Anda di halaman 1dari 57

KROMOSOM MANUSIA NORMAL DAN

KELAINAN KROMOSOM
Kromosom
Struktur seperti benang/tongkat yang terlihat pada
sel yang sedang membelah
Berisi molekul DNA dan protein yang membawa
informasi penurunan sifat (hereditas) suatu
organisme.

Kromatin
Material yang membentuk kromosom yaitu :
DNA
Protein : histon
non histon
Ditemukan pada inti sel eukariota dan mitokondria
Dari Kromosom - Protein
Jumlah Kromosom
Berbeda untuk setiap species
Tidak berhubungan dengan ukuran besarnya

Jumlah Kromosom Manusia :


Terdiri atas : 22 pasang kromosom autosom
1 pasang kromosom seks yaitu:
XX pada wanita
XY pada pria
Diploid (2n = 46) : pada sel somatik
Haploid (n = 23) : pada sel germinal
sel sperma & sel telur
Indikasi Klinik Yang Perlunya Analisis Kromosom :
1. Hambatan pertumbuhan, perkembangan awal,
malformasi ganda, hambatan tinggi tubuh, genitalia
meragukan, dan retardasi mental.
2. Kematian saat lahir atau neonatus.
3. Masalah kesuburan/fertilitas.
Wanita amenorrhoe, pasutri dengan riwayat
infertilitas (3-6%), dan abortus habitualis.
4. Riwayat keluarga dengan abnormalitas kromosom.
5. Neoplasia sel kanker dengan kelainan kromosom.
6. Wanita hamil pada usia lanjut.
Adanya peningkatan resiko kelainan kromosom
pada fetus.
Analisis Kromoson Dilakukan Dengan Mengkultur Sel Dari :

1. Darah tepi (peripheral blood)


memerlukan 3-4 hari kultur.
2. Biopsi kulit
menghasilkan kultur fibroblast
3. Lekosit
spesifik limfosit T membentuk limfoblastoid
4. Sumsum tulang
digunakan untuk diagnosis keganasan hematologis.
5. Fetal cells
berasal dari cairan amnion (amniosentesis)
dan biopsi villi khorialis.
Kromosom Manusia
Identifikasi kromosom
Kromosom diidenfikasi dengan prosedur pewarnaan
Pewarnaan banding/pita/corak kromosom yang
umum digunakan adalah G banding (Giemsa).

Metoda Lainnya :

1. Q banding (Quinacrine)
Untuk identifikasi sekuens pada lengan panjang
kromosom Y.
2. R banding (Reverse)
Untuk identifikasi kelainan kromosom diujung/distal
kromosom.
3. C banding (Centromere)
Untuk identifikasi kelainan pada daerah sentromer.

4. Banding resolusi tinggi (prometafase banding).


Untuk identifikasi kelainan struktur kromosom.

5. FISH (Fluorescence in situ Hybridization)


Teknik pemeriksaan ada/tidaknya gen/sekuen DNA
tertentu pada kromosom, dengan bantuan probe/pelacak
spesifik.
Penggolongan Kromosom Manusia
(Klasifikasi Denver)

C
A B

F G
E
D
PENYAKIT KELAINAN GENETIK (PKG)

PKG Kromosom
1. Kelainan Numerik : Perubahan pada jumlah kromosom
A. Set Kromosom
B. Kromosom Autosom
C. Kromosom Seks
2. Kelainan Struktur : Delesi, adisi, atau gabungan
3. Kelainan Mosaik : Kromosom tidak merata di sel tubuh
Pada sel berbeda, berbeda materi genetiknya
1. Kelainan Numerik
A. Set Kromosom (Ploiditas)
1. Euploid
Triploid
Tambahan kromosom paternal.
Pada kelainan plasenta Hydatiiform moles (mola).
Tambahan kromosom maternal
abortus spontan pada awal kehamilan.
Tetraploid diduga kegagalan pada cleavage zigot.
2. Aneuploid
Monosomi umumnya letal, kecuali monosomi
kromosom X 45, X (sindrom Turner)
Trisomi
Trisomi 21 Sindrom Down
Trisomi 18 Sindrom Edward
Trisomi 13 Sindrom Patau
Triploid
Disjunction - Nondisjunction
1. Kelainan Numerik

