Topik Materi
1. Infeksi Tropis
2. Endokrin dan metabolik
3. Gastroentrohepatologi
4. Hematoimunologi
5. Ginjal hipertensi
6. Kardiologi
7. Pulmonologi
Infeksi Tropis
Demam Dengue
DEFINISI KASUS
Tersangka Terbukti
Demam mendadak tinggi dengan 2 atau Identifikasi virus dan atau
lebih manifesatsi di bawah ini: serologi
Sakit kepala HI >1280 atau IgM/IgG serum
konvalesen
Nyeri retro-orbita
Mialgia
Artralgia/ nyerin otot
Pada KLB:
Ruam
Demam tinggi
Manifestasi perdarahan (uji Tourniquet,
Tourniquet positif atau petekie
petekie, epistaksis)
Leukopenia (<5000)
Leukopeni
PPV 83%
Definisi Kasus Klinis
Demam Berdarah Dengue
Sumber: CDC
Malaria
Ascaris Mebendazole,
lumbricoides pirantel pamoat
Trichuris Mebendazole,
trichiura albendazole
Brooks GF. Jawetz, Melnick & Adelbergs medical microbiology, 23rd ed. McGraw-Hill; 2004.
ENDOKRIN DAN
METABOLIK
Diabetes Mellitus
Sumber: Konsensus DM Indonesia 2011 (Perkeni)
Sumber: Konsensus DM Indonesia 2011 (Perkeni)
Diagnosis hipertiroid
Diagnosis hipertiroid
Penyakit Tiroid: Klasifikasi
Pembesaran tiroid semata Hipertiroidisme
Defisiensi yodium (struma difusa Penyakit Graves
nontoksik/goiter endemik) Struma nodular nontoksik yang
Bisa berkembang menjadi struma menjadi toksik
nodular nontoksik
Adenoma toksik
Goiter sporadik (jarang)
Lain-lain (mis. tiroiditis
destruktif, hormon tiroid
Hipotiroidisme ekstratiroidal, tumor hipofisis)
Defisiensi yodium yang lebih berat
Tiroiditis Hashimoto, tiroiditis Neoplasma
subakut (awal hipertiroid namun
berkembang menjadi hipotiroid Pada pemeriksaan dapat
ditemukan massa terfiksir,
Iatrogenik cepat membesar
Lain-lain (mis. obat, kongenital,
hipopituitarisme, kelainan
hipotalamus)
* Tiroiditis subakut (pada tipe Subacute granulomatous thyroiditis ) : dapat ditemukan
keluhan demam, nyeri pada kelenjar
Cushing syndrome
Disebabkan paparan glukokortikoid endoken
/eksogen jangka waktu lama
Penyebab diantaranya :
Konsumsi /injeksi steroid / glukokortikoid jangka
waktu lama
Primary adrenocortical neoplasm (usually an
adenoma but rarely a carcinoma).
Bilateral adrenal micronodular hyperplasia and
macronodular hyperplasia (jarang)
Cushing syndrome
On examination, general findings of Cushing syndrome may
include the following:
General: Cervical, thoracic, and/or central obesity
Dermatologic: Facial plethora, violaceous striae, ecchymoses, telangiectasias,
purpura, cutaneous atrophy, facial lanugo
Cardiovascular and renal[2] : Hypertension, edema
Gastroenterologic: Peptic ulceration with or without symptoms
Endocrinologic: Galactorrhea, signs of hypothyroidism (eg, slow reflex
relaxation)
Genitourinary: Decreased testicular volume
Musculoskeletal: Proximal muscle weakness, kyphosis, height loss, bone pain
Neuropsychological: Fatigue
Ophthalmologic: Visual-field defects (often bitemporal), blurred vision in the
presence of large ACTH-producing pituitary tumors that impinge on optic
chiasma
Hepatitis
+ - IgM + - +
akut
Window
- - IgM +/- +/- -
period
Penyembu
- + IgG - +/- -
han
Imunisasi - + - - - -
Hepatitis
kronik + - IgG + - +
replikatif
Hepatitis
kronik non + - IgG - + -
replikatif
Hepatitis A & B
HEPATITIS A HEPATITIS B
Transmisi fekal-oral Transmisi: darah, hubungan seks,
Gejala: nafsu makan menurun, lemas, perinatal
