Billi Kinesya
Karin Amalia Sabrina
Isma Dewi Masithah
World Health Organization. Immunization. Update 2016. Diunduh dari http://www.who.int/topics/immunization/en/ diakses 30 Agustus 2016.
Centers for Disease Control and Prevention. Immunization The Basics. Updated : September 25, 2014: Diunduh dari https://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/imz-basics.htm Diakses 30 Agustus 2016
2
Pemberian antibodi spesifik
Proteksi segera setelah pemberian
Imunisasi Imunitas akan menghilang dengan berjalannya waktu
Pasif Contoh : pemberian HBIg pada bayi yang lahir dengan ibu
HBsAg positif
Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2014, h 6-7.
3
Berkontribusi
untuk
pertumbuhan
Tidak Menurunkan ekonomi
Pertahanan Cost Menurunkan angka kejadian
berbahaya -> angka dengan
tubuh effective -> penyakit dan
reaksi serius kesakitan membuat
seumur murah dan pada akhirnya
sangat dan biaya mengeradikasi fungsi fisik,
hidup efektif
jarang terjadi pengobatan suatu penyakit kognitif, dan
pendidikan
menjadi lebih
baik
MANFAAT IMUNISASI
BULETIN
WHO,2008
4
Kekebalan individu pemutusan rantai
penularan penyakit dari anak ke anak lain/
kepada orang dewasa yang hidup
bersamanya keuntungan sosial
Keuntungan sosial?
5-20% dari anak-anak yang tidak
diimunisasi juga akan terlindung,
disebut herd immunity (kekebalan
komunitas).
5
Basis Imunologi Vaksinasi
6
Innate Immunity
Kulit dan Membran Mukosa
Sel Fagosit
Remove debris (garbage men)
Macrophages, Neutrophils, Monocytes
Natural Killer Cells
Lymphocytes yang membunuh sel terinfeksi
Complement System
7
Two Types of Antigen Presenting Cells (APCs)
GENERAL PROFESSIONAL
APC APC
Seluruh Sel Macrophages,
Sel Dendritik
8
General APCs &
CD8+ T-Cells
9
Professional APCs
CD4+ Th1-Cells
10
Professional APC
CD4+ Th2-Cells
11
Jenis Vaksin
Vaksin Hidup
(live attenuated)
Vaksin Mikroba Utuh
(whole cell)
Vaksin Inaktif
Protein
(inactivated)
Fraksi Mikroba
Polisakarida
Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2014, h 6-7.
12
Jenis Imunisasi
Dasar
Rutin
Lanjutan
Wajib Tambahan
Imunisasi
Pilihan Khusus
Kemenkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
13
Jadwal imunisasi rekomendasi KEMENKES
0 bulan HepB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DTP-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DTP-HB,Hib 2, Polio 3
4 bulan DTP-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
18 bulan DTP-HB-Hib
24 bulan Campak
Kelas 1 SD Campak
DT
Kelas 2 SD Td
Kelas 3 SD Td
Kemenkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
14
Ikatan Dokter Anak Indonesia.2014. Jadwal Imunisasi 2014. diunduh dari : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014
15
17
Imunisasi Dasar
Hepatitis B
-Vaksin inaktif, mengandung antigen virus Hep B (HBsAg), dihasilkan dari biakan
sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA.15
--Dosis : 0,5 ml (usia <10 tahun) dan 1 ml (usia >10 tahun). Diberikan secara
intramuskular (IM), di anterolateral paha pada bayi dan anak dan di daerah deltoid
pada dewasa.8
15. Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, penyunting.
pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
18
Hepatitis B
-Kontraindikasi: Riwayat anafilaksis setelah vaksinasi Hepatitis B sebelumnya,
ikterus, kehamilan.8
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, penyunting.
pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
19
BCG
Vaksin beku kering, mengandung Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan
(Bacille Calmette Guerin), strain Paris (vaksin hidup). 8
Tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya9
Dosis : 0,05 ml, secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio m.
deltoideus 5
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
9. National Population and Family Planning Board. Indonesian Demographic and Health Survey 2012. Ministry of Health; 2013.
