Anda di halaman 1dari 42

REFERAT

NONALLERGIC RHINITIS
NAMA : ARAFANI PUTRI YAMAN
PEMBIMBING : DR. RINI FEBRIANTI, SP. THT-KL

Kepaniteraan Klinik
Departemen THT-KL
BLUD RSU Kota Banjar FKK UMJ
Pendahuluan

Rhinitis nonallergic bukan penyakit tunggal dengan 1 mekanisme yang mendasari tetapi

kumpulan beberapa kondisi yang berbeda yang menyebabkan keluhan pada hidung.

Rhinitis nonallergic hampir tidak bisa dibedakan dari rhinitis alergi (AR), meskipun biasanya

keluhan gatal pada hidung dan palatum, bersin, dan iritasi konjungtiva yang kurang menonjol.

Rhinitis nonallergic dapat dan sering ada secara bersamaan dengan Rhinitis Alergi, kondisi ini

disebut Rhinitis Campuran


Rhinitis Idiopatik Rhinitis

Nonallergic Rhinitis with


Eosinophilic Syndrome
Aspirin Exacerbated
Respiratory Disease
Alergi Occupational Rhinitis (AERD)

Drug Induced Rhinitis

Non Hormon Induced


Rhinitis
Alergi Rhinitis
Medikamentosa
Atropic Rhinitis

Systemic Cause of
Infeksi Nonallergic Rhinitis

Aging and Rhinitis


Idiopatik Rhinitis
Idiopatik Rhinitis dikenal dengan beberapa istilah, termasuk noninfectious nonallergic
rhinitis, nonallergic noninfective perennial rhinitis, dan vasomotor rhinitis.

Saat alergi, obstruksi mekanik dan infeksi telah dikeluarkan dari penyebab rhinitis, maka
pasien ada diberi diagnosis Nonallergic Rhinitis.

Saat bahaya kerja (occupational hazard), iritasi lingkungan, keterlibatan hormon, nasal
eosinophilia, efek obat, perubahan usia, dan gangguan otonom telah disingkirkan, maka
diagnosis yang tersisa dari Nonallergic Rhinitis adalah Idiopatik Rhinitis
Idiopatik Rhinitis Etiologi dan Patofisiologi
Neurogenik melepaskan ko-transmiter
(Disfungsi Serabut simpatis hidung menginervasi terutama noradrenalin dan
berasal dari korda pembuluh darah mukosa neuropeptide Y
Sistem spinalis segmen Th 1-2, dan sebagian kelenjar. vasokonstriksi dan
Autonom) penurunan sekresi hidung

Neuropeptida Tonus simpatis ini berfluktuasi Dengan adanya siklus ini,


sepanjang hari yang seseorang akan mampu Serabut saraf parasimpatis berasal dari
menyebabkan adanya untuk dapat bernapas nucleus salivatori superior menuju ganglion
peningkatan tahanan rongga dengan tetap normal sfenopalatina dan membentuk n. Vidianus
hidung yang bergantian tiap 2-4 melalui rongga hidung kemudian menginervasi pembuluh darah
jam. Keadaan ini disebut yang berubah-ubah dan terutama kelenjar eksokrin.
sebagai siklus nasi.
luasnya.
Nitrit Oxide

Pada rangsangan akan terjadi


pelepasan ko-transmitter asetilkolin Rhinitis idiopatik diduga sebagai
Dalam keadaan hidung akibat ketidakseimbangan impuls
dan vasoaktif intestinal peptide
normal, persarafan saraf otonom di mukosa hidung
peningkatan sekresi hidung, yang berupa bertambahnya
Trauma vasodilatasi, hingga terjadi kongesti simpatis lebih dominan.
aktivitas sistem parasimpatis.
hidung.
Idiopatik Rhinitis Etiologi dan Patofisiologi
Neurogenik Meningkatnya
(Disfungsi Sistem rangsangan terhadap Adanya rangsangan
saraf sensoris serabut C abnormal saraf sensoris
Autonom)
di hidung

Neuropeptida
Peningkatan pelepasan
neuropeptide seperti Peningkatan
substance P dan permeabilitas vascular
calcitonin gene-related dan sekresi kelenjar
protein
Nitrit Oxide

Peningkatan respons
Trauma pada hiper-reaktifitas
hidung.
Idiopatik Rhinitis Etiologi dan Patofisiologi
Neurogenik
(Disfungsi Sistem
Autonom)

Kadar nitric oksida (NO) yang tinggi dan persisten di lapisan epitel
Neuropeptida
hidung dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau nekrosis epitel,

sehingga rangsangan non-spesifik berinteraksi langsung ke lapisan

Nitrit Oxide sub-epitel. Akibatnya terjadi peningkatan reaktifitas serabut

trigeminal dan recruitment reflex vascular dan kelenjar mukosa hidung

Trauma
Idiopatik Rhinitis Etiologi dan Patofisiologi
Neurogenik
(Disfungsi Sistem
Autonom)

Neuropeptida Rinitis idiopatik dapat merupakan komplikasi

jangka panjang dari trauma hidung melalui

Nitrit Oxide mekanisme neurogenic dan atau neuropeptide.

Trauma
Tanda dan Gejala - Diagnosis
Anamnesis
Hidung tersumbat yang sulit
disembuhkan
Diagnosis Eksklusi
Pemeriksaan Fisik
Menyingkirkan adanya rhinitis
Rhinore Rhinoskopi Anterior : edema mukosa
infeksi, alergi, okupasi, hidung, konka berwarna merah gelap
atau merah tua
Bersin dan Gatal hormonal, dan akibat obat.
Dalam anamnesis dicari faktor Salah satu tes alergi, skin prick test
atau allergen-spesific serum testing
Yang memberatkan, yang menimbulkan gejala
meringankan, riwayat CT Scan sinus dapat membantu
konsumsi obat, riwayat mengevaluasi untuk bukti sinusitis
merokok, terpapar oleh kronik atau massa pada hidung yang
potensial iritan, status tidak terlihat pada pemeriksaan
kehamilan
Terapi - Konservatif
Azelatine dan Olopatadine untuk melegakan hidung tersumbat, rinore, post nasal drip dan bersin-bersin
yang berhubungan dengan Rhinitis Idiopatik

Ipratropium bromide aqueous paling efektif digunakan untuk rhinore yang berhubungan dengan
nonallergic rhinitis, dan pilihan farmakologi yang baik pada pasien dengan keluhan awal. Rekomendasi
dosis awal 2 spray, 3-4 kali per hari, namun bila sekali efek terapi telah tercapai dosis dapat diturunkan
sekali hingga dua kali perhari

Dapat juga dilakukan cuci hidung dengan larutan garam fisiologi. Dapat dipertimbangkan diberikan
antihistamin sistemik jika bersin dan gatal menjadi keluhan mayor. Walaupun pada umumnya tidak pada
Rhinitis Idiopatik
Terapi - Operatif
Operasi dengan cara bedah beku, elektrokauter, atau konkotomi parsial konka inferior.

Vidian neurectomi sebagai upaya untuk mengurangi rinore berat pada vasomotor
(autonomic) rhinitis diduga dari stimulasi yang berlebihan dari sistem parasimpatik.
Neurektomi N. Vidianus yaitu dengan melakukan pemotongan pada n. vidianus, bila
dengan terapi sebelumnya belum memberikan hasil yang optimal.

Operasi ini tidaklah mudah, karena dapat menimbulkan komplikasi seperti sinusitis,
neuralgia, diplopia, buta, gangguan lakrimasi, mata kering, anestesis infraorbital dan
palatum
Nonallergic Rhinitis With Eosinophilia Syndrome
NARES

sindrom klinis yang gejala seperti bersin,


gatal, dan rinore berair melimpah nampak
seperti alergi namun :
Nasal Smear,
Eosinophil lebih dari
20%

Diagnosis : NARES !

ditandai dengan
tidak ada bukti adanya
atopi sistemik eosinophilia pada
nasal smear
Nonallergic Rhinitis With Eosinophilia Syndrome

NARES mewakili sekitar 15- Ada hubungan antara NARES


33% pasien dewasa dengan dengan Aspirin Exacerbated
nonallergic rhinitis. Respiratory Disease (AERD).

Beberapa laporan menyatakan


bahwa NARES adalah
Sejumlah pasien mengalami manifestasi awal dari AERD
sensitivitas aspirin dan polip di dan adanya eosinophilia harus
masa depan. diinterpretasikan sebagai
tanda intoleransi aspirin dan
polip di kemudian hari
Terapi

Kortikosteroid intranasal adalah pengobatan andalan untuk NARES dan

adanya eosinofil yang signifikan pada nasal smear merupakan tanda

respon yang baik terhadap pengobatan tersebut.

Steroid oral lebih efektif dibandingkan steroid topikal untuk meringankan

gejala anosmia pada pasien NARES.


Rhinitis Okupasional

Rhinitis terkait pekerjaan atau rhinitis kerja (occupational rhinitis)

adalah iritasi dan peradangan pada nasal karena paparan di tempat

kerja. Selain gejala utama pada hidung, iritasi pada mata, gatal

pada mata, dan batuk gejala yang umumnya terjadi pada OR.
Definisi Occupational Rhinitis
Tahun 2008 position paper dari European Academy of Allergy and Clinical immunology
(EAACI) mengajukan definisi :

Occupational Rhinitis adalah penyakit radang hidung, yang ditandai dengan gejala

intermiten atau persisten (hidung tersumbat, bersin, rinore, gatal) dan/atau variable

keterbatasan aliran udara hidung dan/atau hipersekresi karena disebabkan kondisi di

lingkungan kerja tertentu dan tidak terangsang di luar tempat bekerja


Etiologi Occupational Rhinitis
High Low
Molecular Molecular
Weight Weight
Compounds Compounds
(HMWCs) (LMWCs)

Biasanya terlalu kecil untuk menjadi


Berasal dari tanaman dan protein hewani,
imunogenik sendiri, mereka harus
hampir semua HMWC di mediasi oleh IgE
berpasangan dengan sebuah protein
terbukti menyebabkan OR.
sebagai hapten-protein complex
Contoh dari HMWCs termasuk bulu
Contoh dari LMWs adalah Diisocyanatesm
binatang, latex, butiran debu, tepung,
Anhydrides, Debu Kayu, Platinum, Obat
tungau debu, protein ikan dan makanan
(Psyllium, Spiramycin, piperacillin) dan
laut.
bahan kimia
Diagnosis Occupational Rhinitis
Dokumentasi Rhinitis Dokumentasi Rhinitis
Pemeriksaan Fisik
Riwayat Kesehatan Riwayat Pekerjaan

gejala pada hidung sudah Durasi kerja sebelum onset Pemeriksaan rhinoskopi
ada sebelumnya atau belum gejala anterior dan nasal endoskopi

Onset gejala Lama dan frekuensi paparan temuanya iritasi atau

Yang memperberat dan yang berpotensial memicu peradangan pada mukosa

meringankan rhinitis dan paparan iritan

Dampak gejala terhadap lain

produktifitas pekerjaan

Keadaan individu
Ada tiga prinsip pengobatan individual dengan OR

1. Membatasi dampak penyakit pada kesehatan individu

2. Membatasi dampak yang tidak diinginkan pada produktifitas kerja

3. Mencegah gejala tambahan yang merugikan kesehatan (occupational asthma) dari lanjutan
paparan akibat kerja

Hindari paparan penyebab rhinitis merupakan lini pertama pada OR

Pengobatan dengan irigasi saline, nasal steroid spray, dekongestan dan antihistamin dipandu
oleh prinsip-prinsip yang sama seperti di diidentifikasi pemicu alergi, dan menghindarinya,

Dapat dilakukan farmakoterapi jika tidak cukup.


Drug Induced Rhinitis
Neurogenic

Drug Induced Rhinitis


Inflammatory
adalah Rhinitis yang

diinduksi oleh obat


Idiopathic
Drug Induced Rhinitis
Beta-Bloker, Alpha adrenergic antagonis (Antihypertensi, BPH), Hydrazaline,

Neurogenic Guanethidine (Antihypertensi), Reserphine (antipsykotik dan antihipertensi),


Methyldopa (Alpha-adrenergic agonist anithipertensi), Tricylic andtidepressant,
Clonidine, Phosphodiesterase type 5 inhibitors (erectile dysfunction)

Aspirin and COX 1 inhibiting non steroid anti-inflammatory, Angiotensin-converting


Inflammatory
enzyme inhibitors (antihipertensi)

Hypnotic + Benzodiazepine, Nonbenzodiazepine (non barbiturate hypnosedatif),


Idiopathic
amiloride (potassium sparing), Apomorhine
Aspirin Exacerbated Respiratory Disease (AERD)
AERD pada Bahasa sehari-hari disebut Samters Triad

1. Sensitifitas aspirin dan cyclooxygenase isoenzyme lain (COX-1) menghambat obat


nonsteroid anti-inflamasi
2. Asma
3. Polip Nasal
4. Chronic Eosinophilic Rhinosinusitis

Yang paling akurat mengambarkan AERD adalah nonallergic hypersensitivity reaction


. . . Aspirin Exacerbated Respiratory Disease (AERD)

AERD umumnya terjadi pada awal usia dewasa antara 20 dan 40 tahun

Perbandingan 3:2 pada wanita dan laki-laki.

Gejala rhinitis sering didahului dengan gejala asma. Beberapa pasien akan

mengakui gejala rhinitis muncul setelah menggunakan obat aspirin atau NSAID
yang memicu serangan asma atau memperburuk gejala rhinitis.

Nasal polip difus yang memenuhi rongga hidung dan polip cepat kembali

setelah pembedahan reseksi


Terapi

Acute respiratory reaction karena sengaja mengonsumsi aspirin atau NSAID terapi yang

diperlukan inhalasi Beta Agonist, antihistamin sistemik, dan kortikosteroid sistemik. Jika

hipotensi, urtikaria, dan tanda lain pengeluaran histamin sistemik, dapat diberikan

intramuscular epinephrine. Untuk reaksi mata dan hidung, cukup diberikan antihistamin

oral. Pasien harus diobservasi selama beberapa jam reaksi induced aspirin dapat

berlangsung hingga beberapa jam terakhir


Rhinitis Medicamentosa
Rhinitis medikamentosa sebuah kategori khusus dimana drug induce rhinitis terjadi dengan

mekanisme yang berbeda seperti yang dipaparkan sebelumnya. Penggunaan yang berlebihan

topical nasal vasoconstrictors menimbulkan toleransi cepat atau takiplasia dengan rhinitis berat

Mukosa hidung merupakan organ yang sangat peka terhadap rangsangan atau iritan, sehingga

harus berhati-hati memakai topikal vasokonstriktor. Obat topikal vasokontriktor dari golongan

simpatomimetik akan menyebabkan siklus nasi terganggu dan akan berfungsi normal kembali

apabila pemakaian obat dihentikan


Rhinitis Medicamentosa

Pemakaian topikal vasokonstriktor yang berulang dan dalam waktu yang lama akan
Rebound menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah vasokonstriksi
Dilatation sehingga timbul gejala obstruksi. Adanya gejala obstruksi ini menyebabkan pasien lebih
sering dan lebih banyak lagi memakai obat tersebut.

Aktivitas dari tonus simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi (dekongesti mukosa


Rebound
hidung) menghilang. Akan terjadi dilatasi dan kongesti jaringan mukosa hidung. Keadaa ini
Congestion
disebut rebound kongesti
. . . Rhinitis Medicamentosa
Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian obat tetes hidung dalam waktu lama ialah :

a. silia rusak

b. sel goblet berubah ukurannya

c. membran basal menebal,

d. pembuluh darah melebar

e. stroma tampak edema

f. hipersekresi kelenjar mucus dan perubahan pH sekret hidung,

g. lapisan submucosa menebal

h. lapisan periosteum menebal.


. . . Rhinitis Medicamentosa Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda yang terjadi pada pasien adalah pasien mengeluh hidungnya

tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan tampak edema/hipertrofi

konka dengan sekret hidung yang berlebihan. Apabila diberi tampon adrenalis,

edema konka tidak berkurang.


Penatalaksanaan Rhinitis Mediamentosa
mengatasi sumbatan berulang
(rebound congestion) dapat
menghentikan pemakaian
diberikan kortikosteroid oral
obat tetes atau nasal
dosis tinggi jangka pendek dan
vasokonstriktor spray Apabila dengan cara ini
dosis diturunkan bertahap
(trapping off) tidak ada perbaikan
setelah 3 minggu, pasien
dirujuk ke dokter
kortikosteroid topikal selama 2 spesialis THT
Obat dekongestan oral
minggu untuk mengembalikan
(biasanya mengandung
proses fisiologik mukosa
pseudoefedrin).
hidung
Hormone Induced Rhinitis
Penyebab sekunder terjadinya Hidung Tersumbat (Nasal Congestion) adalah peningkatan level

estrogen dan progesteron. Hal ini diakui terjadi pada saat kehamilan. Satu dari tiga wanita

hamil memiliki gejala hidung tersumbat selama kehamilan dikemukan oleh Ellegard dan

Karlsson sebagai Hidung Tersumbat (Nasal Congestion) terjadi pada usia kehamilan 6 minggu

atau lebih tanpa adanya tanda infeksi saluran pernapasan dan tanpa diketahuinya penyebab

alergi, dan menghilang dalam 2 minggu setelah persalinan.


Hormone Induced Rhinitis

Lebih dari 65 % wanita dilaporkan mengalami hidung tersumbat beberapa kali selama

kehamilan. Hal ini biasanya menjadi lebih jelas pada trimester kedua kehamilan dan

mereda setelah kelahiran. Hal ini umumnya terjadi pada wanita multipara dibandingkan

nulipara dan tidak terpengaruh dengan usia, kebiasaan merokok ataupun body mass index
Hormone Induced Rhinitis - Terapi
Pengobatan fokus pada keseimbangan antara gejala yang terjadi pada ibu dan perkembangan janin

Irigasi salin sangat efektif untuk rhinitis pada kehamilan dan menjadi pengobatan lini pertama
sebelum dicoba terapi farmasi

Nasal cromolyn sodium adalah obat kategori B yang efektif digunakan untuk gejala rhinore,
bersin, dan gatal.

Antihistamin oral generasi pertama dan kedua termasuk dalam kategore B kecuali Fenofexadine
dan Desloratadine dimasukkan dalam kategori C.
Hormone Induced Rhinitis - Terapi

Ipratropium bromide masuk dalam kategori B namun lebih efektif digunakan khususnya
untuk Rhinore dan kurang efektif jika keluhan utama adalah hidung tersumbat

Nasal steroid semua masuk ke dalam kategori C kecuali Budesonide Aqua yang baru saja
di naik ke kategori B

Anithistamin intranasal, dekongestan oral, dekongestan intranasal, semuanya masuk


dalam kategori C dan digunakan sebagai terapi lini kedua jika gejala memberat dan tidak
responsive dengan agent lain.
Rhinitis Atropic
Rinitis atrofi merupakan infeksi hidung kronik yang ditandai oleh adanya atrofi progresif pada mukosa dan
tulang konka. Secara klinis mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering sehingga
terbentuk krusta yang berbau busuk.

Wanita lebih sering terkena, terutama usia dewasa muda. sering ditemukan pada masyrakat dengan tingkat
social ekonomi yang rendah dan sanitasi lingkungan yang buruk.

Pada pemeriksaan histopatologi tampak metaplasia epitel sel torak bersilia menjadi epitel kubik atau epitel
gepeng berlapis, silia menghilang, lapisan submucosa menjadi lebih tipis, kelenjar-kelenjar berdegenarasi
atau atrofi
. . . Rhinitis Atropic - Etiologi
1. Infeksi oleh kuman spesifik. Yang tersering ditemukan adalah spesies Klebsiella, terutama
Klebsiella ozaena. Kuman lainnya yang juga sering ditemukan adalah Stafilokokus,
Streptokokus, dan Pseudomonas aeruginosa

2. Defisiensi FE

3. Defisiensi Vitamin A

4. Sinusitis Kronik

5. Kelainan Hormonal

6. Penyakit Kolagen, yang termasuk penyakit autoimun. Mungkin penyakit ini terjadi karena
kombinasi beberapa faktor penyebab.
. . . Rhinitis Atropic Tanda dan Gejala
Keluhan napas berbau, ingus kental yang berwarna hijau, ada krusta hijau, ada
pasien gangguan penghidu, sakit kepala, dan hidung merasa tersumbat

Pemeriksaan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hiportrofi atau atrofi,
Hidung ada sekret purulent, dan krusta berwarna hijau.

Pemeriksaan pemeriksaan histopatologi yang berasal dari biopsy konka media, pemeriksaan
Penunjang mikrobiologi dan uji resistensi kuman dan CT Scan sinus paranasal
. . . Rhinitis Atropic Terapi Konservatif

antibiotika Vitamin A
berspektrum luas 3 x 50.000 IU

Cuci hidung
Preparat Fe
dengan larutan
selama 2 minggu
garam hipertonik
. . . Rhinitis Atropic Terapi Operatif
Jika dengan pengobatan konservatif tidak ada perbaikan, maka dilakukan operasi. Teknik
operasi antara lain operasi penutupan lubang hidung atau penyempitan lubang hidung dengan
implantasi atau dengan jabir osteoperiosteal. Tindakan ini diharapkan akan mengurangi
turbulensi udara dan pengeringan sekret, inflamasi mukosa berkurang, sehingga mukosa akan
kembali menjadi normal. Penutupan rongga hidung dapat dilakukan pada nares anterior atau
pada koana selama 2 tahun. Untuk menutupi koana dipakai flap palatum.

Akhir-akhir ini bedah sinus endoskopi fungsiona (BSEF) sering dilakukan pada kasus rhinitis
atrofi. Dengan melakukan pengangkatan sekat-sekat tulang yang mengalami osteomyelitis,
diharapkan infeksi tereradikasi, fungsi ventilasi dan drenase sinus kembali menjadi normal,
sehingga terjadi regenerasi mukosa
Nonallergic Rhinitis karena Penyakit Sistemik
Inflammatory of Immunologic Condition Structural of mechanical conditions Other

Wegener Granulomatosis Choanal atresial Extraesophageal Reflux

Sarcoidosis Deviated septum Parkinson Disease

Systemic Lupus Erythematous Enlarge adenoids

Churg-Strauss Foreign Bodies

Relapsing Polychondritis Nasal Polyps

Amyloidosis Nasal Tumors

Immunodeficiency Ciliary Diskinesia

NK/ T-Cell Lyphoma CSF Leak

Chronic Lymphomatic Leukimia


Aging and Rhinitis
struktur
Memasuki usia perubahan
kartilago hidung
60-70 tahun mukosa hidung
melemah

geriatric rhinitis polifarmasi


atau senile pada dewasa
rhinitis tua
Aging and Rhinitis
penurunan aliran
mikrovaskular

mukosa hidung menjadi nasal dryness dan


lebih atropi dengan tersumbat karena efek
Penuaan samping obat kronik seperti
kehilangan kelenjar serosa diuretic, beta bloker,
submucosa dan goblet sel anxiolytics, dan antivertigo

Kelemahan dalam mendukung tulang rawan hidung yang berkaitan


dengan kehilangan kolagen
gejala obstruksi aliran udara hidung
Aging and Rhinitis - Terapi

Target terapi pada geriatric rhinitis Saline spray dan irigasi tetap terapi
berfokus pada meningkatan utama. Ditambahkan mucolytic
kelembapan hidung dan sebagai guaifenesin yang dapat
membersihkan mukosiliaris. membantu sekresi nasal

Anda mungkin juga menyukai