demam, nyeri perut kanan atas, bisa Manifestasi bisa berupa hepatitis
disertai ikterus akut, hepatitis fulminan, atau kronis
Diagnosa: IgM anti-HAV (sirosis)
Tata laksana: suportif Serologi:
Pencegahan: vaksinasi anak atau HBsAg: muncul sebelum gejala,
digunakan untuk skrining, jika bertahan
pasien dengan penyakit hati kronik >6 bulan berarti infeksi kronik
Profilaksis pasca-paparan: 1-40th HBeAg: replikasi virus dan infektivitas
vaksin, <1 dan >40 imunoglobulin tinggi
IgM anti-HBc: infeksi akut
IgG anti-HBc: infeksi lama atau sedang
berlangsung
anti-HBe: replikasi dan infektivitas
berkurang
anti-HBs: imunitas
DNA HBV: replikasi aktif
Hepatitis C
Tata laksana HEPATITIS C
Akut: suportif Transmisi: darah
Kronik: PEG IFN-2a (entecavir, Manifestasi bisa akut atau
tenofovir) tujuan agar kronik; jarang fulminan
HBeAg menjadi negatif Serologi:
Pencegahan: vaksinasi anti-HCV: muncul setelah 6
Profilaksis pasca-paparan: minggu
HBIG dilanjutkan dengan RNA HCV: muncul dalam 2
vaksin (kalau belum divaksin) minggu
Tata laksana: PEG IFN-2a +
ribavirin
Kenapa jawabannya B? Karena
window period masih masuk fase Belum ada vaksin atau
akut profilaksisnya
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis
Nyeri kolik + + +/- +/-
Nyeri tekan/
- - + +
Murphys sign
Demam - - + (low-grade) + (high-grade)
Ikterus - + - +
Penunjang
USG
Laboratorium: leukosit, bilirubin, SGOT/SGPT
Tata laksana
Kolelitiasis: kolesistektomi
Kolesistitis: NPO, cairan IV, analgesik, antibiotik,
kolesistektomi
Koledokolitiasis: ERCP diikuti oleh kolesistektomi
Kolangitis: antibiotik. Kalau tidak ada respons, maka
dilakukan dekompresi bilier darurat dengan ERCP.
HEMORROID
KLASIFIKASI
Derajat II Derajat IV
Derajat Hemorrhoid
I. Berdarah saja
II. Masuk sendiri
III. Dimasukkan dengan tangan
IV. Tidak dapat dimasukkan
IBD - Klasifikasi
Ulcerative Colitis (UC) Chrons Disease (CD)
Rangkuman dari Guideline WHO HIV 2010 dan Pedoman ART Nasional Kemenkes
Bila pasien HIV positif:
Periksa nilai CD4 dan Viral Load HIV
START ARV bila memenuhi syarat:
CD4 count <350 cell/mm3 pada Stadium berapapun!
DAN/ATAU
Stadium klinis WHO 3 dan 4 dengan hasil CD4 count berapapun!
Infokan pasien bahwa pengobatan ARV seumur hidup
dan dikonsumsi dengan kedisiplinan waktu (tidak boleh
terlambat minum) ARV cepat sekali resisten
Edukasi pasien untuk mau terbuka statusnya dengan
pasangan/suami/istri, karena akan bermanfaat dalam:
Mencegah penularan kepada naak/pasangan
Berobat tidak perlu sembunyi-sembunyi Mencegah Drop Out
ARV
Untuk pengobatan kandidiasis oral: Diberikan
Fluconazole 2x100mg (3 hari), dilanjutkan 1x100mg
(4 hari), total: 7 hari
Rangkuman dari Guideline WHO HIV 2010 dan Pedoman ART Nasional Kemenkes
Remember! Kalau pada soalnya mendiagnosis anak usia <18 bulan, diagnosisnya
hanya dari Viral Load HIV-RNA, tidak bisa diagnosis pakai antibodi HIV karena
dapat masih merupakan antibodi dari ibunya
Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat
nodus Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul SC, pulmonal, Tofus, bursitis
kardiak, splenomegali olecranon, batu ginjal
Sumber: Daga LC, Kaul U, Mansoor A. Approach to STEMI and NSTEMI. JAPI. 2012;59:19-25
Dasar Teori
Henti jantung sirkulasi darah berhenti karena
kontraksi jantung yg tidak efektif.
