Anda di halaman 1dari 49

Resume Dokumen Rencana Tata

Ruang Kota Jambi


Tahun 2010 - 2030
Bab I : Pendahuluan

Rencana pemekaran dari 8 kecamatan menjadi 11 kecamatan


Kecamatan lama

Rata-rata luas
Luas Wilayah Jumlah
No Kecamatan wilayah per
(km2) Kelurahan
kelurahan (km2)
1 Kota Baru 77.8 10 7.78
2 Jambi Selatan 34.07 9 3.79
3 Telanaipura 30.39 11 2.76
4 Jambi Timur 20.21 10 2.02
5 Danau Teluk 15.7 5 3.14
6 Pelayangan 15.29 6 2.55
7 Jelutung 7.92 7 1.13
8 Pasar Jambi 4.02 4 1.01
Jumlah 205.4 Rata-rata 3.02
Rencana kecamatan baru

Luas Wilayah
No Kecamatan Persentase
(km2)
1 Kota Baru 40.39 22.71
2 Pelayangan 26.60 14.96
3 Jelutung 24.08 13.54
4 Putri Ayu 19.45 10.94
5 Jambi Selatan 15.41 8.66
6 Jambi Timur 14.52 8.16
7 Alam Barajo 12.94 7.28
8 Danau Teluk 7.74 4.35
9 Telanaipura 7.61 4.28
10 Mekar Jaya 7.37 4.15
11 Pasar Jambi 1.70 0.96
Total 177.82 * 100.00

Ket : * = terdapat perbedaan dengan luas wilayah sebelum penambahan kecamatan,


perlu penjelasan lebih lanjut dari pemkot Jambi
Pelayangan
Danau teluk (26,6)
(7,74)
Jambi timur
(14,52)
Telanaipura
(7,61) Putri ayu
(19,45) Jelutung
Jambi
(24,08) Mekarjaya
Selatan
(7,37)
(15,41)

Kota baru
Alam barajo (40,39)
(12,94)

Pasar jambi (1,7)


Penggunaan lahan
Kilang minyak disebut sebagai tipe penggunaan lahan dengan
persentase kecil
No. Landuse Luas (km2) Persentase (%)
1 Danau 3,6790 2,07
2 Hutan 32,1777 18,10
3 Jalan 6,6750 3,75
4 Kebun 50,1481 28,20
5 Lapangan (bandara) * 35,4448 19,93
6 Makam 0,3391 0,19
7 Sawah 5,0445 2,84
8 Sungai 7,5763 4,26
9 Taman 0,8519 0,48
10 Industri 1,0151 0,57
11 Kilang * 0,0025 0,001
12 Landasan 0,4003 0,23
13 Permukiman 34,4585 19,38
Total 177,82 100,00
Analisis penggunaan lahan
Kawasan budidaya terdiri dari:
Perumahan yang dapat dirinci perumahan kepadatan tinggi, rumah
kepadatan sedang dan rumah kepadatan rendah.
Kawasan perdagangan dan jasa diantaranya perdagangan tradisional,
pusat perbelanjaan, pertokoan modern.
Kawasan perkantoran yang terdiri dari perkantoran pemerintahan dan
swasta
Kawasan industri yang terdiri dari industri rumah tangga dan indusri
ringan
Kawasan pariwisata yang terdiri dari wisata budaya, alam dan buatan.
Kawasan ruang terbuka non hijau
Kawasan evakuasi bencana
Kawasan perdagangan informal
Kawasan untuk peruntukan lainnya, antara lain pertanian,
pertambangan (disertai persyaratan yg ketat), dan pelayanan umum
Pertambangan tidak utamakan dan harus dengan izin yang
ketat
Sarana kesehatan dan pendidikan
Sarana kesehatan

Rumah Puskesmas
No Kecamatan Puskesmas Posyandu Apotik
Sakit Pembantu
1 Kota Baru 1 4 6 92 12
2 Jambi Selatan 1 5 7 88 7
3 Jelutung - 2 4 47 15
4 Pasar Jambi 1 1 1 16 16
5 Telanaipura 2 3 8 88 25
6 Danau Teluk - 1 3 14 -
7 Pelayangan - 1 3 12 -
8 Jambi Timur 3 3 6 81 15
Jumlah 8 20 38 438 90
Harus diperhatikan apabila akan ada relokasi skala besar karena
menyangkut kepentingan banyak orang
Sarana pendidikan
No Kecamatan SD SMP SMU
1 Kota Baru 28 10 7
2 Alam Barajo 16 3 7
3 Jambi Selatan 28 8 8
4 Mekar Jaya 27 9 5
5 Jelutung 24 8 7
6 Pasar Jambi 7 3 2
7 Telanai Pura 20 3 2
8 Putri Ayu 28 12 11
9 Danau Teluk 11 3 3
10 Pelayangan 9 3 2
11 Jambi Timur 38 9 10
Jumlah 236 71 64
Sistem infrastruktur gas
Direktorat Gas Bumi BPH Migas telah menghasilkan Kajian
Pembentukan Kota Gas Jambi
Secara sistematis gas dari Pipa Transmisi eksisting Grissik Duri atau
Grissik Singapura akan dipasok memenuhi kebutuhan Kota Jambi
Rekayasa infrastruktur yang akan dilakukan ialah pada km 117,4 pipa
transmisi Grissik Duri atau Grissik Singapura untuk jalur pipa dari
Tapping point ke Kecamatan Kota Baru, Telanaipura, Jelutung, dan
Pasar Jambi
Kecamatan Jambi Timur dan Jambi Selatan akan terakses Tapping Point
dari km 111 pipa transmisi Grissik Duri atau Grissik Singapura
Pembangunan yang dilakukan:
Pembangunan pipa distribusi dari tapping point ke masing-masing kecamatan
prioritas dengan panjang keseuruhan 586,776 km
Pipa dinas dari pipa distribusi ke masing masing rumah tangga dengan panjang
keseluruhan 468,036 km.
Jumlah Volume Gas
Kecamatan
Jalur Pipa Rumah MMSCF/
Prioritas (m3/bulan) MMSCFD
Tangga bulan

Kota Baru 19.838 495.950 17.514 0,584

Telanaipura 13.754 343.850 12.143 0,405


1
Jelutung 11.663 291.575 10.297 0,343

Pasar Jambi 2.093 52.325 1.848 0,062

Sub Total 47.348 1.183.700 41.802 1,394


Jambi
13.682 342.050 12.079 0,403
Timur
2
Jambi
16.976 424.400 14.987 0,500
Selatan
Sub Total 30.658 766.450 27.066 0,903
Total 78.006 1.950.150 68.868 2,297
Sistem transportasi rel kereta api
Dalam PP 26/2008 rencana tata ruang wilayah nasional, terdapat
rencana pembangunan jaringan kereta api yang melewati wilayah Kota
Jambi
Disebutkan bahwa jaringan kereta api yang melewati Kota Jambi
merupakan jaringan kereta api yang akan menjangkau sampai dengan
kawasan Negara ASEAN lainnya (Trans Sumatra Railway System)
Berdasarkan hasil Studi Pra Desain Pembanguan Rel Kereta Api Trans
Lintas Jambi Batas Sumatera Selatan, dapat diketahui bahwa lokasi
trase rel KA Lintas Jambi-Batas Sumsel mencakup 1 wilayah
administrasi Kelurahan dan 4 wilayah administrasi desa, yaitu:
Kel. Kenali Asam Atas Kec. Kota Baru Kota Jambi
Desa Pondok Meja Kec. Mestong Kab Muaro Jambi
Desa Sebapo Kec. Mestong Kab Muaro Jambi
Desa Sukamaju Kec. Mestong Kab Muaro Jambi
Desa Suka Damai Kec. Mestong Kab Muaro Jambi
Adapun pada bagian wilayah Provinsi Sumatera Selatan berbatasan langsung
dengan wilayah administrasi Desa Sekurun Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten
Musi Banyu Asin.
Pada hasil simpulan akhir Studi Pra Desain Pembanguan Rel Kereta Api
Trans Lintas Jambi Batas Sumatera Selatan mendefinisikan trase
jaringan kereta api sebagai berikut :
Trase Kereta Api melalui Kelurahan Kenali Asam Bawah (Kota Jambi) dengan melalui
Desa Pondok Meja, Sebapo, Suka Maju, Ibru, dan Suka Damai (titik akhir rencana
jalan Kereta Api).
Posisi awal trase berada di Kelurahan Kenali Asam dengan koordinat 1o4030 LS
dan 103o3664 BT dan posisi akhir trase di Desa Suka Damai dengan koordinat
1o5155 LS dan 103o3613 BT.
Rencana pendirian Stasiun meliputi Stasiun Kenali Asam dengan jenis Stasiun Besar
dan Lokasi STA di 0+000 (Kota Jambi), serta Stasiun Tempino dan Stasiun Suka
Damai sebagai stasiun kecil.
Pada lokasi STA 0+000 akan yang berlokasi di Kelurahan Kenali Asam Bawah akan
terdapat perlintasan tanpa penutup, adapun pada desa-desa di Kabupaten Muara
Jambi juga akan terdapat perlintasan dengan/tanpa penutup
Analisis ekonomi Kota Jambi
Kota Jambi yang merupakan ibu kota provinsi Jambi tidak mempunyai
potensi yang besar dalam sektor pertambangan antara lain minyak,
gas dan batu bara. Sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan,
Kota Jambi mempunyai potensi pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta jasa lainnya.
Peluang investasi di Kota Jambi:
Perdagangan & Jasa
Pengembangan Kawasan Hutan Kota, Teluk Kenali
Pengembangan Agribisnis
Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Kerajinan Rakyat
Lokasi yang ditawarkan bagi pembangunan industri pengolahan hasil pertanian dan
kerajinan rakyat tersebar di Kecamatan Danau Teluk, Pelayangan, Jambi Timur, Kota
Baru dan sebagian kecamatan lain
Bab II : Tujuan, Kebijakan dan Strategi

Kota Jambi dalam tata ruang nasional


Dalam sistem perkotaan nasional yang diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (PP Nomor 26 Tahun 2008), Kota Jambi ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Artinya bahwa Kota Jambi merupakan pusat kegiatan yang melayani
daerahnya sendiri dan daerah sekitarnya, bukan saja di dalam Provinsi Jambi
saja tetapi juga melayani provinsi yang berbatasan dengan Provinsi Jambi
Dalam Sistem Infrastruktur berdasarkan RTRW Nasional tersebut, beberapa
arahan untuk Kota Jambi adalah sebagai berikut:
Bandara yang terdapat di Kota Jambi merupakan bandara pusat penyebaran tersier.
Bandara ini mengalami tahap pengembangan.
Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dengan trase Indralaya Betung
(Simpang Sekayu) Tempino Jambi. Pengembangan jalan ini akan dirancanakan
perwujudannya pada program jangka menengah tahap II
Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan jalur Jambi Rengat yang akan
diwujudkan pada program jangka menengah tahap III
Rencana pembangunan jalur kereta api trans sumatera railway.
Penetapan Wilayah Sungai Batanghari sebagai wilayah sungai strategis nasional
yang perlu diperhatikan peran dan fungsinya sebagai konservasi sumber daya air,
pendayagunaan SDA, serta perlunya upaya pengendalian terhadap daya rusak air
Rencana Tata Ruang Nasional mengatur Kota Jambi berdasarkan rencana pola
ruang dilihat dari kawasan lindung, menjadi beberapa fungsi yaitu:
Cagar alam berupa Cagar Alam Cempaka.
Taman Hutan Raya berupa Taman Hutan Raya Thaha Saifuddin
Sebagai bagian dari kawasan andalan Muara Bulian Timur Jambi dan Sekitarnya,
yang mana beberapa bagian wilayah di Kota Jambi termasuk kedalam kawasan
andalan ini karena memiliki sektor unggulan industri pengolahan dan pariwisata

Kota Jambi dalam tata ruang pulau sumatera


Di dalam Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera, Kota Jambi ditetapkan menjadi
PKN dengan fungsi pelayanan sebagai Jasa Pemerintahan, Perkebunan,
Pertanian Tanaman Pangan, Pertambangan, Industri, Perdagangan dan
Pariwisata
Strategi pengembangan Kota Jambi menurut Rencana Tata Ruang Pulau
Sumatera adalah:
Diarahkan sebagai kota berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah Pulau yang
berorientasi mendorong pertumbuhan produksi wilayah propinsi
Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi sektor perdagangan dan jasa,
perkebunan, industri dan pariwisata.
Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kota (jalan,
persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar Nasional
Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
Memantapkan aksesibilitas Kota Jambi menuju Kota Rengat di Riau, Muara Bulian,
dan Kota Palembang selaku kota berfungsi PKN di Provinsi Sumsel melalui
peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat.
Memantapkan kerjasama ekonomi dengan kota-kota dunia yang menjadi tujuan
kegiatan export import, khususnya kota-kota yang masuk dalam lingkup
Kerjasama Ekonomi Sub- Regional Indonesia Malaysia Thailand (KESR IMT-GT),
Asia Pasifik, dan kawasan lainnya.
Mengembangkan fasilitas akomodasi wisata alam (ekowisata) bertaraf nasional
dengan memanfaatkan potensi taman-taman nasional Berbak dan Bukit Tiga Puluh.
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan
produktivitas masyarakat Kota Jambi.
Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumberdaya di Kawasan Andalan Muara Bulian dsk.
Mengembangkan kawasan industri pengolahan, khususnya untuk industri migas
dan kelapa sawit
Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota
Kota Jambi dalam tata ruang provinsi
Arahan
Peningkatan fungsi Kota Jambi menjadi Kota Metropolitan dengan strategi :
Menetapkan kota-kota yang mendukung system Kota Metropolitan Jambi
Meningkatkan keterkaitan system jaringan transportasi yang menghubungkan kota-kota
dalam system Metropolitan Jambi
Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan perkotaan Metropolitan Jambi
sesuai hirarki pelayanan
Pengembangan dan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut dan
udara dalam rangka menunjang kegiatan koleksi dan distribusi barang/penumpang di
Pelabuhan Laut Kuala Tungkal dan Muara Sabak serta di Bandar Udara Sultan Thaha
Struktur ruang
Penetapan Kota Jambi sebagai PKN didalam RTRWN telah diakomodir didalam
RTRW Provinsi Jambi. Berikut adalah arahan fungsi Kota Jambi di dalam RTRW
Provinsi Jambi
Hirarki Pelayanan Peranan dan Fungsi Pusat Kegiatan Keterangan
PKN 1. Pusat pemerintahan provinsi Ibukota Provinsi
2. Pusat perdagangan dan jasa regional Jambi
3. Pusat distribusi dan kolektor barang dan jasa
4. Industri
5. Pusat transportasi
6. Pendidikan tinggi
7. Perumahan skala besar
Infrastruktur transportasi darat
Jaringan Jalan Arteri Primer
Lintas Timur Sumatera, yang menghubungkan Provinsi Sumatera
Selatan dan Riau yang dimulai dari Batas Sumsel Tempino Kota
Jambi Sengeti Merlung - Pelabuhan Dagang batas Riau. Jalur ini
merupakan konsentrasi pergerakan mobilitas terbesar terutama
pergerakan antar provinsi di Provinsi Jambi bagian Timur
Lintas penghubung (Feeder Road), menghubungkan wilayah-wilayah
dalam Provinsi Jambi. Jalur ini terdiri dari:
Jalur Jambi Simpang Lagan Kuala Tungkal
Jalur Jambi Simpang Lagan Muara Sabak
Jalur Jambi Jembatan Batang Hari 2 Muara Sabak
Jaringan Jalan Kolektor Primer
Menghubungkan pusat-pusat produksi dengan kota pusat pelayanan
(ibu kota kabupaten) dan sarana pemasaran (pelabuhan). Umumnya
ruas kolektor primer di Provinsi Jambi berstatus Jalan Provinsi yaitu :
Jambi Muara Sabak
Jambi Suak Kandis Rantau Rasau Nipah Panjang
Jalan Tol
Jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jaringan jalan
tol di wilayah Provinsi Jambi direncanakan sebabagi berikut :
Ruas Indralaya Betung (Simpang Sekayu) Tempino Jambi
Ruas Jambi Rengat
Kereta Api
Rencana pembangunan jaringan angkutan Kereta Api Provinsi Jambi
merupakan bagian dari Rencana pembangunan jaringan Kereta Api
Sumatera (Sumatera Railway) yang menghubungkan:
Batas Sumatera Barat Muara Bungo Muara Tebo - Muara
Tembesi Muara Bulian - Jambi Muara Sabak
Batas Sumatera Selatan Tempino - Jambi Sengeti Rantau Badak
Pekan Baru
Jambi Batanghari Sarolangun
Terminal
Rencana pengembangan terminal Tipe A di Kota Jambi
Pelabuhan Sungai
Didalam RTRWP Kota Jambi, akan dikembangkan pelabuhan sungai di
Kota Jambi
Bab III : Rencana Struktur Ruang

Rencana distribusi penduduk


Dengan asumsi luas Kota Jambi tetap 20,538 km2
Dibagi menjadi daerah kepadatan tinggi ( > 30.000 jiwa/km2), sedang
(10.001 30.000 jiwa/km2) dan rendah ( < 10.000 jiwa/km2)
Nama Kecamatan Rencana Kepadatan Penduduk Maksimal Keterangan
Kota Baru 14.000 Kepadatan sedang
Alam Barajo 13.000 Kepadatan sedang
Jambi Selatan 27.000 Kepadatan sedang
Mekar Jaya 15.000 Kepadatan sedang
Jelutung 18.000 Kepadatan sedang
Pasar Jambi 10.000 Kepadatan rendah
Telanaipura 35.000 Kepadatan tinggi
Putri Ayu 100.000 Kepadatan tinggi
Danau Teluk 2.700 Kepadatan rendah
Pelayangan 2.300 Kepadatan rendah
Jambi Timur 25.000 Kepadatan sedang
Rencana struktur ruang Kota Jambi
Nama BWK Pusat/Sub Pusat Delineasi BWK Luas (Ha) Fungsi Utama
BWK Kota Baru Pusat Pelayanan Kota Baru Kecamatan Jelutung dan 2284,71 Ha pemerintahan,
sebagian Kota Baru permukiman, perdagangan
dan jasa, dan perkantoran
BWK Telanaipura Pusat Pelayanan Kota Kecamatan Telanaipura 2368,66 Ha pemerintahan,
Telanaipura permukiman, perkantoran,
pendidikan dan pariwisata
BWK Angso Duo Pusat Pelayanan Kota Angso Kecamatan Pasar Jambi 280,07 Ha perdagangan dan jasa
Duo
BWK Alam Barajo Sub Pusat Pelayanan Kota Sebagian Kecamatan 3302,41 Ha permukiman, perdagangan
Alam Barajo Kota Baru dan jasa
BWK Talang Gulo Sub Pusat Pelayanan Kota Sebagian Kecamatan 2509,05 Ha pemadu moda,
Talang Gulo Kota Baru dan Jambi perdagangan,
Selatan pergudangan, dan
permukiman
BWK Jambi Timur Selatan Sub Pusat Pelayanan Kota Kecamatan Jambi Timur 3302,41 Ha industri, perdagangan dan
Talang Banjar dan Sebagian jasa, serta permukiman
Kecamatan Jambi
Selatan
BWK Jambi Kota Seberang Sub Pusat Pelayanan Kota Kecamatan Danau Teluk 2514,3 Ha permukiman dan pariwisata
Olak Kemang dan Pelayangan
Rencana sistem jaringan prasarana
Jaringan transportasi
Rencana pengembangan sistem transportasi darat, sungai, dan penyebrangan di
Kota Jambi diarahkan terutama melalui pengembangan jaringan prasarana dan
sarana jalan, rel kereta api, simpul transportasi (stasiun dan terminal) maupun
dermaga bagi keperluan angkutan barang maupun penumpang
Prinsip-prinsip dalam penyusunan rencana sistem transportasi di Kota Jambi, adalah
sebagai berikut:
keseimbangan pembangunan wilayah
keterpaduan sistem transportasi lokal (dalam Kota)
minimasi Biaya atau memanfaatkan kondisi eksisting secara optimal
minimasi Konflik guna lahan baik dengan penduduk maupun dengan instansi
Rencana struktur jaringan jalan di Kota Jambi pada dasarnya akan mengikuti
rencana struktur kota, berikut ialah substansi rencana tersebut :
Pola Jalan Kota Jambi akan ditegaskan dengan pola jaringan jalan arteri mengelilingi Kota
Jambi dan dihubungkan oleh jalan kolektor
Pengembangan jaringan jalan Kota Jambi juga harus dapat mengakomodasi kepentingan
regional yang lebih luas. Dalam hal ini diketahui bahwa terdapat substansi
pengembangan Rencana Jalan Bebas Hambatan pada PP 26/2008 RTRW Nasional : Jalur
Jambi Rengat.
Peningkatan ruas jalan kolektor untuk menghubungkan jalan arteri primer di Jambi
timur Talang Banjar Kawasan Angso Duo
Pengembangan ruas jalan kolektor untuk menghubungkan ruas jalan arteri primer
di Jembatan Batang Hari I Kecamatan Danau Teluk Kecamatan Pelayangan
Jembatan Batang Hari II
Penyesuaian geometri jaringan jalan raya
Penyeragaman minimal terhadap lebar jalan untuk setiap kelas jalan yang sama
Peningkatan agar ketentuan geometri jalan dan ruang milik jalan sesuai dengan amanat
PP 34/2006 mengenai jalan.
Hal ini termasuk antisipasi terhadap perkembangan perumahan dan permukiman saat ini
dan di masa datang yang membentuk suatu jalan lingkungan yang kemudian
terhubungkan dengan jaringan jalan.
Berikut ketentuan umum untuk ragam jenis jalan di Kota Jambi :
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
(enam puluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
(empat puluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima)
meter.
Penentuan kelas jalan lokal dan lingkungan bagi ruas ruas di luar jalan arteri dan
kolektor.
Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeliharaan kemampuan Jembatan Batang hari I
dan Jembatan Batang hari II.
Pengembangan jembatan penghubung antara Kecamatan Pelayangan dan
Kecamatan Angso Duo dengan memadukan konsep jembatan gantung dengan
memadukan konsep penyebrangan wisata.
Implementasi penyesuaian simpang simpang jalan yang berdekatan, sebagai
berikut : Simpang 106 107, Simpang 175 153, Simpang 137 138, Simpang 121
109, Simpang 122 123, Simpang 113 114, dan Simpang 116 117.
Kebijakan penyediaan gedung parkir pada kawasan kawasan padat untuk
menghilangkan parkir on street yang mengurangi level of service jalan..
Kebijakan pengosongan Daerah Milik Jalan (Damija) dari Pedagang Kaki Lima untuk
menjaga level of service jalan.
Rencana pengembangan simpul simpul transportasi darat untuk Kota
Jambi mencakup sarana terminal dan stasiun kereta api sebagai
berikut :
Pembangunan Stasiun Besar Kota Jambi di Kelurahan Kenali Asam, Kecamatan Kota
Baru
Optimasi pemanfaatan Terminal Alam Barajo (Tipe A) dan Terminal Truk Pasar
Induk, Kecamatan Kota Baru
Peningkatan kelas Terminal Rawasari (Kecamatan Pasar Jambi) dan Pal 10
(Kecamatan Kota baru) dari Tipe C menjadi Tipe B
Penataan Terminal Rawasari (Kecamatan Pasar Jambi), Pal 10 (Kecamatan Kota
Baru), dan Simpang Kawat (Kecamatan Telanaipura)
Penyediaan Terminal Tipe C di Sijenjang (Jambi Timur), Tangkit (Jambi Selatan), Villa
Kenali, dan Danau Teluk (peningkatan dari sub terminal).
Penyediaan sub terminal pendukung untuk bongkar muat barang di Pal 10 dan
Danau Teluk (menyatu dengan Terminal yang ada), Simpang Rimbo, Angso Duo
(menyatu dengan Relokasi Pasar Angso Duo), serta di Jambi Selatan (terkoneksi
dengan Bandara Sultan Thaha)
Sistem transportasi darat Kota Jambi juga akan dilengkapi dengan pengembangan
jaringan rel kereta api yang merupakan bagian dari jaringan lintas Jambi Sumatera
Selatan
Pengembangan ini merupakan ketentuan pengembangan struktur ruang wilayah
Pulau Sumatera yang diatur dalam RTRW Nasional, RTRW Pulau Sumatera, dan
RTRW Provinsi Jambi
Trase rel kereta api dalam Provinsi Jambi mencakup Kelurahan Kenali Asam Bawah
(Kota Jambi), Desa Sebapo, Desa Sukamaju, dan Desa Sukadamai (Kecamatan
Mestong, Kabupaten Muaro Jambi).
Titik awal rencana trase kereta api Provinsi Jambi akan berada di Kelurahan Kenali
Asam Bawah (Kota Jambi) sekaligus sebagai koordinat pendirian Stasiun Besar Kota
Jambi (1o4030 LS dan 103o3664 BT) yang akan dikembangkan terpadu dengan
Terminal Truk dan Pasar Induk Regional.
Adapun guna lahan yang terpengaruhi pengembangan trase yang berada di Kota
Jambi, yakni segmen 0 5+1000, mencakup permukiman (3.785 m2), belukar dan
rawa (18.922 m2), dan perkebunan (192.117 m2). Pada guna lahan yang terlalui
jaringan rel kereta api perlu dilakukan pengaturan garis sempadan rel kereta api.
Prasarana energi
Rencana pengembangan prasarana minyak mencakup substansi perencanaan
untuk Depot Pertamina, Lapangan Minyak Kenali Asam Atas, SPBU, serta
jaringan perpipaan minyak
Produksi dari lapangan tersebut mencakup 637.436 barel (Tahun 2005),
657.253 barel (Tahun 2006), 574.421 barel (Tahun 2007), serta 660.550 barel
(Tahun 2008)
Berikut ialah rencana pengembangan prasarana minyak di Kota Jambi :
Optimasi pemanfaatan Depot Pertamina di Kecamatan Jambi Timur dan Depot
Pertamina Bandara di Kecamatan Jambi Selatan, serta penyesuaian guna lahan di
sekitar depot agar dapat meminimasi resiko yang mungkin ditimbukan dari
kegiatan depot.
Pengaturan kegiatan dan guna lahan budidaya (ekonomi maupun sosial) yang
berada di dalam kawasan Lapangan Minyak Kenali Asam Atas yang dikelola oleh PT
Pertamina EP, dengan didorong ruang terbuka hijau di sekitar lapangan tersebut.
Pengaturan izin lokasi pendirian SPBU pada rencana yang lebih detail sesuai dengan
standar pendirian yang berlaku
Pengawasan dan pemeliharaan jaringan perpipaan yang ada disertai pemasangan
rambu rambu peringatan keberadaan jaringan pipa minyak
Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan
kaki
Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki pada
dasarnya mencakup penyediaan dalam rencana pembentukan ruang pejalan kaki di
sisi jalan, ruang pejalan kaki di sisi air, ruang pejalan kaki di kawasan
komersial/perkantoran, ruang pejalan kaki di ruang terbuka hijau, ruang pejalan
kaki di bawah tanah, dan ruang pejalan kaki di atas tanah
Berikut ialah rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan
kaki :
Penyesuaian geometri jaringan jalan kolektor dan arteri di dalam Kota Jambi
dilengkapi dengan penyediaan prasarana pejalan kaki, agar dapat mengurangi
hambatan samping yang mungkin terjadi tanpa adanya prasarana tersebut.
Pada sisi air berupa sungai, anak sungai, ataupun danau yang penggunaan lahan di
sekitarnya merupakan guna lahan budidaya akan perlu disediakan prasarana
pejalan kaki; seperti implementasi yang telah terjadi di Jembatan Makalam,
Kecamatan Pelayangan, dan sebagainya.
Pada kawasan komersial dan perkantoran seperti di Telanaipura, Kota Baru, Angso
Duo akan dikembangkan prasarana pejalan kaki yang merata sehingga dapat
sinergis apabila terdapat kebijakan pengembangan gedung parkir yang akan
mendorong jumlah pejalan kaki pada kawasan kawasan tersebut.
Dalam pengembangan ruang terbuka hijau akan mengandung substansi pengadaan
prasarana pejalan kaki yang mengakses seluruh ruang dalam RTH, dan sebagainya.
Dalam hal pengembangan prasarana pejalan kaki, maka diharapkan ketentuan
perancangan ruang yang lebih detail dapat melengkapi prasarana dengan street
furniture representatif, seperti pemisahan jalur pejalan kaki dan sepeda, halte,
bangku, rambu rambu, tempat sampah, dan sebagainya.
Bab IV : Rencana Pola Ruang

Rencana taman kota


Pengembangan penyediaan Hutan Kota di Kota Jambi pada dasarnya
mengandung prinsip optimasi potensi hutan kota yang ada saat ini
Salah satunya adalah Taman Hutan Pinus Pal 11 yang merupakan hutan kota yang
dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jambi
Taman ini berlokasi di Kelurahan Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru dengan
luas wilayah 10,00 Ha

No Nama Hutan Kota Luas (Ha) Lokasi


1 Taman Hutan Kota Muhammad 11.00 Kel. Kenali Asam Bawah, Kec Kota
Sabki Baru
2 Hutan Pinus Pal 10 10.00 Kel. Kenali Asam Bawah, Kec Kota
Baru
3 Hutan Rengas Danau Teluk Kenali 187.705 Kec. Telanaipura
4 Hutan Makam Cina 15,5 Kec. Kota Baru
Jumlah 224,205
Rencana perumahan
Arahan pengembangan kawasan perumahan di Kota Jambi akan terdiri
atas perumahan dengan kepadatan tinggi, sedang dan rendah
Kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi dan sedang dibatasi
pada lahan yang telah diidentifikasi sebagai kawasan perumahan di
Kecamatan Telanaipura, Kota Baru, Pasar Jambi, Jelutung, Jambi Timur,
dan Jambi Selatan
Tahun 2030
Jumlah Penduduk Proyeksi Jumlah Kebutuhan Unit Kebutuhan Lahan Perumahan
Kecamatan
Eksisting (2010) Penduduk Rumah (1 KK = 5 jiwa) (1 Unit = 0,009 Ha)
Kota Baru 137.856 516.011 103.202 928,82
Alam Barajo N/A 566.413 113.283 1019,54
Jambi Selatan 123.201 304.275 60.855 547,70
Mekar Jaya N/A 409.011 81.802 736,22
Jelutung 60.141 142.188 28.438 255,94
Pasar Jambi 12.988 42.161 8.432 75,89
Telanai Pura 92.603 801.11 160.222 1442,00
Putri Ayu N/A 796.41 159.282 1433,54
Danau Teluk 11.803 42.709 8.542 76,88
Pelayangan 12.895 36.391 7.278 65,50
Jambi Timur 77.631 519.665 103.933 935,40
Total 529.118 4.894.657 978.931 8810,38
Lokasi perkantoran
Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkantoran mencakup perkantoran
pemerintah maupun swasta
Kawasan perkantoran pemerintahan dapat dipertahankan kondisi yang
ada saat ini, yakni kedudukan kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi di
Kecamatan Telanaipura dan Pemerintah Kota di Kecamatan Kota Baru
Rencana objek pariwisata
Arahan ruang untuk pariwisata budaya dapat berlokasi di Kecamatan
Pelayangan
Arahan untuk ruang pariwisata alam mencakup kawasan
Hutan Kota dan Hutan Pinus (Kecamatan Kota Baru)
Danau Teluk (Kecamatan Danau Teluk)
Danau Teluk Kenali (Kecamatan Telanaipura/Danau Teluk (*))
Danau Sipin (Kecamatan Telanaipura)
Arahan pemanfaatan ruang pariwisata buatan mencakup
Taman Rimba (Kecamatan Jambi Selatan)
Taman Remaja Gelanggang Kota Baru (Kecamatan Kota Baru)
Taman Anggrek Asoka (Kecamatan Telanaipura)
Luas keseluruhan lahan pariwisata ialah seluas 227,9 Ha (1,2% dari luas
kota) (*)
Kawasan pertambangan
Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertambangan ialah keberadaan
kegiatan Lapangan Minyak Kenali Asam yang berada di Kelurahan Kenali
Asam Atas dan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru
Pada pemanfaatan ruang diarahkan untuk dilakukan kebijakan
pengendalian kegiatan budidaya di kedua kelurahan serta upaya
penambahan ruang terbuka hijau di kedua kelurahan tersebut
Di samping itu, pola ruang yang ada juga harus terintegrasi dengan pusat
lingkungan dan ruang terbuka sebagai upaya minimasi resiko akibat
kegiatan pertambangan
Luas areal pertambangan Lapangan Minyak Kenali Asam selus 946,33 Ha.
Fasilitas kesehatan
Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pelayanan kesehatan dalam skala yang
cukup besar diarahkan mempertahankan guna lahan eksisting yakni di
Kecamatan Telanaipura, Kota Baru, dan Pasar Jambi
Adapun arahan untuk pemanfaatan ruang bagi kegaitan layanan
kesehatan lainya diarahkan untuk mempertahankan kondisi eksisting dan
adanya usaha peningkatan yang terkendali
Rencana luas masing-masing kawasan pada 2030
No. Ruang Budidaya Luas (km2) Persentase(%)
1 Permukiman 79,6869 64,10
2 Perdagangan & Jasa 16,4782 13,25
3 Industri 5,2344 4,21
4 Pergudangan 1,7206 1,38
5 Pendidikan 0,3211 0,26
6 Perkantoran 0,8219 0,66
7 Pertambangan * 3,0966 2,49
8 Wisata 1,9566 1,57
9 Cagar Budaya * 2,4814 2,00
10 Transportasi Terpadu 1,0683 0,86
11 KKOP 11,4561 9,21
TOTAL 124,3221 100,00

