Anda di halaman 1dari 29

Oleh: Dr. Gemala Dewi, SH., LL.

M
Dua istilah penting:
1). Al-aqdu/akad (Q.S.V:1)
2). Al-ahdu/janji (Q.S. III:76)

Tahapan terjadinya Akad (Abdoerraoef):


1. Al-ahdu (perjanjian)
2. Persetujuan
3. Alaqdu (perikatan)
Ps. 1233 KUHPer Perjanjian => Perikatan
PERJANJIAN PERIKATAN
AHDU
PERSETUJU AQDU
PERJANJI PERIKATAN
AN
AN
Perjanjian atau overeenkomst
adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih (Pasal
1313 KUHPer)
Perjanjian merupakan suatu
peristiwa hukum yang konkret
Perikatan atau verbintenis adalah
suatu hubungan hukum (mengenai
harta kekayaan) antara dua orang,
yang memberi hak pada yang satu
untuk menuntut barang sesuatu dari
yang lainnya, sedangkan orang yang
lainnya itu diwajibkan memenuhi
tuntutan itu (Subekti)
Perikatan adalah suatu peristiwa
hukum yang abstrak
Al Ahdu yaitu pernyataan untuk
mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu
yang tidak terkait dengan orang lain.
(Abdoerraoef)
Q.S. Ali Imran ayat 76: Sebenarnya siapa
yang menepati janji dan bertakwa, maka
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertakwa (balaa man awfaa biahdihii
wattaqaa fainnallaha yuhibbul muttaqiin)
Secara Bahasa, Al-Aqdu (Akad): berarti
ikatan, mengikat,
menghimpun/menyimpulkan dua ujung tali.

Definisi terminologis: pertalian antara ijab


dan qabul yang dibenarkan oleh syara yang
menimbulkan akibat hukum thd obyeknya.
Dari definisi tsb dpt ditarik unsur2nya:
1. Pertalian ijab dan kabul
- Ijab = pernyataan kehendak dari mujib
- kabul = pernyataan menerima dari qaabil
2. Dibenarkan oleh syara
3. Mempunyai akibat hukum terhadap
obyeknya
- merupakan salah satu tindakan hukum
(Tasharruf)
Al Maidah ayat 1:
Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah akad-akad itu
Akad adalah salah satu bentuk
perbuatan hukum (Tasharruf)
Tasharruf (Mustafa Az Zarqa) yaitu:
Segala sesuatu perbuatan yg
bersumber dari kehendak seseorang
dan syara menetapkan atasnya
sejumlah akibat hukum (hak &
kewajiban).
Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank
Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat
adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing
pihak sesuai dengan Prinsip Syariah (Pasal 1
Angka 13 UU No. 21/2008)
Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan
atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu
(Pasal 20 angka 1 KHES)
Waad = janji
Pernyataan yang dimaksud oleh pemberi
pernyataan untuk melakukan perbuatan
baik di masa depan
Keinginan yang dikemukakan oleh
seseorang untuk melakukan sesuatu,
baik perbuatan maupun ucapan, dalam
rangka memberi keuntungan bagi pihak
lain
1. Jumhur fuqaha dari Hanafiyah, Syafiiyah, Hanabilah,
dan satu pendapat dari Malikiyah waad adalah
kewajiban agama, bukan kewajiban hukum formal,
sehingga tidak mengikat secara hukum
2. Ibn Syubrumah, Ishaq bin Rahawiyah, Hasan Basri,
dan sebagian pendapat Malikiyah waad itu wajib
dipenuhi dan mengikat secara hukum
3. Sebagian fuqaha Malikiyah waad mengikat secara
hukum apabila berkaitan dengan suatu sebab
meskipun sebab tersebut tidak menjadi
bagian/disebutkan dari mauud (pernyataan janji)
4. Ibn Qasim waad bersifat mengikat untuk dipenuhi
apabila berkaitan dengan sebab yang dinyatakan
secara tegas dalam mauud (pernyataan janji)
Contract is an agreement between two or more
parties creating obligations that are enforceable or
otherwise recognizable at law
Tiga unsur dalam kontrak:
1. The fact between the parties (kesepakatan tentang fakta
antara para pihak)
2. The agreement is written (dibuat secara tertulis)
3. Consist of peope who has rights and duties in making a
written agreement (adanya orang-orang yang berhak
dan berkewajiban untuk membuat kesepakatan dan
persetujuan tertulis)
Rukun: suatu unsur yg mrpkn suatu bagian
yg tak terpisahkan dari suatu perbuatan
atau lembaga yg menentukan sah atau
tdknya perbuatan tsb dan ada atau tdk
adanya sesuatu itu.
Syarat: sesuatu yg tergantung pdnya
keberadaan hukum syari dan ia berada di
luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya
menyebabkan hukum pun tidak ada.
4 komponen pmbtk Akad (Ash-shiddiqy):
1. Al-Aqidain (subyek)
2. Mahallul-Aqd (obyek)
3. Maudhuul-Aqd (tujuan)
4. Sighat al-Aqd (ijab dan kabul)
- Mazhab Hanafi=> hanya sighat al-aqd
- Syafii dan Maliki=> (1) dan (2) dan (4)
1. Al-Aqidain (Subyek): pengemban hak &
kewjb
a. Manusia (Syakhshiyah Thobiiyah)
b. Badan Hukum (Syakhshiyah Itibariyah
Hukmiyah)
2. Mahallul Aqd (Obyek)
3. Maudhuul Aqd (Tujuan)
4. Sighat al-Aqd (Ijab dan Kabul).
=> Pihak yg dpt dibebani hk (Mukallaf): sdh
cakap dlm bertindak secara hk
1. Tahapan manusia sbg subyek hk
2. Halangan kecakapan bertindak
3. Hal yg harus diperhatikan.
=> Syarat-syarat Subyek akad (manusia)
Abdurrahman Raden Haji Haqqi, dalam buku The
Philosophy of Islamic Transactions, menyebutkan
empat (4) tahapan kapasitas seseorang dalam
hukum ( Stages of Legal Capacity:
Marhalah al-janin (tahap embryo),
Marhalah al-saba (tahap/ masa embryo), mulai
manusia lahir sampai usia 7 tahun
Marhalah al-tamyiz (tahap/masa dapat
membedakan antara yang baik dengan yang
buruk, usia antara 7 sampai 15 atau 18 tahun),
Marhalah al-bulugh (tahap/masa puber)