B. Kelainan Autosom :
1. Trisomi 21 (Sindrom Down) (47,XX/XY + 21)
Insidensi Kelahiran 1 : 700
Fenotip :
Retardasi mental, IQ : 25 50
Jarak mata lebar (hipertelorisme)
Hidung datar dengan pangkal pipi
Tangan/jari pendek, terdapat simian crease
Ada kelainan jantung
Sindrom Down (Trisomi 21)
Simian Crease
Sindrom Down (Trisomi 21)
Variasi Sindrom Down
1. Robertsonian Translocation
4% dari kasus sindrom Down,
Mempunyai 46 kromosom, kromosom 21q bertranslokasi
ke kromosom 14/akrosentrik.
Konstitusi kromosomnya 46, XX/XY, rob(14;21),+ 21;
atau translokasi 21q21q (46,XX/XY, rob(21q;21q).

2. Mozaik Sindrom Down


Mempuyai kromosom mosaik
(sebagian 46 dan sebagian lagi 47)
Variasi Sindrom Down
A. Kelainan Autosom Lanjutan.

2. Trisomi 13 (47, XX/XY + 13) (Sindrom Patau)


Insidensi Kelahiran : 1 : 20.000
Fenotip :
Bibir sumbing/bercelah
Malformasi sistem saraf pusat (retardasi mental berat)
Retardasi pertumbuhan
Low set ears
Memiliki garis simian
Kelainan jantung bawaan
Trisomi 13 (Sindrom Patau)
A. Kelainan Autosom Lanjutan.

3. Trisomi 18 (Sindrom Edward) (47, XX/XY +18)


Insidensi Kelahiran 1 : 8.000
Sering dijumpai pada jaringan abortus
Fenotip
Retardasi mental
Malformasi kongenital multi organ
Dagu kecil dan mulut segitiga
Low set ears
Daya hidup rendah, maksimal 2 bulan
(90% < 6 bulan).
Trisomi 18 (Sindrom Edward)
1. Kelainan Numerik
C. Kelainan Kromosom Seks
Genotip Jenis kelamin Kelainan
XY Laki-laki -
XX Wanita -
XXY Laki-laki Sindrom Klinefelter
XYY Laki-laki Sindrom super male
XO Wanita Sindrom Turner
XXX Wanita Sindrom superfemale

Drs. H. Yurnadi M.Kes.


