak, S1-S2 split
tidak konstan pulmo - Apialys 1x5ml
Abd: flat, BU (+) H/L ttb - Diet FKTP 1550 kkl/hari
Integ: Crt<2, ext: akral hangat BLPL-> menunggu hasil BTA sputum.
Ass: tifoid, susp. TB Gizi Buruk tipe marasmic
PEMERIKSAAN PENUNJANG RADIOLOGIS

Foto Thorax
Bercak opasitas di perihiller bilateral
Tampak pemadatan hillus
Kedua diafragma mendatar dan pleural space normal
CTR terukur normal
Sistema tulang intak
Kesan:
Infiltrat di perihiller bilateral dengan limfadenopati hillus, sugestif ec TB, besar cor
dalam batas normal.
CHILD
TUBERCULOSIS
Jindan Zulfi Fahmi
Nika Istiyana
Siti Setyowati M.P
Katia Fitriani
EPIDEMIOLOGI

Menurut data WHO >8 juta orang terinfeksi TB, 3


juta diantaranya meninggal. 1,3 juta kasus anak
dengan angka mortalitas 450.000

1/3 penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium


tuberculosis
ETIOLOGI

Ada 5 tipe mycobacterium


- M. tuberculosis
- M. bovis
- M. africanum
- M. microti
- M. canetti
Mycobacterium tuberculosis adalah jenis yang paling sering menyebabkan infeksi
pada manusia
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

Bacillus
Non-spore-forming
Non-motile
Pleomorfik
Gram positive (berbentuk batang 2-4m)
Obligat aerob
Media kultur Loewenstein-Jensen (gliserol sebagai
sumber karbon, ammonia NH3 sebagai sumber
nitrogen)
37-41o C
PATOGENESIS
TRANSMISI

Person to person, biasanya melalui airborne mucus doplet nuclei (1-


5m )
Faktor risiko transmisi meningkat pada :
-pasien dengan acid-fast smear sputum
-infiltrat/cavitas ekstensif pada lobus atas
-produksi sputum yang masiv
-batuk kuat/severe
Faktor lingkungan yang mendukung : Sirkulasi udara buruk, lembab
TRANSMISI

Tingkat transmisi berkurang hebat setelah 2 minggu terapi


yang adekuat
Transmisi dari anak sangat jarang, karena tuberkel basilus
sedikit pada sekresi mukosa endotrakeal, batuk jarang dan
batuk tidak cukup kuat mengeluarkan droplet yang
mengandung bakteri
GEJALA
DEFINISI PASIEN TB DAN KLASIFIKASINYA
DEFINISI KASUS TB ANAK

Terduga pasien TB anak:


setiap anak dengan gejala atau tanda mengarah ke TB
Anak

Pasien TB anak berdasarkan hasil konfirmasi


bakteriologis:
adalah pasien TB anak yang hasil pemeriksaan sediaan
biologinya positif dengan pemeriksaan mikroskopis
langsung atau biakan atau diagnostik cepat yang
direkomendasi oleh Kemenkes RI. Pasien TB paru BTA
positif masuk dalam kelompok ini.
Pasien TB anak berdasarkan diagnosis klinis:
pasien TB anak yang TB yang tidak memenuhi
kriteria bakteriologis dan mendapat pengobatan TB
berdasarkan kelainan radiologi dan histopatologi
sesuai gambaran TB. Termasuk dalam kelompok
pasien ini adalah Pasien TB Paru BTA negatif,
Pasien TB dengan BTA tidak diperiksa dan Pasien
TB Ekstra Paru.
KLASIFIKASI BERDASARKAN ORGAN YANG TERKENA

Tuberkulosis Paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.

Tuberkulosis Ekstra Paru.


Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Anak dengan gejala hanya
pembesaran kelenjar tidak selalu menderita TB Ekstra Paru.
KLASIFIKASI BERDASAR RIWAYAT PENGOBATAN
Baru
Kasus TB anak yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan ( 28 dosis) dengan hasil pemeriksaan bakteriologis sesuai
definisi di atas, lokasi penyakit bisa paru atau ekstra paru.

Pengobatan ulang
Kasus TB Anak yang pernah mendapat pengobatan dengan
OAT lebih dari 1 bulan ( 28 dosis) dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis sesuai definisi di atas, lokasi penyakit bisa paru
atau ekstra paru. Berdasarkan hasil pengobatan sebelumnya,
anak dapat diklasifikasikan sebagai kambuh, gagal atau
pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up).
KLASIFIKASI RESISTENSI OBAT
Resistance Definition
Mono resistance M. tuberculosis yang resistan terhadap salah satu
jenis OAT lini pertama.
Polydrug resistance M. tuberculosis yang resistan terhadap lebih dari
satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan.
Multidrug resistance M. tuberculosis yang resistan terhadap Isoniazid
(H) dan Rifampisin (R) dengan atau tanpa OAT lini
pertama lainnya.
Extensive Drug MDR disertai dengan resistan terhadap salah satu
Resistance OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan yaitu
Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin.
Rifampicine M. tuberculosis yang resistan terhadap Rifampisin
Resistance dengan atau tanpa resistansi terhadap OAT lain
yang dideteksi menggunakan metode pemeriksaan
yang sesuai, pemeriksaan konvensional atau
pemeriksaan cepat
Clinical approach to diagnosis of EPTB

Extrapulmonary TB is common in children and


presentation varies with age.