19
Wahbah Az-Zuhaily menambahkan dengan
satu tahapan lagi yaitu Daur ar-Rushd tahap
bijaksana (stage of prudence). Tahap ini
adalah tahapan paling sempurna dalam
bertindak hukum bagi seseorang.

20
1. Minors (dibawah umur)
2. Insanity (Junun)
3. Idiocy (Atah)
4. Prodigality (Safah)
5. unconsciousness (Ighma)
6. Sleep (naum)
7. Ignorance (jahl)
Ahliyah (kecakapan)
- A. Wujub : kckp memiliki hak
- A. Ada: melakukan tasharuf + tgg jwb
Wilayah (kewenangan)
- Niyabah Ashliyah (melakukan sendiri)
- Niyabah al-Syariyyah (mell wali)
Wakalah (perwakilan)
Mrpk persekutuan (Syirkah) yg dibentuk
bdsrkan hk dan memiliki tgg jwb kehartaan
yg terpisah dr pendirinya
Memperoleh hak & kewjb
Dasar Hk:
Q.s. an-Nisa (4):12, Qs.Shaad (38):24
- Hadits Qudsi riwayat Abu Dawud & Al
Hakim dr Abu Hurairah
Perbedaan dg subyek hk manusia.
Hak-hak BH berbeda: tdk berklg, ibadah,dll
Tidak hilang dg meninggalnya pengurus
Diperlakukan adanya pengakuan hukum
Ruang gerak BH dlm bertindak dibatasi oleh
ketentuan hk hnya pd bidang tertentu
Tindakan hk yg dpt dilakukan tetap
BH tdk dpt dijatuhi pidana.
Syarat-syarat akad dihubungkan dengan
masing-masing komponen Akad lainnya.
1. Mahallul Aqd (Obyek)
2. Maudhuul Aqd (Tujuan)
3. Sighat al-Aqd (Ijab dan Kabul).
halal menurut syara
bermanfaat (bukan merusak atau digunakan
untuk merusak)
dimiliki sendiri atau atas kuasa si pemilik
dapat diserah-terimakan (berada dalam
kekuasaan)
dengan harga yang jelas
baru ada pada saat dilaksanakan Akad
berlangsung adanya hingga berakhirnya akad
tujuan akad harus dibenarkan Syara
dilakukan oleh orang yang memenuhi
syarat
tertuju pada suatu obyek
harus berhubungan langsung dalam suatu
majelis
terang pengertiannya
bersesuaian antara Ijab dan Kabul
menggambarkan kesungguhan dan
kemauan para pihak yang bersangkutan.

TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai