PENDAHULUAN
TB masih merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia.
Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan kasus TB terbanyak di
dunia
Permasalahan TB anak di Indonesia Penegakan diagnosis
Sejak tahun 2005 sistem skoring TB anak disosialisasikan dan
direkomendasikan sebagai pendekatan diagnosis
Permasalahannya : Tidak semua fasyankes di Indonesia mempunyai
fasilitas uji tuberkulin dan pemeriksaan foto thorax yang merupakan dua
parameter yang ada di sistem skoring Banyak dijumpai
underdiagnosis TB anak
Semakin meningkatnya jumlah kasus TB resisten obat (TB RO) pada
dewasa sumber penularan bagi anak
EPIDEMIOLOGI TB PADA ANAK
T
Sakit TB Infeksi TB B
Komplikasi kompleks primer
Komplikasi penyebaran hematogen Imunitas optimal P
Komplikasi penyebaran limfogen R
I
M
Kalau imunitas turun,
Reaktivasi/reinfeksi
E
R
Sembuh Sakit TB
Sembuh Meninggal
ALUR DIAGNOSIS TB PADA ANAK
Penegakan diagnosis TB pada anak didasarkan pada 4 hal yaitu :
1. Konfirmasi bakteriologis TB
Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan meskipun dengan perbaikan gizi yang
adekuat
Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam umumnya
tidak tinggi.
Batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting, dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan. Batuk tidak membaik dengan pemberian antibiotika atau obat asma (sesuai
indikasi).
a. Tuberkulosis kelenjar
Biasanya di daerah leher (regio colli)
Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) tidak nyeri, konsistensi kenyal,
multiple dan kadang saling melekat (konfluens).
Ukuran besar (lebih dari 2x2 cm), biasanya pembesaran KGB terlihat jelas
bukan hanya teraba.
Tidak berespon terhadap pemberian antibiotika
Bisa terbentuk rongga dan discharge
b. Tuberkulosis otak dan selaput otak, sistem skeletal, mata, kulit (skrofuloderma), organ
lain
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS
3. BIAKAN/UJI KEPEKAAN
Media padat: hasil biakan dapat diketahui 4-8 minggu
Media cair: hasil biakan bisa diketahui lebih cepat (1-2
minggu), tetapi lebih mahal.
CARA MENDAPATKAN
SPESIMEN ANAK
TB PARU
Berdahak langsung
Bilas lambung
Induksi sputum
aman untuk anak semua umur
TB EKSTRAPARU
Aspirasi KGB
Cairan serebrospinal
INDUKSI
SPUTUM
Alat dan bahan:
- nebulizer
- masker inhalasi
- NaCl3%
- Salbutamol dan
saline
- pulse oximetry
- ekstraktor mukus
- pot dahak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. UJI TUBERKULIN
Pemeriksaan serologi TB (misalnya IgG TB, PAP TB, ICT TB, Mycodot, ELISA, A60,
38kD, dsb).
Direktur Jenderal BUK Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran pada bulan
Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode serologi untuk penegakan
diagnosis TB.
ALUR DIAGNOSIS TB ANAK
Revisi tahun 2016
Ada akses foto rontgen toraks Tidak ada akses foto rontgen
TB anak dan/atau uji tuberkulin*) toraks dan uji tuberkulin
terkonfirmasi
bakteriologis
Terapi OAT
ALUR
DIAGNOSIS
TB ANAK Ada akses foto rontgen toraks
dan/atau uji tuberkulin*)
Tidak ada akses foto rontgen
toraks dan uji tuberkulin
2016
Menetap Menghilang
TB anak klinis
Bukan TB
Terapi OAT
ALUR
DIAGNOSIS
TB ANAK Ada akses foto rontgen toraks
dan/atau uji tuberkulin*)
Tidak ada akses foto rontgen
toraks dan uji tuberkulin
2016
TB anak klinis
Menetap Menghilang
Baru
Riwayat Pernah diobati sebelumnya
pengobatan Riwayat pengobatan tidak diketahui
Sensitif
Hasil uji Resistan (monoresistan, poliresistan, multidrugs resistant (MDR),
kepekaan extensive drugs resistant (XDR), resistan rifampisin (RR)
Negatif
Status HIV Positif
Tidak diketahui
Pengobatan TB
pada Anak
TUJUAN
Menyembuhkan
Mencegah kematian atau kecacatan
Mencegah kekambuhan
TUJUAN Mencegah terjadinya resistansi obat
&
Mencegah transmisi TB & reservasi sumber infeksi
PRINSIP PRINSIP
1. OAT diberikan dalam paduan obat, tidak boleh monoterapi.
2. Pengobatan setiap hari.
3. Pemberian gizi adekuat.
4. Mencari dan menatalaksana penyakit penyerta
REJIMEN
Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan
TB paru BTA negatif 2HRZ 4HR
TB Kelenjar
Efusi pleura TB
TB paru BTA positif 2HRZE 4HR
TB paru dengan kerusakan luas
TB ekstraparu (selain TB Meningitis dan
TB Tulang/sendi)
TB Tulang/sendi 2HRZE 10 HR
TB Millier
TB Meningitis
DOSIS & EFEK SAMPING OBAT
Dosis harian Dosis
Nama Obat (mg/kgBB/ maksimal Efek samping
hari) (mg /hari)
(KDT) Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal
(sesuai umur).