Symptoms vary depending on site of disease and


characteristically are persistent, progressive and may
be associated with weight loss or poor weight gain.
TB&kelenjar&(TB&adeni? s)&
TB&TULANG&DAN&SENDI&
This CXR shows the classical bilateral diffuse
micronodular pattern consistent with miliary TB.
HOW TO DIAGNOSE?
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN UNTUK
DIAGNOSIS TB ANAK

PEMERIKSAA N BAKTERIOLOGIS

Mikroskopis Tes cepat molekuler Biakan


(TCM TB)
BTA Sputum, bilas Menemukan
lambung, cairan Linea probe assay kuman
pleura, cairan dan nucleic acid Mycobacterium
cerebrospinal, amplification test tuberculosis
biopsi jaringan Contoh : Xpert
MTB/RIF
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologis (1) Radiologis (2)
Pembesaran kelenjar hilus atau Atelektasis
paratrakeal dengan atau tanpa Kavitas
infiltrat foto thorax AP/ Lateral Kalsifikasi dengan infiltrat
Konsolidasi segmental/ lobar tuberkuloma
Efusi pleura
Milier

Uji tuberkulin

Dapat positif pada kasus TB


Laten
Positif apabila terdapat reaksi
hipersensitifitas terhadap
antigen (tuberkuloprotein
TREATMENT AND MANAGEMENT
PENGOBATAN TB ANAK
TB - HIV

Tuberkulosis merupakan infeksi oportunistik yang paling


sering ditemukan pada anak terinfeksi HIV
Meningkatnya jumlah kasus TB pada anak terinfeksi HIV
disebabkan tingginya transmisi Mycobacterium
tuberculosis dan kerentanan anak (CD4 kurang dari 15%,
umur di bawah 5 tahun)
MASALAH TB PADA ANAK HIV (+)
Risiko sakit TB lebih tinggi pada anak HIV (+)
terutama dengan CD4<15%
TB merupakan infeksi oportunistik tersering
Penegakan diagnosis TB pada anak HIV (+) lebih sulit
daripada anak HIV (-)
Manifestasi TB lebih berat: TB milier, meningitis TB
Respon terapi lebih buruk, mortalitas tinggi
Interaksi obat TB dan obat antiretroviral
PENEGAKAN DIAGNOSIS TB PADA ANAK HIV (+)
LEBIH SULIT DARIPADA ANAK HIV (-)

Diagnosis dan tatalaksana TB pada anak menjadi lebih sulit karena faktor berikut :
1. Beberapa penyakit yang erat kaitannya dengan HIV, termasuk TB, banyak
mempunyai kemiripan gejala.
2. Interpretasi uji tuberkulin kurang dapat dipercaya. Anak dengan kondisi
imunokompromais mungkin menunjukkan hasil negatif meskipun sebenarnya
telah terinfeksi TB.
3. Anak yang kontak dengan orangtua pengidap HIV dengan BTA sputum
positif mempunyai kemungkinan terinfeksi TB maupun HIV. Jika hal ini terjadi,
dapat tejadi kesulitan dalam tatalaksana dan mempertahankan keteraturan
pengobatan.
World Health Organization merekomendasikan dilakukan pemeriksaan HIV
pada suspek TB maupun sakit TB. Kecurigaan adanya HIV pada penderita,
terutama:
a. Gejala-gejala yang menunjukkan HIV masih mungkin,
b. Gejala yang umum ditemukan pada anak dengan infeksi HIV, tetapi juga
lazim ditemukan pada anak sakit yang bukan infeksi HIV,
c. Gejala atau kondisi yang sangat spesifik untuk anak dengan infeksi HIV
DIAGNOSIS: TB - HIV

REKOMENDASI:
Skrining TB harus rutin dilakukan pada semua anak HIV (+), pada saat
penegakan diagnosis HIV atau pada saat memulai ART