Luas Kota Jambi 177,82 69,92


Cagar budaya

Wisata

Industri

Kawasan Bandara
Sultan Taha

Transportasi
Terpadu

Pergudangan
Taman industri Pertambangan
Bab V : Rencana Kawasan Strategis

Kawasan strategis dari segi ekonomi


Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sisi ekonomi adalah:
sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
potensi sektor
dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi
kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi
berfungsi untuk mewujudkan ketahanan pangan
berfungsi untuk mewujudkan ketahanan energi
memiliki sumber daya yang strategis
dapat mempecepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam kota
Kawasan Strategis Pemadu Moda dan Pasar Regional merupakan suatu
kawasan terpadu yang mencakup simpul simpul transportasi dan
perdagangan regional dengan luas kawasan 106,6 Ha yang berada di
Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru
Kawasan strategis dari penggunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi
Kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi meliputi kawasan yang:
diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan IPTEK berdasarkan SDA
memiliki sumber daya alam strategis
memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
memiliki fungsi pusat pengendalian tenaga nuklir
memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis
Lapangan minyak Kenali Asam adalah salah satunya
Dikelola oleh PT. Pertamina EP
Kawasan tersebut melingkupi Kelurahan Kenali Asam Atas dan Kenali Asam Bawah
yang berada di Kecamatan Kota Baru, dengan luas kawasan 946,17 Ha
Pada areal kawasan terdapat pompa pompa minyak bumi yang tersebar acak dan
pada jaringan jalan kolektor yang melalui areal tersebut telah tumbuh permukiman
dan fasilitas sosial maupun ekonomi lokal
Maka pengembangan kawasan strategis tersebut mencakup pengendalian terhadap
kegiatan budidaya di kawasan tersebut, pemberian insentif untuk penyediaan ruang
terbuka hijau, serta persiapan untuk recovery lahan untuk proyeksi berhentinya
lifting minyak di lapangan tersebut.
Jenis Kawasan Strategis Kawasan Strategis Lokasi
Kawasan Strategis dari Perspektif 1. Kawasan Pusat Industri 1. Kec. Jambi Timur
Ekonomi Selincah 2. Kec. Kota Baru
2. Kawasan Pusat Pemadu Moda 3. Kec. Pasar Jambi
dan Perdagangan Regional 4. Kec. Kotabaru, Telanaipura, dan
Talang Gulo Jambi Selatan
3. Kawasan Perdagangan dan Jasa
Angso Duo
4. Kawasan Eko Wisata Taman
Hutan Kota Muh. Sabki, Danau
Teluk Kenali, Danau Sipin,
Hutan Pinus Pal 10 dan Taman
Rimba
Kawasan Strategis dari Perspektif Kawasan Jambi Kota Seberang Kec. Pelayangan dan Kec. Danau
Sosial Budaya Teluk
Kawasan Strategis dari Perspektif 1. Kawasan Lapangan Minyak Kec. Kota Baru
Pendayagunaan Sumber Daya Alam Kenali Asam Kec. Jambi Selatan
dan/atau Teknologi 2. Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan
Sultan Thaha
Kawasan Strategis dari Perspektif 1. Kawasan DAS Batanghari 1. Kota Jambi
Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan 2. Kawasan Taman Hutan Kota 2. Kec. Kota Baru, Kec.
Moh Sabki, Hutan Pinus Pal 11, Telanaipura
Hutan Rengas Danau Teluk 3. Kec. Telanaipura, Kec. Danau
Kenali, Hutan Kota Makam Cina Teluk
3. Kawasan Danau Sipin, Danau
Teluk Kenali, Danau Teluk,
Danau Kiambang
KS Cagar Budaya
KS Ang
KS Pariwi
so Duo
sata Alam

KS Industri
Selincah

KKOP Sultan Thaha

KS Lapangan Minyak
Kenali Asam

KS Pemadu Moda
Talang Gulo
Bab VI : Arahan Pemanfaatan Ruang

Arahan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan:


rencana struktur dan pola ruang
ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan
kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
prioritas pengembangan wilayah kota dan pentahapan rencana
pelaksanaan program
Diharapkan arahan pemanfaatan ruang yang dihasilkan akan
mendukung perwujudan:
struktur ruang kota, pola ruang kota, dan kawasan strategis kota;
mendukung program utama penataan ruang wilayah nasional dan
provinsi;
realistis obyektif terukur dapat dilaksanakan dalam jangka waktu
perencanaan;
konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun
terdapat sinkronisasi antar program
Bab VII : Ketentuan Pengendalian