Disebabkan:
VF
VT
PEA
Asistol
Gambaran Klinis:
Henti jantung
Henti napas/gasping
Tidak sadar
Pulseless Electric Activity (PEA) VT
Asystole
EKG menunjukkan asistol lakukan CPR atau
lanjutkan CPR.
Shock (defibrilasi) kontra indikasi pada asistol, PEA,
VT dengan nadi.
Pemberian epinefrin dilakukan seiring dengan CPR
Anamnesis keluarga dilakukan seiring dengan CPR
Cek refleks batang otak dilakukan seiring dengan CPR
Keyword: DO LIFE SAVING FIRST
2 Anterior V1 V4 LAD
3 Anterior ekstensif V1 V6 proximal left
coronary artery
4 Anterolateral V5 dan V6; I dan aVL left circumflex
coronary artery
5 Inferior II, III, avF right coronary artery
Asianotik Sianotik
Hipertensi Emergensi
Obat Dosis Awitan Lama Kerja
Furosemid 20-40 mg (hanya bila ada retensi 5-15 menit 2-3 jam
cairan)
Nitrogliserin Infus 5-100 mcg/menit 2-5 menit 5-10 menit
Diltiazem Bolus IV 10 mg (0,25mg/kgBB)
dilanjutkan infus 5-10 mg/jam
Klonidin 6 ampul dalam 250 ml cairan
infus, dosis titrasi
Nitropusid Infus 0,25-10 mcg/kgBB/menit Segera 1-2 menit
(maks 10 menit)
Syok kumpulan gejala akibat perfusi selular
tidak cukup asupan O2 tidak cukup utk
metabolisme
Sisi sakit
Efusi pleura Melemah Redup Menurun
tertinggal
Trakea terdorong
Pneumotoraks Melemah Hipersonor Menurun
ke sisi sehat
Trakea tertarik ke
Atelektasis Melemah Redup Menurun
sisi sakit
PPOK
PPOK adalah penyakit paru kronik yang DIAGNOSIS
ditandai oleh hambatan aliran udara di Anamnesis
saluran napas yang bersifat progresif dan Riwayat merokok, batuk berulang
nonreversibel atau reversibel parsial. produktif, sesak napas
PPOK terdiri atas: Pemeriksaan Fisis
Bronkitis kronik: Batuk kronik Inspeksi
berdahak minimal 3 bulan dalam Pursed - lips breathing
setahun, sekurang-kurangnya dua Barrel chest
tahun berturut-turut, tidak Penggunaan otot bantu napas
disebabkan penyakit lainnya. Palpasi
Emfisema: Pelebaran rongga udara Fremitus melemah, sela iga melebar
distal bronkiolus terminal disertai Perkusi
kerusakan dinding alveoli. Hipersonor
Auskultasi
Vesikuler normal atau melemah
Ronki, mengi, dan/atau ekspirasi
memanjang
PPOK
DIAGNOSIS TATA LAKSANA
Pemeriksaan Penunjang Utama: bronkodilator
Spirometri: VEP1/VEP1 prediksi Kalau perlu: terapi oksigen,
<80% atau VEP1/KVP <75% kortikosteroid, antibiotik
Foto toraks: Tidak rutin: antioksidan,
Hiperinflasi mukolitik, antitusif
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Keadaan di atas menunjukkan adanya emfisema Eksaserbasi akut
Adalah keadaan dimana terjadi:
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum
Tata laksana sama dengan PPOK, tapi
ditambah obat yang belum diberi
atau dosis ditingkatkan
Edema Paru Akut timbunan cairan di
pembuluh darah dan parenkim paru akibat
gagal jantung akut
Kriteria perawatan intensif : Penderita yang mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu
(membutuhkan ventalasi mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor
tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik
< 90 mmHg). Kriteria minor dan mayor yang lain bukan merupakan indikasi untuk perawatan Ruang Rawat Intensif.
Menurut kriteria dariThe Centers for DiseaseControl
(CDC-Atlanta),diagnosis pneumonianosokomial
adalah sebagai berikut :
1.Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat
di rumah sakit dan menyingkirkan semuainfeksi yang
inkubasinya terjadipada waktu masuk rumah sakit
2.Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas
dasar :
Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
Ditambah 2 diantarakriteria berikut:
- suhu tubuh > 38oC
- sekret purulen
- leukositosis