Pemeriksaan HIV seharusnya dilakukan pada semua anak yang dicurigai TB


NOTES:
Tambahan terapi yang direkomendasikan untuk pasien anak HIV dan TB termasuk
cotrimoxazole preventive therapy (CPT), antiretroviral therapy (ART) dan suplementasi
piridoksin dengan dosis 10 mg/hari serta pemberian nutrisi.
Kecenderungan relaps lebih tinggi sehingga pengobatan TB dengan HIV lebih lama (9
bulan) untuk TB milier, TB meningitis, TB tulang (12 bulan)
Interaksi antara obat anti tuberculosis dengan obat anti retroviral
Rekomendasi ART dapat diberikan bersamaan dengan rifampisin adalah efavirenz (suatu
NNRTI) ditambah 2 obat penghambat reverse transcriptase nukleosida (nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, NRTI), atau ritonavir (dosis yang dinaikkan) ditambah dua
NRTI.
Dosis OAT tidak memerlukan penyesuaian karena tidak dipengaruhi oleh ARV.
Pemberian ARV dapat dimulai bila anak telah mendapat OAT selama minimal 2-8 minggu
GENE EXPERT MTB/RIF
GENE EXPERT
The Genexpert test is a new molecular test for TB which diagnoses TB by detecting the
presence of TB bacteria, as well as testing for resistance to the drug Rifampicin.
How does it work?
The test is a molecular test which detects the DNA in TB bacteria. It uses a sputum
sample and can give a result in less than 2 hours. it can also detect the genetic
mutations associated with resistance to the drug Rifampicin.
The use of Gene Expert
WHO recommended that the test should be used as the initial diagnosis test in
individuals suspected of having MDR TB, or HIV associated TB. They also suggested
that it could be used as a follow on test to microscopy in settings where MDR TB
and/or HIV is of lesser concern, especially in smear negative specimens, because of
the lack of accuracy of smear microscopy. They did however say that they
recognised the major resource implications of using it in this second way.10
WHO did also emphasize that the test does not eliminate the need for
conventional microscopy culture and drug sensitivity testing, as these are still
required to monitor treatment progress and to detect other types of drug
resistance. The Genexpert MTB/RIF cannot be used for treatment monitoring, as it
detects both live and dead bacteria.
Selected 4 Groups to be tested
Group A
This group includes individuals (both adults and children) suspected of having TB who
are considered to be at risk of harbouring drug-resistant TB bacilli
Group B
Individuals (adults and children) suspected of having HIV-associated TB should ideally
be offered HIV testing routinely, preferably before investigation with Xpert MTB/RIF.
HIV testing should be performed according to national guidelines
Group C
This group includes adults suspected of having TB but who are not at risk of MDR-TB
or HIV-associated TB (that is, adults who are HIV-negative or whose HIV status is
unknown and who are not a member of a risk group for HIV or who live in a setting
with a low prevalence of HIV).
Group D
This group includes all individuals suspected of having TB (adults and children).
Disadvantages
There are a number of disadvantages which include:
The shelf life of the cartridges is only 18 months;
A very stable electricity supply is required;
The instrument needs to be recalibrated annually;
The cost of the test;
The temperature ceiling is critical.
Advantages
The main advantages of the test are, for diagnosis, reliability when compared to
sputum microscopy and the speed of getting the result when compared with
culture. For diagnosis of TB, although sputum microscopy is both quick and cheap,
it is often unreliable. It is particularly unreliable when people are HIV positive.
Although culture gives a definitive diagnosis, to get the result usually takes weeks
rather than the hours of the Genexpert test.
The main advantage in respect of identifying rifampicin resistance, is again the
matter of speed. Normally to get any drug resistance result takes weeks rather
than hours.
Xpert MTB/Rif: workflow

Boehme CC et al 2010. N Engl J Med 363(11):1005-15


Interpretation of test results
WHO recommended
regimen for MDR-TB with
INH;
Modify treatment based on
Registration as RR-TB
In groups with high the DST results;
risk of MDR-TB Update registration
DST to at least INH;
Quinolones; SL injectable WHO recommended
regimen for MDR-TB
with INH;
Registration as RR-TB
TB Modify treatment
TB detected; based on the DST
detected; Rif results;
Rif resistant Update registration
resistant
Repeat
In groups with low DST to at least RIF; INH;
risk of MDR-TB
Xpert In case of discordance
Quinolones; SL injectable
Xpert MTB/RIF on Rif result refer sample
for sequencing
MTB/RIF TB
detected;
assay TB
Rif
sensitive
detected;
Rif
sensitive
WHO recommended
first-line treatment;
TB not Registration as
detected bacteriologically
confirmed TB

Further investigation (CXR,


If TB still
repeat Xpert MTB/RIF,
suspected
culture, etc..)
New developments
A new device called the GeneXpert Omni is currently under development. It is
intended for point of care testing for TB and rifampicin resistance, using the
same cartridges as those used in the current Genexpert machine. It is
expected that it will be smaller, lighter and less expensive than the current
Genexpert. It will also come with a built-in 4 hour battery.
A next generation cartridge called the Xpert Ultra is also under development.
It is intended to replace the current cartridges and could potentially replace
conventional culture as the primary diagnostic tool for TBC.
Maturnuwun
Mohon Asupan

Anda mungkin juga menyukai