5. WHO, UNICEF, World Bank. 2009. State of the worlds vaccines and immunization. 3rd edition. Geneva: World Health Organization.
20
BCG
-Suntikan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan abses dan jaringan parut.
-Kontraindikasi:
1. Anak yang menderita TB atau uji tuberkulin (+)
2. Adanya penyakit kulit berat/menahun
3. Anak dengan HIV asimptomatis/simptomatis, imunokompromais (pengobatan
kortikosteroid), maupun imunosupresif.
4. Penderita gizi buruk. 8
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
21
DTP
-Suspensi koloidal homogen putih susu dalam vial gelas, mengandung toksoid
tetanus murni, toksoid difteri murni, dan bakteri pertusis yang diinaktivasi, yang
terabsorbsi dalam aluminium fosfat. Termasuk vaksin bakteri inaktif.8
-Terdapat 2 macam vaksin DTP, yaitu DTwP (whole-cell pertussis) dan DTaP
(acellular pertussis).8
-Dosis: 0,5mL secara intramuskular. 5
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
5. WHO, UNICEF, World Bank. 2009. State of the worlds vaccines and immunization. 3rd edition. Geneva: World Health Organization.
22
DTP
-Setiap ml mengandung: toksoid difteri yang dimurnikan (40Lf), toksoid tetanus
yang dimurnikan (15Lf), pertusis yang diinaktivasi (24OU), aluminium fosfat 3mg,
timerosal 0,1mg (pengawet). 8
-Kontraindikasi:
1. Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya
2. Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
23
Hib
-Vaksin Hib tersedia dalam bentuk monovalen, yang berisi PRP-T (capsular
polysaccharide polyribosyl ribitol phosphate-konjugasi dengan protein tetanus)
dalam kemasan prefilled syringe dan kombinasi, seperti: DTwP-Hib, DTaP-Hib.8
-Dosis: diberikan sebanyak 0,5 ml secara intramuskular.15
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
15. Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
24
Polio
Terdapat 2 kemasan vaksin polio:
1. OPV adalah vaksin yang mengandung virus polio hidup (strain Sabin) yang
dilemahkan dalam sediaan vial disertai pipet tetes.
2. IPV adalah vaksin yang mengandung virus polio inaktif (Salk) yang dapat
diberikan tersendiri maupun dalam kemasan kombinasi.5
5. WHO, UNICEF, World Bank. 2009. State of the worlds vaccines and immunization. 3rd edition. Geneva: World Health Organization.
25
Polio
-Dosis:
1. OPV: 1 dosis=2tetes, 1 tetes=0,1 mL.
2. IPV: IPV : 0,5 mL IM anterolateral paha. 15
-Kontraindikasi:
Reaksi alergi berat terhadap komponen vaksin
15. Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
26
Campak
-Live attenuated vaccine, merupakan vaksin beku kering berwarna kekuningan
pada vial gelas, yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut yang telah disediakan
secara terpisah. 8
-Dosis: 0,5 mL secara subkutan.
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
27
Campak
-Kontra indikasi:
1. Imunodefisiensi primer, kanker/transplantasi organ.
2. Pengobatan imunosupresif jangka panjang.
3. Anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan
bukan merupakan kontraindikasi.15
15. Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
28
Kontraindikasi:
1. Gangguan imunitas, terapi sinar/mendapat steroid dosis tinggi (ekuivalen
dengan 2mg/ kgbb / hari prednisolone)
2. Alergi berat terhadap gelatin/neomisin.
3. Anak yang mendapatkan vaksin hidup lain, imunisasi MMR ditunda kurang
lebih 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir.
4. Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian
immunoglobulin atau transfusi darah (whole blood).7
7. Centers for Disease Control and Prevention. Immunization The Basics. Updated : September 25, 2014:
Diunduh dari https://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/imz-basics.htm Diakses 30 Agustus 2016
.