Berat 2 bulan 4 bulan OAT KDT diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah atau digerus)
badan RHZ (RH
(kg) (75/50/150) (75/50) Obat dapat ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable), atau
dimasukkan air dalam sendok (dispersable).
57 1 tablet 1 tablet
Obat ditelan saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah
8 11 2 tablet 2 tablet makan
12 16 3 tablet 3 tablet
Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak boleh
17 22 4 tablet 4 tablet melebihi 10 mg/kgBB/hari
23 30 5 tablet 5 tablet
Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat
>30 OAT dewasa tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer
PEMBERIAN
KORTIKOSTEROID
Pada kondisi :
TB meningitis,
sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
perikarditis TB.
TB milier dengan gangguan napas yang berat,
efusi pleura
TB abdomen dengan ascites.
Sering digunakan:
Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dosis maksimal 60 mg/hari
selama 4 minggu.
Tappering off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis: tappering off setelah 4 minggu.
PIRIDOKSIN
Isoniazid dapat menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatik, terutama
pada anak dengan malnutrisi berat dan anak dengan HIV yang mendapatkan
ARV.
Suplementasi piridoksin (510 mg/hari) direkomendasikan pada HIV positif, dan
malnutrisi berat.
NUTRISI
Malnutrisi berat berhubungan dengan mortalitas TB.
Penilaian yang cermat dengan mengukur berat, tinggi, lingkar lengan atas
atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi seperti edema atau muscle
wasting.
ASI tetap diberikan
Pemberian makanan tambahan selama pengobatan
PEMANTAUAN PENGOBATAN PASIEN TB ANAK
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan yang
Sembuh hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu
pemeriksaan sebelumnya.
Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah satu
Pengobatan lengkap pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja apabila selama dalam pengobatan
Gagal diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau sedang dalam
pengobatan.
Putus berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang pengobatannya terputus selama 2
(loss to follow-up) bulan terus menerus atau lebih.
Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya. Termasuk dalam kriteria ini adalah
pasien pindah (transfer out) ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak
diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab kegagalan
terapi.
Jika:
anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di fase
lanjutan DAN menunjukkan gejala TB beri pengobatan kembali mulai dari
awal.
anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2 bulan di fase
lanjutan DAN menunjukkan gejala TB lanjutkan sisa pengobatan sampai
selesai.
Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko terjadinya TB kebal
obat akan meningkat.
PEMBERIAN
PP INH
PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN
ISONIAZID PADA ANAK
Prinsip
Diberikan kepada kontak yang tidak terbukti sakit TB. Prioritas pemberian
pengobatan pencegahan adalah anak balita dan anak dengan infeksi HIV positif
semua usia.
Tujuan
Menurunkan beban TB pada anak. Efek perlindungan pengobatan pencegahan
dengan pemberian selama 6 bulan dapat menurunkan risiko TB pada anak tersebut
di masa datang.
MENGAPA ANAK PERLU DIBERIKAN
PROFILAKSIS?
Sekitar 50-60% anak yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa dengan BTA
sputum positif, akan terinfeksi TB
2. Efek samping
1. Pantau gejala: Lesu, nafsu makan kurang, demam menetap >2 minggu dan atau
keringat malam, batuk menetap >3 minggu, pembengkakan di leher, diare menetap >
2 minggu
2. Pantau Berat Badan (BB) sesuai grafik CDC WHO. Waspadai arah garis
pertumbuhan BB pada grafik (tidak ada kenaikan, ada penurunan, atau naik tidak
sesuai arah garis).
3. Periksa apakah ada pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak dan inguinal,
serta gejala TB di organ lain.
HASIL AKHIR PEMBERIAN PP INH
Pengobatan Menyelesaikan pengobatan pencegahan
lengkap INH selama 6 bulan
Anak yang terinfeksi HIV dan berkontak dengan pasien TB aktif dewasa dan terbukti tidak
sakit TB, mendapat pengobatan pencegahan dengan Isoniazid 10 mg/kgBB selama
minimal 6 bulan.
Di daerah dengan prevalensi TB tinggi seperti Indonesia, anak terinfeksi HIV berusia lebih
dari 12 bulan yang tidak mempunyai gejala TB dan tidak berkontak dengan pasien TB
diberikan pengobatan pencegahan INH selama 6 bulan .