C. Kelainan Kromosom Seks Lanjutan.

Tanda Klinis Pada Kelainan Kromosom Seks

Retardasi mental
Kelainan pertumbuhan
Umumnya dapat hidup mandiri
Kecuali sindrom Turner, umumnya berfenotip
normal
Prognosis pada kelainan euploid dan mozaik
umumnya lebih baik
C. Kelainan Kromosom Seks Lanjutan.
1. Sindrom Klinefelter
Kariotip umumnya 47,XXY
Kromatin X dan Y Positif (+)
Insiden 1 : 600 bayi laki-laki lahir hidup (USA)
Fenotip :
Postur tubuh tinggi kurus (>170 cm), tungkai kaki panjang
Gynecomastia
Testis kecil, dengan biopsi :
Hialinisasi tubulus seminiferus, tidak ada spgenesis,
azoospermia, sel Leydig sedikit
Libido menurun (hypogonadism)
Steril/infertil (Ciri seks sekunder tidak berkembang)
IQ biasanya rendah (Retardasi mental).
Beberapa pasien dijumpai gangguan kesulitan belajar.
Aspek penurunan ND pada oogenesis atau spgenesis
Varian : 48,XXXY; mosaik 46,XY/47,XXY atau 46,XY/48,XXXY.
Sindrom Klinefelter Drs. H. Yurnadi M.Kes.
C. Kelainan Kromosom Seks Lanjutan.
2. Sindrom Turner
Kariotip umumnya 45,X0.
Kromatin seks (X dan Y) negatif (-)
Insiden 1 : 2.500 kelompok perempuan
Fenotip :
Postur tubuh pendek (130 cm)
Webbed neck, edema pada kaki
Cubitus vagus
Dada rata, mamae (-)
Coartation aorta dan defek skeletal
Genitalia eksterna infantil
Klitoris hipertrofi
Rambut axilla dan pubis (-)
Streak gonads, Ovarium dysgenesis, amenore primer, steril
IQ : normal (< rata-rata normal).
Aspek penurunan ND selama oogenesis Meiosis I
Varian Mosaik : 45,X/46,XX (15%); 45,X/47,XXX; dll
Drs. H. Yurnadi M.Kes.
Sindrom Turner
C. Kelainan Kromosom Seks Lanjutan.
3. Sindrom Y- Ganda
Kariotip umumnya 47,XYY
Kromatin X (-) dan Y (++)
Insiden 1 : 1.000 kelompok laki-laki
Fenotip :
Postur tubuh tinggi (>180 cm)
Raut muka asimetris
Telinga cenderung lebih panjang
2-4% dalam LP dan Mental Hospital
Tingkah laku eksplosif, hiperaktif, agresif, dan psikopat
Perkembangan seks normal, testosteron normal
IQ 90 (10-15 < rata-rata normal)
Aspek penurunan ND pada spgenesis meiosis II
Varian - Mosaik : 47,XYY/47,XXY atau 47,XYY/49,XXXYY.
C. Kelainan Kromosom Seks Lanjutan.

4. Sindrom X Ganda
Kariotip umumnya 47,XXX.
Fenotip :
Postur tubuh tinggi.
Beberapa pasien mengalami kesulitan belajar.
Infertil
Beberapa psikopatologi, antisosial sangat jarang.
IQ : rendah (< rata-rata normal).
Kromatin X : positif ganda; kromatin Y : negatif.
Umumnya akibat ND meiosis I (M I) maternal
Variasi kariotip: 47,XXX atau 48,XXXX atau 49,XXXXX.
C. Kelainan Kromosom Seks Lanjutan.

5. Sindrom XX (Laki-laki 46,XX)


Kariotip 46, XX
Insidens 1 : 20.000 bayi laki
1:25 laki-laki kromatin positif
Fenotip :
Fenotip laki-laki
Testis mengalami hialinisasi
Kelainan pada meiosis sehingga terjadi pindah silang
(crossing over) gen Testis determining Factor (TDF)
dari kromosom-Y ke kromosom-X
Sindrom XX

Drs. H. Yurnadi M.Kes.


2. Kelainan Struktur
1. Delesi (del)
2. Duplikasi (dup)
3. Translokasi (t)
4. Disentrik (dic)
5. Insersi (ins)
6. Inversi (inv)
7. Isokromosom (I)
8. Kromosom cincin/ring (r)
Jenis2 Kelainan Struktur
Pericentric Inversion
2. Kelainan Struktur Lanjutan.
1. Sindrom Cri du Chat
Le Jeune et al. (1963/64)
Delesi (denovo) lengan pendek kromosom 5 (5p-, reg 14-15).
Sering menimbulkan kematian bayi
Insidensi relatif jarang 1 : 50.000 kelahiran
Fenotip :
Microcephaly
Moonlike face
Mulut kecil (mandibula) dan melebar
Hipertelorisme
Hidung lebar berbentuk lempeng
Low set ear
Retardasi mental berat, IQ < 35
Dapat hidup mencapai dewasa
Sindrom Cri du Chat
Sindrom Cri du Chat
2. Kelainan Struktur Lanjutan.

2. Sindrom de Grouchy (18p-)


De Grouchi 1963 (18p-)
Delesi (denovo) lengan pendek kromosom 18 (18p-)
Fenotip :
Berat lahir < normal
Wajah bulat
Low set ear
Mulut melebar
Retardasi mental
Dapat hidup mencapai dewasa
Carries dentis
2. Kelainan Struktur Lanjutan.

3. Sindrom de Grouchy (18q-)


De Grouchi 1964 (18q-)
Delesi (denovo) lengan panjang kromosom 18 (18q-).
Fenotip :
Berat lahir < normal
Low set ear
Retardasi mental
Dapat hidup mencapai dewasa
Letak mata dalam
Hipertelorisme
Carries dentis
2. Kelainan Struktur Lanjutan.

4. Sindrom Ring Kromosom 18 (18r).


Kromosom membentuk cincin (Ring; 18r).
Fenotip :
Berat lahir < normal
Low set ear
Retardasi mental
Letak mata dalam
Hipertelorisme
Kelainan jantung bawaan
Microcephaly
Kromosom Cincin
2. Kelainan Struktur Lanjutan.

5. Sindrom Azoospermia Factor (AZF a, b, c)


(Microdeletion Y Chromosome)
Aberasi struktur kromosom seks
Delesi lengan panjang kromosom Y
DAZ (Delete Azoospermia Factor)
Azoospermia Factor C
Kelainan Gonad Dan Perkembangan Seksual
Kesulitan penentuan seks akibat genilitalia meragukan
(Ambiguous)

1. Hermafrodit (hermaphroditsm)
Terdapat testis dan ovarium atau dalam bentuk
ovotestis.
Genitalia ambiguous : hipospadia, perbesaran
klitoris
Kariotip:46,XX/46,XY
2. Pseudohermafrodit Wanita (female pseudohermaphroditsm)
Terdapat ovarium atau gonad pada satu seks saja.
Genitalia ambiguous : perbesaran klitoris, fusi labia majora
menyerupai kantong scrotum.
Umumnya akibat hiperplasia adrenal kongenital,
menimbulkan defek enzim yang dibentuk kelenjar adrenal,
dibutuhkan biosintesis kortisol untuk virilisasi.
Ovarium berkembang normal, namun produksi androgen.
Kariotip:46,XX.
Hiperplasia adrenal menyebabkan defisiensi 21-hidroksilase,
menghambat normal pathway biosintesis, menyebabkan
overproduction precursors, yang diperlukan dalam pathway
androgen biosynthesis, menyebabkan peningkatan
androgen yang abnormalitas (tinggi).
Adrenal Hiperplasia
3. Pseudohermafrodit pria (male pseudohermaphroditsm)
Bentuk dari androgen insensitivity.
A. Defiensi 5-alfa reduktase.
Enzim ini berperan dalam konversi testosteron menjadi
dihidrotestoteron.
Feminisasi genetalia eksterna : mikropenis, vagina buntu
Kariotip:46,XY.
Testis berkembang normal.

B. Feminisasi Testis (Testicular feminization; androgen


insensitivity syndrome).
Kelainan gen reseptor androgen (rangkai X dominan).
Testis dalam abdomen atau kanal inguinal.
Memiliki vagina tetapi buntu.
Drs. H. Yurnadi M.Kes.

Pseudohermaphfrodite ()

1. Pseudohermaphrodites have either


testicular or ovarian tissue,
but not both
2. Generally the tissue is rudimentary
3. External genitalia are often
ambiguous
4. Some are genetically female,
but may look like males
5. Some are genetically male,
but may look like females and lead
normal female sex lives
Drs. H. Yurnadi M.Kes.
Sindrom Feminisasi Testis
Referensi :

1. Thompson & Thompson, 2001 : Genetics in Medicine Edt 6th,


Nussbaum, McInnes, and Willard. WB.Saunders Comp.

2. Thompson & Thompson 1991 : Genetics in Medicine Edt 5th,


WB.Saunders Comp.

3. Thompson& Thompson 1980 : Genetics in Medicine Edt 3th,


WB.Saunders Comp.

4. Strickberger, M 1976 : Genetic Edt 2nd, McGrawhill.


Drs. H. Yurnadi M.Kes.

Anda mungkin juga menyukai