29
Catch Up Immunization
Bila imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal vaksin belum menghasilkan
respon yang optimal perlu dilengkapi (catch up immunization)
Jadwal catch up immunization
Vaksin Keterangan
Hepatitis B Individu yang belum divaksin harus mendapat 3 dosis
Untuk anak usia 11-15 tahun direkomendasikan dua dosis formula
dewasa (jarak antar pemberian minimal 4 bulan)
DTP Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia <12 bulan,
lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun
intervalnya.
Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian
ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian
ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.
Ali Musa D. Jadwal Imunisasi Tidak Teratur. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 74-77.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015. Melengkapi / Mengejar Imunisasi. Diunduh dari : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii
30
Jadwal catch up immunization
Vaksin Keterangan
Polio Pemberian tidak diulang dari awal namun dilanjutkan dan
dilengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun interval
keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
OPV maupun IPV diberikan sebagai satu serial (4 dosis)
Campak Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila
saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun. Bila anak
berusia >1 tahun, berikan MMR
Haemophillus Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1
Influenzae type B kali. Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena
penyakit ini hanya menyerang anak dibawah usia 5 tahun
BCG Imunisasi BCG terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan. Apabila >3
bulan perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Pemberian
imunisasi lanjutan (booster) tidak dianjurkan.
Ali Musa D. Jadwal Imunisasi Tidak Teratur. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 74-77.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015. Melengkapi / Mengejar Imunisasi. Diunduh dari : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii
31
Imunisasi Pilihan
Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
32
Nama Jenis Vaksin Indikasi & Kontraindikasi Jadwal
Pneumokokus Vaksin polisakarida Anak dengan resiko tinggi PCV sesuai umur dan
23 valen (PPV23) menderita IPD (invasive pada umur 2 tahun
dan vaksin konjugasi pneumococcal disease) diberikan PPV23 diulang
10 serta 13 valen setiap 3-5 tahun.
(PCV 10 & PCV 13)
Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
33
Nama Jenis Vaksin Indikasi & Kontraindikasi Jadwal
Hepatitis A Strain virus yang Mempunyai efikasi proteksi Diberikan pada anak > 2
terdiri dalam vaksin : sebesar 95%. Tidak boleh tahun, diberikan 2 kali
strain GBM, Strain diberikan pada individu yang dengan interval 6-18 bulan
HM175, strain CR mengalami anafilaksis setelah setelah imunisasi pertama
326F imunisasi pertama
Influenza Terdiri dari Trivalent Direkomendasikan pada anak Mulai umur 6 bulan.
inactivated vaccine sehat umur > 6 bulan, anak Imunisasi ulangan
dan Trivalent live dengan penyakit kronik, dilakukan setiap tahun
attenuated imunodefisiensi, anak yang
tinggal bersama, petugas
kesehatan, pengasuh anak
Kontraindikasi :
hipersensitivitas
Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
34
Nama Jenis Vaksin Indikasi & Kontraindikasi Jadwal
Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
35
Vaksin Kombinasi
Pentavalen
-Kombinasi DTP-HB-Hib, berupa suspensi homogen mengandung toksoid difteri, tetanus
murni; bakteri pertussis inaktif; antigen permukaan Hepatitis (HBsAg) murni; komponen Hib
yang merupakan hasil konjugasi antara sub unit polisakarida dari kapsul Haemophilus
Influenza tipe b dengan toksoid tetanus.6
-Dosis: 0,5 mL secara IM.
6. World Health Organization. Immunization. Update 2016. Diunduh dari http://www.who.int/topics/immunization/en/ diakses 30 Agustus 2016.
36
Pentavalen
Komposisi dari vaksin ini adalah setiap dosis vaksin (0,5mL) mengandung:
1. Toksoid difteri murni 20 Lf (30 IU)
2. Toksoid tetanus murni 7,5 Lf (60 IU)
3. B. pertussis yang diinaktivasi 12 OU (4 IU)
4. HBsAg 10 mcg
5. Konjugat Hib 10 mcg
6. Aluminium fosfat 0,33 mg
7. Thimerosal 0,025 mg.7
7. . Centers for Disease Control and Prevention. Immunization The Basics. Updated : September 25, 2014: Diunduh dari
https://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/imz-basics.htm Diakses 30 Agustus 2016
37
Pentavalen
Kontraindikasi:
1. Hipersensitif terhadap komponen vaksin/reaksi berat terhadap dosis vaksin sebelumnya
merupakan kontraindikasi absolut terhadap dosis berikutnya.