Peraturan zonasi
Fungsi utama peraturan zonasi:
Instrumen pengendali pembangunan
Pedoman penyusunan rencana operasional
Panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan
Tujuan peraturan zonasi:
Menjamin pembangunan yang dilaksanakan memenuhi standar
pelayanan minimum (health,safety and welfare)
Menjamin bahwa pembangunan baru tidak mengganggu penghuni atau
pemanfaatan lahan yang telah ada sebelumnya
Memelihara nilai properti dan memelihara kualitas lingkungan
Menyediakan aturan yang seragam di tiap zonanya
Ketentuan umum peraturan zonasi pada wilayah Kota Jambi:
Diijinkan (I)
Diijinkan dengan syarat tertentu (T)
Diijinkan tapi terbatas (B)
Tidak diijinkan (X)
Klasifikasi penggunaan lahan
Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki IV Zona
Sempadan Sungai LS-1
Kawasan Perlindungan Kawasan Sekitar Danau/Waduk LS-2
Setempat Kawasan RTH termasuk hutan
kota LS-3
Kawasan Lindung
Kawasan Cagar Budaya LC
Rawan Banjir LR-1
Kawasan Rawan Bencana Rawan Kebakaran LR-2
Rawan Gempabumi LR-3
Kawasan Hutan BH
Kawasan Pertambangan Golongan Bahan Galian Strategis BB
Industri Umum Industri Pengolahan BIU
Kawasan Peruntukan
Pergudangan
Industri Pergudangan
Tertutup BIP
Perumahan BPK-1
Komersil BPK-2
Permukiman Perkotaan
Fasilitas Pelayanan BPK-3
Kawasan
Campuran BPK-4
Budidaya
Kawasan Permukiman Taman Kota RTH-1
Taman BWK RTH-2
Taman Terbuka Hijau
Taman Kecamatan RTH-3
Taman Kelurahan RTH-4
Kawasan Khusus Pemerintahan PMM
Terminal TR-1
Transportasi Stasiun TR-2
Bandara TR-3
Ketentuan perijinan
Izin pemanfaatan ruang diberikan dengan tujuan:
melindungi kepentingan umum
menghindari eksternalisasi negatif
menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, standar dan
kualitas minimum yang ditetapkan
Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan terdiri dari
5 jenis, yaitu:
Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP, dll).
Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (Ijin Lokasi, Ijin Peruntukan
Penggunaan Tanah/IPPT, Ijin Penggunaan Bangunan/IPB).
Perijinan konstruksi (Ijin Mendirikan Bangunan/IMB).
Perijinan lingkungan (Amdal, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan, Rencana
Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan; Ijin Gangguan/HO).
Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll).
Pemberian izin dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan
ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai
dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang terdiri atas:
Izin prinsip, diberikan berdasarkan rencana tata ruang untuk rencana kegiatan
pemanfaatan ruang;
Izin lokasi, diberikan berdasarkan rencana tata ruang untuk penetapan lokasi
pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang;
Izin peruntukkan penggunaan tanah, diberikan berdasarkan rencana tata ruang
untuk penggunaan tanah.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik
yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai
sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana
denda.
Pemberian insentif dan disinsentif
Tujuan pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang:
meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan ruang yang
nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang; dan
meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang
sejalan dengan rencana tata ruang
Ketentuan insentif dan disinsentif yang harus dimuatdalam RTRW kota:
Ketentuan insentif-disinsentif pada masyarakat umum
Ketentuan insentif-disinsentif pada lembaga komersial
Ketentuan insentif-disinsentif pada pemerintahan desa dalam wilayah kabupaten.
Jenis mekanisme insentif dan disinsentif dapat dikelompokkan menjadi:
Pengaturan/ regulasi/ kebijaksanaan
Ekonomi/ keuangan
Pemilikan/ pengadaan langsung oleh pemerintah
Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan
disinsentif berupa:
Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang.
Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impactfee) sesuai dengan eksternalitas
yang harus diatasi dan upaya mengembalikannya ke kualitas sebelum proyek tersebut dibangun
Bab VIII : Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat


Peran masyarakat dalam penataan ruang diantaranya dilakukan
melalui:
Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang.
Partisipasi dalam pemanfaatan ruang.
Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Dalam melibatkan peran serta masyarakat, pemerintah Kota Jambii
wajib mengumumkan kegiatan penyusunan tata ruang melalui:
Media cetak.
Media elektroniik.
Forum pertemuan.
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang:
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah Provinsi atau pemanfaatan
ruang wilaya Kota termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan
ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.
Pengaduan masyarakat yang wajib ditindaklanjuti oleh lembaga yang
ditunjuk untuk penyelesaian pengaduan meliputi:
Penyimpangan terhadap pemanfaatan dan fungsi ruang.
Penyimpangan terhadap pengelolaan pemanfaatan ruang.
Kerugian masyarakat yang diakibatkan oleh adanya konflik pemanfaatan/fungsi
ruang dalam skala besar.

Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang


Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang adalah:
Menjaga, memelihara dan meningkatkan kualitas ruang lebih ditekankan pada
keikutsertaan masyarakat untuk lebih mematuhi dan mentaati segala ketentuan
normatif yang ditetapkan dalam rencana tata ruang, dan mendorong terwujudnya
kualitas ruang yang lebih baik.
Berlaku tertib dalam keikutsertaannya pada proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai