Anda di halaman 1dari 33

LATAR BELAKANG

Sinusitis adalah salah satu kondisi paling umum yang ditangani oleh dokter layanan
primer. Seperti penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas lainnya, sinusitis
biasanya merupakan infeksi virus. Meski efek pemberian obat yang kurang baik,
antibiotik secara luas terlalu sering digunakan untuk sinusitis sehingga menimbulkan
resistensi antibiotik yang luas.
penelitian ini didasarkan pada survei berbasis populasi yang mencakup data klinis
minimal. Tanpa data klinis, sulit untuk mengetahui durasi penyakit, tingkat keparahan
penyakit, atau faktor komorbiditas yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan
dokter untuk meresepkan obat antibiotik.
2
untuk mengindetifikasi kualitas karakter dari
pelayanan sinusitis akut pada diagnosis awal dan untuk
Tujuan
Tujuan
mengidentifikasi faktor non-klinis yang berhubungan
dengan penggunaan antibiotik untuk sinusitis akut

Desain
Desain Penelitian kohort berdasarkan data administratif
Penelitian
Penelitian Menggunakan metode crossectional
dengan rincian klinis yang diambil dari rekam
medis elektronik (electronic medical record)

Tempat
Tempat
Universitas Michigan
penelitian
penelitian

Waktu
penelitian 1 januari 2005-31 desember 2006
POPULASI

Ukuran hasil utama penelitian ini adalah


Berdasarkan rekam medis elektronik
meresepkan antibiotik pada diagnosis awal
mengemukakan bahwa 30 dari 1302 pasien
sinusitis akut, peneliti mengecualikan 30 pasien
disarankan untuk terus meminum
ini dari analisis, menghasilkan 1272 pasien
antibiotik saat ini
untuk analisis statistik
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Pasien yang didiagnosis pasien dari departemen instansi


awal sinusitis akut kegawatdaruratan atau perawatan
primer, termasuk departemen geriatri,
kesehatan keluarga, dan penyakit
dalam, juga tidak termasuk pasien dari
praktik subspesialisasi
pasien dengan riwayat faringitis, otitis
media, tonsilitis akut, bronchitis dan
radang tenggorokan
pasien dengan kunjungan sinusitis
kronis atau penyakit infeksi saluran
pernapasan bagian atas (Upper
Respiratory Infection/URI) pada 365
hari sebelum kunjungan, dan pasien
yang mungkin belum memiliki akses
perawatan (tidak ada kunjungan ke
penyedia perawatan primer pada 365
4
hari terakhir).
Metodologi penelitian

kumpulan data dengan rekam medis elektronik pasien


sejak tanggal penelitian kohort dimulai menggunakan
perangkat lunak EMERSE (Electronic MEdical Record
Search Engine)

EMERSE adalah aplikasi berbasis web yang dikembangkan


secara internal yang menyediakan tampilan sederhana untuk
mencari rekam medis elektronik pasien dengan kata kunci
untuk variabel yang diinginkan
HASIL
Karakteristik pasien dewasa sinusitis akut.
Characteristic (N=1272) N (%)
Usia, rerata (SD) 44.5 (13.9) - Sebagian besar pasien adalah wanita (73,0%)
Perempuan 928 (73.0) dengan usia rata-rata di antara pria dan
*Ras (n=1227) wanita adalah 44,5 tahun.
Kulit putih 1,089 (88.8) - kebanyakan pasien berkulit putih (88,8%)
non- kulit putih 138 (11.3) dengan asuransi swasta (86,4%)
*Asuransi (n=1271) - pasien yang serupa memiliki gejala 10 hari
Pribadi 1098 (86.3) (44,3%) dengan perbandingan <10 hari
Umum / tanpa isuransi 173 (13.6) (40,4%) dan sisanya tidak ada dikumentasi
Durasi Gejala terkait (15,3%).
Tidak tercatat 194 (15.3)
<10 hari 514 (40.4)
10 hari 564 (44.3)
Gejala
Tekanan wajah 975 (76.7) - nyeri tekanan pada wajah (76,7%), rinore
Rinore 952 (74.8) (74,8%), dan hidung mampat (66,0%).
Sumbatan hidung 839 (66.0)
Mayoritas pasien (81,3%) melaporkan
Nyeri 521 (41.0)
setidaknya 2 dari 3 gejala ini walaupun 3,4%
Pasien melaporkan demam 256 (20.1)
Terdapat demam pada pemeriksaan 8 (0.6)
pasien tidak memilikinya.
- Nyeri (41,0%) dan demam yang dilaporkan
Sistem imun lemah 14 (1.1) pasien (20,1%) sering terjadi, namun demam
Alergi penisilin 223 (17.5) yang didokumentasikan (0,6%) sangat jarang
Etiologi terjadi.
Tidak tercatat 975 (76.7) - etiologi dugaan sinusitis akut, apakah virus
Non-bakterial 208 (16.4) atau bakteri, kurang pada sebagian besar
Bakterial 89 (7.0) rekam medis (76,7% tidak terdokumentasi)
Ada mahasiswa kedokteran/residen 148 (11.6) - Mahasiswa kedokteran atau residen ada
pada kunjungan pasien (11,6%)
KARAKTERISTIK PENYEDIA LAYANAN KESEHATAN (DOKTER) UNTUK KUNJUNGAN
SINUSITIS AKUT DEWASA

Karakteristik (N=153) N (%)

Bidang Spesialisasi - pasien penyakit dalam


(42,8%)
Penyakit Dalam 65 (42.8) - poli kesehatan keluarga
(39,9%)
Kedokteran keluarga 61 (39.9)
- kegawat daruratan (17,7%)
Kegawat daruratan 27 (17.7) - Sebagian besar adalah
perempuan (52,9%) dengan
Perempuan 81 (52.9) rata-rata lama masa praktek
11,6 tahun dalam temuan
Titel
klinis.
MD/ Medicinae Doctor 139 (90.9)

DO/ Doctors of Osteopathic 6 (3.9)

dokter penyedia layanan 6 (3.9)


tingkat menengah

MBBS/ Medicinae 2 (1.3)


Baccalaureus
Lama masa praktek, rerata 11.6 (8.1
(SD)
PERAWATAN MEDIS DI SELURUH KUNJUNGAN SINUSITIS AKUT DEWASA DI UMHS (N =
1272).

Pengobatan Tambahan N (%)

Dekongestan 512 (40.3) - pengobatan meliputi dekongestan (40,3%),


- kortikosteroid hidung (12,3%)
- analgesik (11,2%).
Inhalasi steroid 156 (12.3)
- Resep antibiotik diberikan kepada
86,1% pasien secara keseluruhan,
Analgesik 142 (11.2) termasuk 79,0% yang diberi resep untuk
segera digunakan
- 7,1% tambahan diberi resep dengan
Tanpa pengobatan 613 (48.2) petunjuk menunggu dan observasi.
tambahan - 13,9% pasien tidak diberi antibiotik.

Pengobatan Antibiotik N (%)


Diresepkan antibiotik 1,005 (79.0)
Perintah tunggu dan 90 (7.1)
observasi pemberian
antibiotik

Tanpa antibiotik 177 (13.9)


ANTIBIOTIK UNTUK SINUSITIS AKUT DEWASA DI UMHS

Antibiotik Semua pasien N Tanpa alergi N Alergi Penisilin


(%) (%) N (%)
Amoxicillin 524 (47.9) 523 (59.1) 1 (0.5
- amoksisilin (47,9%) adalah
Azithromycin 212 (19.4)
antibiotik
117 (13.2)
yang 95
paling
(45.2)
sering
diresepkan,
Trimethoprim/s 182 (16.6) - 112
azitromisin
(12.7) (19,4%)
70 (33.3) dan
ulfamethoxazole trimetoprim / sulfametoksazol
(16,6%).

Amoxicillin/clav 63 (5.8) 63 (7.1) 0


ulanic acid

Fluoroquinolone 54 (4.9) 35 (3.9) 19 (9.1)

Other macrolide 17 (1.6) 8 (0.9) 9 (4.3)

Cephalosporin 21 (1.9) 14 (1.6) 7 (3.3)

Doxycycline 20 (1.8) 12 (1.4) 8 (3.8)

Clindamycin 2 (0.2) 1 (0.1) 1 (0.5)


PREDIKTOR PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK SINUSITIS AKUT, UMHS (N = 1272)
Variabel OR [CI] Nilai p

Karakter demografik pasien


Usia (unit = 10 Tahun) .99 [0.90 1.10] 0.91
Jenis kelamin (perempuan : 1.17 [0.87 1.58] 0.29 durasi gejala, nyeri tekan
Laki-laki)
Ras (non-kulit putih : kulit .90 [0.59 1.38] 0.62
pada wajah, rinore, demam
putih) (n=1227) yang dilaporkan, dan
Asuransi (Umum : tanpa 1.15 [0.77 1.72] 0.50 dugaan etiologi adalah
asuransi : pribadi) (n=1265)
Variabel klinis prediktor signifikan
Durasi penggunaan antibiotik
>10 hari : <10 hari 2.15 [1.58 2.94] <0.001
>10 hari : tidak tercatat 2.59 [1.75 3.83] <0.001
<10 hari : tidak tercatat 1.2 [0.83 1.74] 0.32
Sumbatan hidung 1.28 [0.97 1.70] 0.079
Rinore 1.50 [1.11 2.01] 0.008
Tekanan wajah 3.35 [2.50 4.48] <0.001
Nyeri 2.78 [2.04 3.79] <0.001
Dilaporkan demam 2.75 [1.79 4.23] <0.001
Dari karakteristik
Tercatat demam 1.33 [0.21 8.59] 0.76 penyedia kesehatan
Lemah sistem imun 7.83 [0.42 145.45] 0.17 (dokter), spesialis dan
Ada mahasiswa 0.68 [0.46 1.00] 0.052
kedokteran/residen lama praktek dalam tahun
Etiologi merupakan prediktor
Tidak tecatat : non-bakterial 7.25 [5.24 10.05] <0.001
Bakterial vs tidak tecatat 9.77 [4.79 19.91] <0.001
signifikan penggunaan
Provider variables antibiotik.
Spesialisasi tenaga medis
Penyakit dalam : Kedokteran 1.89 [1.43 2.49] <0.001
keluarga
Kegawat daruratan : 8.11 [2.49 26.35] 0.001
kedokteran keluarga
Pada analisis multivariat terhadap karakteristik pasien dan klinis, peneliti menemukan bahwa
penggunaan antibiotik dikaitkan secara bermakna dengan durasi gejala lebih lama dari 10 hari,
nyeri tekan wajah, demam dan etiologi bakteri (data tidak ditunjukkan).

karakteristik pasien dari model multivariat akhir tetap memiliki hubungan statistik yang
signifikan dan rinore memiliki hubungan yang signifikan. Khususnya, tingkat penyedia layanan
medis (dokter) secara statistik signifikan dalam menjelaskan beberapa variasi penggunaan
antibiotik
DISKUSI
Amoksisilin sebagai antibiotik
Dalam penelitian ini peneliti
lini pertama pada penelitian ini, lebih
menemukan bahwa durasi gejala dan
tinggi dari peneltiian lain (48% : 8-29%)
tingkat keparahan mempengaruhi
dan penggunaan antibiotik spektrum
keputusan untuk pemberian antibiotik.
luas lebih rendah dari yang dilaporkan
Peneliti menemukan penyedia
sebelumnya (34% : 55-76%).
kunjungan medis (dokter), dokter
Penggunaan yang lebih besar dari
spesialis, dan kehadiran staf medis
amoksisilin dan penggunaan antibiotik
(mahasiswa kedokteran atau residen)
spektrum lebih rendah serta
mempengaruhi penggunaan antibiotik.
penggunaan dekongestan yang berbeda-
beda seperti yang disebutkan di atas
mungkin mencerminkan upaya
institusional terpadu untuk
mempengaruhi pengobatan sinusitis
akut.
Penggunaan yang lebih besar dari amoksisilin dan penggunaan
antibiotik spektrum lebih rendah serta penggunaan dekongestan yang
berbeda-beda seperti yang disebutkan di atas mungkin mencerminkan
upaya institusional terpadu untuk mempengaruhi pengobatan sinusitis
akut. Upaya tersebut mencakup pengembangan CPG lokal untuk
sinusitis akut.

Upaya intensif untuk memodifikasi pengobatan sinusitis akut dimulai


pada tahun 1995 dan berlanjut sampai periode waktu 2005-2006 yang
diteliti dalam penelitian ini. Akibatnya, terdapat penggunaan
amoksisilin dan dekongestan lebih banyak dan penggunaan analgesik
yang lebih sedikit.
KESIMPULAN
Antibiotik terus digunakan pada pasien dengan sinusitis akut
gejala ringan dalam durasi sakit pendek. Penelitian ini
melaporkan bahwa karakteristik non-klinis, termasuk penyedia
medis (dokter), dokter spesialis, dan kehadiran staf pelatihan
medis (mahasiswa kedokteran atau residen) secara signifikan
mempengaruhi penggunaan antibiotik untuk sinusitis akut.
TINJAUAN PUSTAKA
SINUSITIS
ANATOMI
Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari
yang terbesar yaitu 1.
sinus maksila, 2. sinus
frontal
3. sinus etmoid dan 4.
sinus sfenoid kanan
dan kiri.

Sinus paranasal merupakan


hasil pneumatisasi tulag-
tulang kepala, sehingga
terbentuk rongga di dalam
tulang. Semua sinus
mempunyai muara (ostium)
ke dalam rongga hidung.
Sinus
Sinus
Sinus
Sinus
maksilaris
sphenoid
ethmoid
frontal

1. Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak


sinus etmoid yang paling bervariasi, dapat merupakan fokus infeksi
bulan
Sinus ke-empat
maksila fetus, berasal dari
merupakan sel-sel resesus frontal atau dari
sinus
bagi
Sinus sinus-sinus
sfenoid lainnya.
terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
sel-sel infundibulum
paranasal yang etmoid.
terbesar.
Sinus etmoid berongga-rongga,
posterior.Sinus sfenoid dibagi terdiri
dua olehdari sel-sel
sekat yang yang menyerupai
disebut septum
2. Sinus
Sinun frontal biasanya
maksila bersekat-sekat
(antrum dan tepi sinus berlekuk-leku
sarang tawon.
intersfenoid.
k. highmore) letaknya dekatlamina
denganpapirasea yang sangat tipis dan
Dinding
Saat sinuslateral sinus
berkembang, adalah
pembuluh darah danrelatif
nervus di bagian lateral
3. Sinus
akar frontal
gigi dandipisahkan
rahang oleh
atas tulang
maka yang tipis dari orbita d os
membatasi
sfenoid akansinus etmoid dari rongga orbita. Peradangan sinus paranasal
an infeksi
dapat gigi menjadi
fosa serebri
menyebar
anterior,
mudah
melalui
sangat
sehingga
menyebar
lamina
berdekatan
infeksi
ini ke dari
untuk
dengan rongga
sinus frontal
melibatkan
sinus
mudah
orbit
medan
(komplikasi
tampak
njalar
sinuskesebagai
daerahindentasi
(sinusitis pada dinding sinus sfenoid
ini.dentogen).
orbital)

Dasar sinus maksila sangat


berdekatan dengan akar gigi rahang
atas, yaitu premolar (P1 dan P2),
molar (M1 dan M2), kadang-kadang
juga gigi taring (C) dan gigi molar
M3, bahkan akar-akar gigi.
SINUS DRAINAGE

Meatus superior
Drainase sinus ethmoid
posterior dan sinus
sphenoid

Meatus media
Drainage sinus frontal,
sinus maksila dan sinus
ethmoid anterior.

Meatus inferior
Terdapat muara duktus
nasolakrimalis.
OSTEOMEATAL COMPLEX

Pada sepertiga tengah dinding


lateral hidung yaitu di meatus
medius, ada muara-muara saluran
dari sinus maksila, sinus frontal
dan sinus etmoid anterior. Daerah
ini rumit dan sempit dan
dinamakan kompleks
osteomeatal (KOM).
terdiri dari
1. infundibulum etmoid resesus
frontalis
2. bula etmoid
3. Prosesus unsinatus
4. Agger nasi
5. Hiatus semilunaris
DEFINISI
Sinusitis adalah peradangan pada satu atau lebih mukosa sinus paranasal.
Penyakit sinusitis selalu dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks
ostiomeatal (KOM) oleh infeksi, obstruksi mekanis atau alergi, dan oleh
karena penyebaran infeksi gigi.

Umunya disertai atau dipicu


oleh rinitis sehingga sering
disebut rinosinusitis

Sering Terkena : sinus etmoid


SINUSITIS Jika lebih dari satu sinus :
multisinusitis
Jika mengenai semua sinus :
pansinusitis

dapat menjadi berbahaya karena


menyebabkan komplikasi orbita
dan intrakranial.
common cold, rinitis, polip hidung, kelainan anatomi
hidung, infeksi pada gigi premolar, jamur juga
ditemukan penyebab sinusitis pada pasien
gangguan sistem imun, pada anak hipertropi
adenoid, lingkungan berpolusi, udara dingin dan
kering, dan kebiasaan merokok dapat merusak silia
dan perubahan mukosa

Etiologi

Bakteri aerob : Streptococcus pneumonia,


Hemophylus influenza dan Moraxella
catarrhalis
bakteri anaerob : pada sinusitis kronik tetapi
umumnya bakteri yang ada lebih condong ke
bakteri negatif gram dan anerob kebanyakan paling
sering dentogen, Peptostreptococcus, Bacteroides
spp, Fusobacteria
EPIDEMIOLOGI

Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia,Data


dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada
pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817
penderita rawat jalan di rumah sakit.
Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh
Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan Bagian THT RSCM mendapatkan data
penyakit hidung dari 7 propinsi2 .Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM
Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rhinologi pada kurun waktu
tersebut adalah 435 pasien, 69%nya adalah sinusitis (PERHATI, 2006)
PATOFISIOLOGI

Inflamasi mukosa hidung pembengkakan (udem) dan eksudasi


obstruksi ostium sinus.
Obstruksi gangguan ventilasi dan drainase, resorbsi oksigen yang
ada di rongga sinus terjadi hipoksia (oksigen menurun, pH
menurun, tekanan negatif) diikuti permeabilitas kapiler
meningkat, sekresi kelenjar meningkat kemudian transudasi,
peningkatan eksudasi serous, penurunan fungsi silia, akhirnya
terjadi retensi sekresi di sinus ataupun pertumbuhan kuman.
1. Akut <4minggu
Klasifikasi 2. Subakut 4minggu-3bulan
3. Kronik >3bulan
Riwayat gejala sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor
ditambah 2 kriteria minor dari kumpulan gejala dan tanda menurut
International Consensus on Sinus Disease, tahun 1993 dan 2004

Penderita Gejala dan Tanda Rhinosinusitis

Mayor Minor

Kongesti hidung atau sumbatan Demam


Sekret hidung/post nasal purulen Sakit kepala
Dewasa dan Anak Rasa nyeri/tekanan/penuh di wajah Nafas berbau
Gangguan penghidu (hiposmia, anosmia) Fatique
Demam Batuk
Sakit gigi
Hidung berbau
Gejala telinga
Anak-Anak Batuk -

Iritabilitas/Rewel
Gejala spesifik sinusitis maksila akut:
- Nyeri pada daerah rahang atas, dapat menimbulkan nyeri alih ke gigi
dan gusi. Nyeri dapat dipicu oleh batuk atau mengunyah.
- Nyeri tekan regio maksilaris
- Bengkak dan hiperemis pada pipi
- Keluar sekret dari hidung
- Pada rinoskopi anterior terlihat sekret pada meatus medius.

Gejala spesifik sinusitis frontalis akut:


- Sakit kepala regio frontal. Terlokalisasi pada daerah sinus
- Nyeri tekan di dasar sinus frontal
- Bengkak pada kedua kelopak mata atas
- Keluar sekret dari hidung
- Pada rinoskopi anterio terlihat sekret pada meatus medius
Gejala spesifik sinusitis ethmoidalis akut:
- Nyeri di antara atau belakang kedua bola mata
- Bengkak pada kelopak mata
- Keluar sekret dari hidung
- Pada rinoskopi anterior terlihat :sekret pada meatus medius pada
sinusitis etmoid anterior, sekret pada meatus superior pada sinusitis
etmoid posterior.

Gejala spesifik pada sinusitis sphenoidalis akut:


- Sakit kepala, terutama pada verteks oksipital. Dapat berupa nyeri alih
ke regio mastoid.
- Post nasal discharge
- Pada rinoskopi anterior terlihat pus pada meatus superior
Diagnosis Rinoskopi anterior mukosa konka hiperemis
dan edema. Pada sinusitis maksila, frontal dan
etmoid anterior tampak pus pada meatus medius.
Pada sinusitis sphenoid tampak pus di meatus
superior.
Rinoskopi posterior tampak pus pada
nasofaring (post nasal drip)

Pemeriksaan Foto polos atau CT Scan sinus paranasal


penunjang merupakan Gold Standard.
foto polos posisi waters, PA dan lateral umumnya hanya
mampu melihat sinus besar seperti sinus maksila dan
frontal.
X-ray posisi waters (sinus maksilaris)
Gambaran Coronal dari Computed
tomography sinus paranasal
menunjukkan opasifikasi dan
penebalan mukosa difus dari sinus
maksilaris dan etmoid, kanan >
kiri.

Pemeriksaan transiluminasi sinus yang terinfeksi akan berwarna


gelap atau suram. Pemeriksaan ini bermakna bila satu sisi sinus yang
terinfeksi sehingga daerah tersebut akan tampaklebih suram
dibandingkan daerah normal.

Sinoskopi Dapat dilakukan untuk melihat kondisi antrum sinus


maksila. Pemeriksaan ini menggunakan endoskop, yang dimasukkan
melalui pungsi di meatus inferior atau fosa kanina
Pungsi sinus maksila Tindakan pungsi sinus maksila dapat
dianjurkan sebagai alat diagnostik untuk mengetahui adanya sekret di
dalam sinus maksila dan jika diperlukan untuk pemeriksaan kultur
dan resistensi.
TATALAKSANA
Sinusitis akut bakterial

- antibiotik empirik : (2x24 jam). Antibiotik yang diberikan lini I yakni


golongan penisilin atau kotrimoksazol (diberikan selama 10-14 hari meskipun
gejala klinik sudah hilang)
- obat dekongestan oral dan topikal
- mukolitik untuk memperlancar drainase
- analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri
- Pada pasien atopi diberikan antihistamin.
- Terapi pembedahaan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah
terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial

Sinusitis kronik bakterial

- antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negatif dan aerob.


- Jika ada perbaikan diteruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika
tidak ada perbaikan, evaluasi kembali dengan pemeriksaan
nasoendoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5x tidak membaik).
- pembedahan
KOMPLIKASI

1. Orbita
2. Intrakranial
3. Mukokel

Anda mungkin juga menyukai