2. Kejang/gejala kelainan otak pada bayi baru lahir/kelainan saraf serius lainnya merupakan
kontraindikasi permanen terhadap pertusis. Vaksin tidak akan membahayakan individu
yang sedang atau sebelumnya telah terinfeksi virus hepattis B.20
7. . Centers for Disease Control and Prevention. Immunization The Basics. Updated : September 25, 2014: Diunduh dari
https://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/imz-basics.htm Diakses 30 Agustus 2016
38
MMR
-Vaksin untuk mencegah mumps, measles, rubella.
-Diberikan terutama pada populasi dengan insidensi yang tinggi.
-Dosis: 0,5 mL secara subkutan. 15
15. Soedjatmiko., Gunardi, H., Sekartini, H., Medise, B E. 2015. Intisari Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
39
KIPI
Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi dalam jangka waktu 1 bulan setelah
imunisasi baik berupa :
- efek vaksin ataupun
- efek samping,
- toksisitas,
- reaksi sensitivitas,
- efek farmakologis, atau
- kesalahan program,
- koinsidensi,
- reaksi suntikan, atau
- hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
40
Gejala KIPI
Gejala klinis KIPI timbul secara cepat maupun lambat dan gejala local, sistemik, reaksi
susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya.
41
42
Tabel 2.8 Penyebab Karena Tatalaksana Program
43
44
Penyimpanan Vaksin
Vaksin Stabilitas pada berbagai temperature penyimpanan
0C 2-8C 22-25C 35-37C >37C
BCG kering Tahan 12 bulan Berkurang Berkurang, Berkurang 73% dalam 3 hari
sampai - 25-40% hanya 2-3
20C setelah 2 minggu
bulan
BCG Tidak boleh Tahan Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
terlarut disimpan sampai 3
beku jam
DtaP, DTwP, Rusak pada DT sampai DT sampai DT sampai 1 DT stabil 2 minggu pada 45C berkurang dalam
DT temperatur 18-24 4-6 bulan, minggu, pertusis beberapa hari pada 53C dalam beberapa jam pada
e <0C & bulan, pertusis berkurang 50% 60-65C. Pertusis berkurang 10% sehari pada 45C,
>25C pertussis berkurang dalam 1 minggu rusak pada 50C
berkurang dalam 2
potensi minggu
secara
lambat
45
Penyimpanan Vaksin
Vaksin Stabilitas pada berbagai temperature penyimpanan
0C 2-8C 22-25C 35-37C >37C
Hepatitis B Rusak, tidak Stabil 2 tahun Stabil 30 hari Stabil 7 hari Stabil 3 hari
boleh dipakai
OPV (polio oral) Stabil 2 tahun Stabil Stabil1 minggu Informasi (-) Masih poten dalam 24
jam
Campak/MMR Stabil Stabil 2 tahun Stabil 1 bulan Stabil 1 minggu Berkurang, 50%
kering dalam 2-3 hari pada
41C, 80% pada 54C
Campak/MMR Rusak, tidak Terlindung dari Berkurang 50% Labil dalam 2-7 jam, Inaktif dalam 1 jam,
terlarut boleh dipakai cahaya stabil dalam 1 jam, sensitif terhadap sinar sensitif terhadap sinar
dalam 8 jam, 70% dalam 3
sebaliknya jam. Sensitif
hanya tahan 1 terhadap sinar
jam
Hib Kering, stabil, Stabil Stabil sampai Informasi (-) Informasi (-)
PRP-T tidak boleh 24 bulan pada
beku 25C
8. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014, h 6-7.
46
Penyimpanan Vaksin
Cold Chain
47
Vaccine Vial Monitor
48
Kesimpulan
49
Kesimpulan
50
TERIMA KASIH
51