PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
1
berikutnya mengeluh batuk dan dikonfirmasi COVID-19 pada tanggal 25
Januari 2020.10 Laporan terbaru per tanggal 9 Februari 2020 sudah
terdapat 43 kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19 di Singapura.
Beberapa diantaranya dilaporkan tidak memiliki riwayat perjalanan ke
Tiongkok.8,9
Berdasarkan data sampai dengan 12 Februari 2020, angka mortalitas di
seluruh dunia 2,1% sedangkan khusus di kota Wuhan adalah 4,9%, dan di
provinsi Hubei 3,1%. Angka ini diprovinsi lain di Tiongkok adalah
0,16%.8,9 Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di Wuhan
terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien
non-ICU).2
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:
Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis tentang COVID-19.
Untuk mengimplementasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus COVID-19 serta melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan
akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik.
Manfaat
Manfaat yang bisa didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Kasus
Nama : Tn. A
Usia : 57 Tahun
Pekerjaan : PNS
2
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
No RM : 18263890
Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSIJ Pondok Kopi pada tanggal 24/6/2020 dengan keluhan
Sesak napas disertai batuk, demam, muntah, pusing d, nyeri uku hati dan muntah.
Pasien mengatakan keluhan dirasakan sejak hari minggu pada tanggal , keluhan
awal pasien merasakan demam tiba-tiba mendadak tinggi dan tidak nafsu makan.
Hari selasa tanggal 22/6/2021, keluhan demam disertai batuk berdahak hilang
timbul dan muntah sebanyak 8 kali, Hari rabu tanggal 23/6/2021, pasien
mengatakan keluhan batuk semakin sering dan terasa menganggu aktivitas. Hari
kamis tanggal 24/6/2021, keluhan batuk semakin bertambah disertai nyeri luar
biasa pada dada. Dan pasien mengeluhkan sesak napas semakin memberat
hingga pasien sulit berbicara, keluhan disertai batuk, demam, nyeri ulu hati dan
muntah. Pasien mengatakan sudah pemerikasaan PCR hasilnya positif tanggal
21/6/2021 di puskesmas.
Riwayat kontak dengan pasien Covid-19 : Anak sedang isolasi mandiri di rumah
Hipertensi : Disangkal
Asma : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini.
3
Riwayat Alergi : Tidak ada riwayat alergi obat atau makanan.
Kesadaran: Composmentis
Tanda-tanda vital
TD HR RR S Saturasi
Status Generalisata
Kepala Normocephali
Paru
Kanan Kiri
Inspeksi (normochest)
Retraksi ICS - -
4
Palpasi
Nyeri tekan - -
Massa - -
Jantung
Abdomen
Inspeksi Cembung
Palpasi Supel
5
Ekstremitas +/+ -/- +/+
bawah
Hasil Laboratorium
Hematology rutin
Hematokrit 46 % 40-54
Diff Count
Basophil 0 % <1
Lymphocyte 6 % 20-40
Segmen 86 % 52-70
Hasil RT-PCR
II.5 Resume
6
Pasien Tn. A, berusia 57 tahun datang ke IGD pada tanggal 24/6/2021 dengan
keluhan sesak napas disertai batuk, demam, nyeri ulu hati, pusing dan muntah.
Pasien mengatakan keluhan dirasakan sejak hari selasa pada tanggal 22/6/2021,
keluhan awal pasien merasakan demam tiba-tiba mendadak tinggi, keluhan
demam disertai batuk berdahak hilang timbul dan muntah sebanyak 8 kali, Hari
rabu tanggal 23/6/2021, pasien mengatakan keluhan batuk semakin sering dan
terasa menganggu aktivitas. Hari kamis tanggal 24/6/2021, keluhan batuk
semakin bertambah disertai nyeri luar biasa pada dada. Dan pasien mengeluhkan
sesak napas semakin memberat hingga pasien sulit berbicara, keluhan disertai
batuk, demam, nyeri ulu hati dan muntah. Pasien mengatakan sudah
pemerikasaan PCR hasilnya positif tanggal 21/6/2021 di puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat, compos mentis dan
GCS 15. Tekanan darah 127/76 mmHg, pernafasan 25x/menit, nadi 90x/menit,
suhu 37,8oC. Pada status generalis tidak ditemukan kelainan, kecuali Paru. Dari
auskultasi didapatkan ronkhi (+) dikedua lapang paru.
II.6 Diagnosa
Diagnosa Kerja
Diagnosa banding
Pneumonia
SARS/MERS
II.7 Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
7
Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit pasien dan rencana tatalaksana.
Medikamentosa
IVFD RL 20 TPM
Oseltamivir 2 x 75 mg p.o
Azitromisin 1x 500 mg
omeprazol 1 x 40 mg iv
ondansetron 2 x 4 mg iv
Vitamin C 1 x 1 tab
II.8 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad
Ad functionam : Dubia ad
Ad sanationam : Dubia ad
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Virus SARS-CoV-2 merupakan Coronavirus, jenis baru yang
menyebabkan pandemi, dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada
tanggal 31 Desember 2019.1 Analisis isolat dari saluran respirasi bawah
pasien tersebut menunjukkan penemuan Coronavirus tipe baru, yang
diberi nama oleh WHO COVID-19. Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO
memberi nama penyakitnya menjadi Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19).3
Karakteristik
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua sub keluarga dibedakan
berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus
yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma
coronavirus.2,5,10
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.
Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,
betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV).11
9
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu
Sarbecovirus.12 Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses
mengajukan nama SARS-CoV-2.13
Transmisi
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi
sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.
Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet
yang keluar saat batuk atau bersin.16 Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-
CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama
setidaknya 3 jam.17
Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier
asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus
10
Tabel 1. Persistensi berbagai jenis coronavirus pada berbagai
permukaan benda mati
105 3 hari
11
Sarung tangan bedah HCoV 5 x 103 21OC <8 jam
(lateks)
105 24 jam
104 1 jam
Patofisiologi
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi diduga
tidak jauh berbeda dengan SARS-CoV yang sudah lebih banyak
diketahui.22 Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel
pada saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan
dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel.
Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike virus akan berikatan
dengan reseptor selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel,
SARS-CoV-2 melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-
protein yang dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul
di permukaan sel.14,23
ACE2 reseptor banyak berada didalam tubuh manusia. Ekspresi dari
ACE2 reseptor ada di dinding vaskular yang besar maupun yang kecil.
Seluruh epitel respirasi memiliki reseptor ACE2, saluran pencernaan luas
sekali. Berbagai organ di mulut memiliki reseptor ACE2. Di kulit dalam
12
basal sel layer epidermis terdapat banyak reseptor ACE2. Di saluran
kemih dan di otak terdapat reseptor ACE2.24
Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah virus masuk
ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan
ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural.
Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada
selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum
endoplasma atau Golgi sel. Terjadi pembentukan nukleokapsid yang
tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan
tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir,
vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membran
plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru.25
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang
signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu.25 Telah diketahui
bahwa masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara
membran virus dengan plasma membran dari sel.26 Pada proses ini,
protein S2’ berperan penting dalam proses pembelahan proteolitik yang
memediasi terjadinya proses fusi membran. Selain fusi membran, terdapat
juga clathrin-dependent dan clathrin-independent endocytosis yang
memediasi masuknya SARS-CoV ke dalam sel pejamu.27
Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-CoV.28 Efek
sitopatik virus dan kemampuannya mengalahkan respons imun
menentukan keparahan infeksi.29 Disregulasi sistem imun kemudian
berperan dalam kerusakan jaringan pada infeksi SARS-CoV-2. Respons
imun yang tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan kerusakan
jaringan. Di sisi lain, respons imun yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan jaringan.28
Respons imun yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 juga belum sepenuhnya
dapat dipahami, namun dapat dipelajari dari mekanisme yang ditemukan
pada SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika virus masuk ke dalam sel,
antigen virus akan dipresentasikan ke antigen presentation cells (APC).
Presentasi antigen virus terutama bergantung pada molekul major
histocompatibility complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II juga
turut berkontribusi.30 Presentasi antigen selanjutnya menstimulasi respons
imunitas humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B
yang spesifik terhadap virus.30 Pada respons imun humoral terbentuk IgM
dan IgG terhadap SARS-CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir
minggu ke-12 dan IgG dapat bertahan jangka panjang.30 Hasil penelitian
terhadap pasien yang telah sembuh dari SARS menujukkan setelah 4 tahun
dapat ditemukan sel T CD4+ dan CD8+ memori yang spesifik terhadap
SARS-CoV, tetapi jumlahnya menurun secara bertahap tanpa adanya
antigen.31
13
Virus memiliki mekanisme untuk menghindari respons imun pejamu.
SARS-CoV dapat menginduksi produksi vesikel membran ganda yang
tidak memiliki pattern recognition receptors (PRRs) dan bereplikasi dalam
vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh pejamu. Jalur IFN-I
juga diinhibisi oleh SARS-CoV dan MERS-CoV. Presentasi antigen juga
terhambat pada infeksi akibat MERS-CoV.30
14
darah pada hari ke-7, tiga hari sebelum resolusi gejala. Peningkatan
IgM/IgG SARS-CoV-2 secara progresif juga ditemukan dari hari ke-7
hingga hari ke-20. Perubahan imunologi tersebut bertahan hingga 7 hari
setelah gejala beresolusi. Ditemukan pula penurunan monosit
CD16+CD14+ dibandingkan kontrol sehat. Sel natural killer (NK) HLA-
DR+CD3-CD56+ yang teraktivasi dan monocyte chemoattractant protein-
1 (MCP-1; CCL2) juga ditemukan menurun, namun kadarnya sama
dengan kontrol sehat. Pada pasien dengan manifestasi COVID-19 yang
tidak berat ini tidak ditemukan peningkatan kemokin dan sitokin
proinflamasi, meskipun pada saat bergejala.32
15
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai
dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong
ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1%
pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi
asimtomatik belum diketahui.35 Viremia dan viral load yang tinggi dari
swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah dilaporkan.36
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran
napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk
(dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan,
kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi
oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah
seperti terlihat pada tabel 3.3, 26 Pasien COVID-19 dengan pneumonia
berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1)
frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3)
saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat
muncul gejala-gejala yang atipikal.37
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-
gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak
napas.38 Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam,
batuk kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk
produktif, sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia,
menggigil, mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen,
hemoptisis, dan kongesti konjungtiva.35 Lebih dari 40% demam pada
pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara
34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C.39 Perjalanan penyakit
dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari (median 5
hari).
Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun
dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus
menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang
mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala
pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga
tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam
dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun. Penanda
inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak
teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai
sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya
Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan perjalanan penyakit pada pasien
COVID-19 yang berat dan onset terjadinya gejala dari beberapa laporan.
16
Gambar 4. Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari berbagai sumber.3, 49, 58, 60, 64-66
17
Diagnosis
Anamnesis
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah peradangan
pada parenkim paru yang disebabkan oleh Severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sindrom gejala klinis yang
muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok
septik (berat).42,43
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama:
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau
sesak. Tapi perlu dicatat bahwa demam dapat tidak didapatkan pada
beberapa keadaan, terutama pada usia geriatri atau pada mereka dengan
imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot,
lemas, diare dan batuk darah. Pada beberapa kondisi dapat terjadi tanda
dan gejala infeksi saluran napas akut berat (Severe Acute Respiratory
Infection-SARI). Definisi SARI yaitu infeksi saluran napas akut dengan
riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan batuk dengan onset dalam 10 hari
terakhir serta perlu perawatan di rumah sakit. Tidak adanya demam tidak
mengeksklusikan infeksi virus. 2,42,43
Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan atas beberapa
kelompok yaitu tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.
Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Pasien tidak ditemukan gejala.
Ringan/tidak berkomplikasi
Pasien dengan infeksi saluran napas oleh virus tidak berkomplikasi
dengan gejala tidak spesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan atau
tanpa produksi sputum),anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan,
sesak, kongesti hidung, sakit kepala. Meskipun jarang, pasien dapat
dengan keluhan diare, mual atau muntah. Pasien usia tua dan
immunocompromised gejala atipikal. Termasuk di dalamnya kasus
pneumonia ringan.
Sedang / Moderat
Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat dan tidak membutuhkan suplementasi oksigen Atau
Anak-anak dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit
bernapas disertai napas cepat.
18
dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari
berikut ini:
sianosis sentral atau SpO2 <90%;
distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang
berat);
tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2
bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5
tahun, ≥30x/menit.
Kritis
Pasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), syok sepsis dan/atau multiple organ failure.
Definisi Operasional
Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam
(≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit
pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia
ringan hingga berat DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal.
Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi COVID-19.
Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.44
Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi
lokal.
Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.44
Orang Tanpa Gejala (OTG)
19
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19.
Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada
dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus
pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus
timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.44
Termasuk kontak erat adalah:
Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk
tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat
angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala.44
Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif
melalui pemeriksaan PCR.44
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya
manifestasi klinis.
Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi
oksigen dapat normal atau turun.
Dapat disertai retraksi otot pernapasan
Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan
dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara
napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar.43
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Metode ini diambil semua pasien dengan dugaan 2019-nCoV yang
dirawat di rumah sakit yang ditunjuk di Wuhan. Dikumpulkan data secara
prospektif dan dianalisis data pada pasien dengan dikonfirmasi
20
laboratorium 2019-nCoV infeksi oleh real-time RT-PCR dan generasi
sekuensing. Data diperoleh dengan standar bentuk pengumpulan data
bersama oleh WHO dan International Severe Acute Respiratory dan
Kemunculan Infeksi Konsorsium dari elektronik medis catatan. Para
peneliti juga langsung berkomunikasi dengan pasien atau keluarganya
untuk memastikan data epidemiologi dan gejala. Hasil juga dibandingkan
antara pasien yang telah dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan
mereka yang tidak.39
Jumlah darah pasien saat masuk menunjukkan leukopenia (leukosit
kurang dari 4 × 10⁹/ L; sepuluh [25%] dari 40 pasien) dan limfopenia
(limfosit count <1 · 0 × 10⁹/ L; 26 [63%] pasien). Waktu trombin Pro dan
D-dimer level lebih tinggi pada pasien ICU, dibandingkan pasien non-
ICU. Tingkat aspartat aminotransferase meningkat pada 15 (37%) dari 41
pasien, termasuk delapan (62%) dari 13 pasien ICU dan tujuh (25%) dari
pasien 28 non-ICU. Hipersensitif troponin I meningkat secara substansial
dalam lima pasien, di antaranya diagnosis cedera jantung yang
berhubungan dengan virus dibuat. Kebanyakan pasien memiliki kadar
serum normal procalcitonin (procalcitonin <0 · 1 ng / mL; 27 [69%]
pasien; tabel 2). Empat pasien ICU memiliki infeksi sekunder, tiga dari
empat pasien dengan infeksi sekunder. Memiliki hasil procalcitonin lebih
besar dari 0 · 5 ng / mL (0 · 69 ng / mL, 1 · 46 ng / mL, dan 6 · 48 ng /
mL).39
Tabel 2. Temuan laboratorium pasien terinfeksi dengan 2019-nCoV pada
masuk ke rumah sakit Wuhan
21
Pada seminar PAPDI WEBINAR 20 Maret 2020 dengan judul. Variasi gambaran
klinis covid-19: update diagnosis dan tata laksana. Dari 5 pasien positif Covid-
19. Didapatkan gambaran laboratorium dominan Limfositopenia, netrofilia, dan
CRP meningkat.45
A B C D E
Leukosit ↑,border N N N N
Trombosit N ↓ N N,border ↓
Limfosit ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Neutrofil ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
CRP ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
Procalcitonin ↑,border ↑ N ↑ -
Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks dan
Computed Tomography Scan (CT-scan) toraks. Pada foto toraks dapat
ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat, penebalan
peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis, seperti
terlihat pada Gambar 6. Foto toraks kurang sensitif dibandingkan CT
scan, karena sekitar 40% kasus tidak ditemukan kelainan pada foto
toraks.46,47
Studi dengan USG toraks menunjukkan pola B yang difus sebagai temuan
utama. Konsolidasi subpleural posterior juga ditemukan walaupun
jarang.48 Studi lain mencoba menggunakan 18F-FDG PET/CT, namun
dianggap kurang praktis untuk praktik sehari-hari.49
Berdasarkan telaah sistematis oleh Salehi, dkk.70 temuan utama pada CT
scan toraks adalah opasifikasi ground-glass (88%), dengan atau tanpa
konsolidasi, sesuai dengan pneumonia viral. Keterlibatan paru cenderung
bilateral (87,5%), multilobular (78,8%), lebih sering pada lobus inferior
dengan distribusi lebih perifer (76%). Penebalan septum, penebalan
pleura, bronkiektasis, dan keterlibatan pada subpleural tidak banyak
ditemukan. Gambar 7 menunjukkan contoh gambaran CT scan toraks
pada pasien COVID-19.
22
Gambaran CT scan yang lebih jarang ditemukan yaitu efusi pleura, efusi
perikardium, limfadenopati, kavitas, CT halo sign, dan pneumotoraks.
Walaupun gambaran-gambaran tersebut bersifat jarang, namun bisa saja
ditemui seiring dengan progresivitas penyakit. Studi ini juga melaporkan
bahwa pasien di atas 50 tahun lebih sering memiliki gambaran
konsolidasi. Gambaran CT scan dipengaruhi oleh perjalanan klinis:50
Pasien asimtomatis: cenderung unilateral, multifokal, predominan
gambaran ground-glass. Penebalan septum interlobularis, efusi pleura,
dan limfadenopati jarang ditemukan.
Satu minggu sejak onset gejala: lesi bilateral dan difus, predominan
gambaran ground-glass. Efusi pleura 5%, limfadenopati 10%.
Dua minggu sejak onset gejala: masih predominan gambaran ground-
glass, namun mulai terdeteksi konsolidasi
Tiga minggu sejak onset gejala: predominan gambaran ground-glass dan
pola retikular. Dapat ditemukan bronkiektasis, penebalan pleura, efusi
pleura, dan limfadenopati.
23
Gambar 7. Gambaran CT Scan pada COVID-19. Tampak
gambaran ground-glass bilateral
24
Gambar 7: Transverse thin-section serial CT scans from a 77-year-old man
(A)Hari 5 setelah onset gejala: pacthy ground glass opacties yang tidak merata
didaerah parenkim paru bilateral subpleural. (B) Hari 15: kekeruhan ground
glass opacties berbentuk bulan sabit subpleural di kedua paru-paru, serta
kekeruhan posterior reticular.(C) Hari 20: perluasan lesi paru bilateral, dengan
pembesaran dan konsolidasi paru yang lebih padat dan efusi pleura bilateral
(panah). Pasien meninggal 10 hari setelah pemindaian akhir.51
Berikut merupakan alur pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen.44
25
Gambar 9. Alur Pemeriksaan Menggunakan Rapid Test Antigen
Pengambilan Spesimen
Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah:43
Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring).
Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal).
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia).
Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika
mengambil sampel dari saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron
steril atau rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel
dari tonsil atau hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi COVID-19
terutama pneumonia atau sakit berat, sampel tunggal saluran napas atas
tidak cukup untuk eksklusi diagnosis dan tambahan saluran napas atas
dan bawah direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil sampel
saluran napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien dengan
26
intubasi. Jangan menginduksi sputum karena meningkatkan risiko
transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah) dapat
diperiksakan jenispatogen lain.43
Bila tidak terdapat RT-PCR dilakukan pemeriksaan serologi. Pada kasus
terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran
napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi
pemeriksaan 2-4 hari sampai 2 kali hasil negative dari kedua sampel serta
secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan untuk
keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil
sesering mungkin yaitu harian.43
TATALAKSANA COVID-19
Pasien terkonfirmasi (+) COVID-1954
Tanpa Gejala
Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet dibawa pulang ke
rumah)
Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)
Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
Pasien dipantau melalui telfon oleh petugas FKTP
Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantau klinis
Gejala Ringan
Ditangani oleh FKTP, contohnya puskesmas, sebagai pasien rawat jalan
Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet dibawa pulang ke
rumah)
Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)
Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin, 1 x
400 mg (untuk 5 hari)
Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)
Simtomatis (paracetamol dan lain-lain).
Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU
Favipavir (Avigan), 2 x 600 mg (untuk 5 hari)
Kontrol FKTP setelah 14 untuk pemantauan klinis
Gejala Sedang
Rujuk ke Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet
Isolasi di Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, seperti wisma Atlet selama
14 hari
Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin, 1 x
400 mg (untuk 5 hari)
Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)
27
Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipavir (Avigan) loading dose
2 x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
Simtomatis (paracetamol dan lain-lain.)
Gejala Berat
Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
Diberikan obat-obatan Rejimen Covid-19 :
Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin, 1 x
400 mg (untuk 5 hari)
Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)
Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipavir (Avigan) loading dose
2 x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
Diberikan obat suportif lainnya
Pengobatan Komorbid yang ada
Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang memerlukan
ventilator mekanik
Keterangan
28
Vitamin C, 3 x 1 tablet, serta obat-obat simtomatis
Gejala sedang-berat
Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya puskesmas
Pemeriksaan foto thoraks
Rujuk ke Rumah Sakit Rujukan
Pikirkan kemungkinan diagnosis lain
29
PENCEGAHAN
III.10a Pencegahan Level Individu44
Upaya Kebersihan Personal dan Rumah
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah
COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal dan rumah dengan
cara:
Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik
atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol (hand sanitizer),
serta mandi atau mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya rumah
atau di tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau
bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci
Jangan berjabat tangan
Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau
dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci
tangan
Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian
Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda yang
sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan
lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain.
30
diduga terinfeksi penyakit. Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk
mencegah meluasnya penyebaran penyakit di wilayah tertentu. Pembatasan sosial
berskala besar paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja;
pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Selain itu, pembatasan social juga dilakukan dengan meminta
masyarakat untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam
rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical distancing),
yang dapat dilakukan dengan cara:
Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak minimal 1
meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman.
Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot) yang
tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika berpergian.
Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat wisata.
Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung/bersilaturahmi
tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon,
internet, dan media sosial.
Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau fasilitas
lainnya.
Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda tinggal
satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan mereka.
Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.
Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.
PROGNOSIS
Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat pulih secara bertahap tanpa
gejala sisa. Namun, mirip dengan SARS dan MERS, COVID-19 juga
dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada pasien
dengan kasus yang parah. Berdasarkan studi klinis yang dilaporkan
sejauh ini, faktor-faktor berikut dapat mempengaruhi atau dikaitkan
dengan prognosis pasien COVID-19:56
Usia: Usia adalah faktor yang paling penting untuk untuk COVID-19.
Terutama terjadi pada usia 30-65 dengan 47,7% pasien berusia di atas 50
tahun dalam studi 8.866 kasus. Pasien yang membutuhkan perawatan
31
intensif lebih mungkin memiliki penyakit komorbid dan komplikasi yang
mendasarinya. Usia sebagai faktor prognostic pasien COVID-19.
Seks: SARS-CoV-2 telah menginfeksi lebih banyak pria daripada wanita.
Komorbiditas dan komplikasi: Pasien dengan COVID-19 yang
membutuhkan perawatan intensif lebih mungkin menderita cedera jantung
akut dan aritmia. Peristiwa jantung juga merupakan alasan utama
kematian pada pasien SARS.
Temuan laboratorium abnormal: Tingkat protein C-reaktif (CRP) dalam
darah mencerminkan keparahan peradangan atau cedera jaringan dan
telah diusulkan sebagai faktor prognostik potensial untuk penyakit,
respons terhadap terapi, dan pemulihan akhir. Selain itu, peningkatan
laktat dehidrogenase (LDH), aspartat amino-transferase (AST), alanin
aminotransferase (ALT), dan creatine kinase (CK) juga dapat membantu
memprediksi hasilnya. Enzim ini diekspresikan secara luas di banyak
organ, terutama di jantung dan hati, dan dilepaskan selama kerusakan
jaringan. Dengan demikian, mereka adalah penanda tradisional untuk
disfungsi jantung atau hati.
Gejala klinis utama: Radiografi toraks dan perkembangan dari gejala
klinis harus dipertimbangkan bersama dengan masalah lain untuk prediksi
hasil dan komplikasi COVID-19.
Penggunaan steroid: Steroid adalah imunosupresan yang biasa
digunakan sebagai terapi tambahan penyakit menular untuk mengurangi
keparahan kerusakan peradangan. Karena kortikosteroid dosis tinggi
banyak digunakan pada pasien SARS parah, banyak penderita yang
menderita osteonekrosis avaskular dengan cacat seumur hidup dan
kualitas hidup yang buruk. Jadi, jika perlu, steroid harus digunakan
dengan dosis rendah dan untuk waktu yang singkat pada pasien COVID-
19.
Tekanan mental: Slama penyebaran COVID-19, banyak pasien menderita
tekanan luar biasa karena mereka sering mengalami karantina dan
ketidakpastian yang ekstrem dan menyaksikan kematian anggota keluarga
dekat dan sesama pasien. Sangat penting untuk memberikan konseling
psikologis dan dukungan jangka panjang untuk membantu pasien pulih
dari stres dan kembali ke kehidupan normal.56
Reinfeksi pasien yang sudah sembuh masih kontroversial. Tetapi telah ada
laporan yang menemukan pasien kembali positif rRT-PCR dalam 5-13 hari
setelah negatif dua kali berturut-turut dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal ini
kemungkinan karena reinfeksi atau hasil negatif palsu pada rRT-PCR saat
dipulangkan. Peneliti lain juga melaporkan deteksi SARS-CoV-2 di feses pada
pasien yang sudah negatif berdasarkan swab orofaring.57
32
SIMPULAN
COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi. Penyakit
ini harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat dan memiliki
banyak manifestasi klinis di beberapa organ, memiliki tingkat mortalitas
yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya terapi definitif. Tetap
menjaga kesehatan tubuh dan tidak lupa berdoa memohon perlindungan
terhadap Allah S.W.T
DAFTAR PUSTAKA
33
wuhan-virusspreading-human-to-human-officials-confirm-2020-1/?
r=US&IR=T.
John Hopkins University. Wuhan Coronavirus (2019-nCoV) Global
Cases(by John Hopkins CSSE). [Homepage on The Internet]. Cited Jan
28th 2020. Available on:
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/
bda7594740fd40299423467b48e9ecf6. (Jan 2020)
Ref : Estimating the effective reproduction number of the 2019-nCoV in
China - Zhidong Cao et al., Jan. 29, 2020
Elsevier. Novel Coronavirus Information Center. Cited Jan 26th 2020.
Available on: https://www.elsevier.com/connect/coronavirus-
informationcenter
Fehr AR, Perlman S. Coronavirus: An Overview of Their Replication and
Pathogenesis. Methods Mol Biol. 2015 ; 1282: 1–23.
Riedel S, Morse S, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s
Medical Microbiology. 28th ed. New York: McGraw-Hill
Education/Medical; 2019. p.617-22.
Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel
Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med.
2020;382(8):727-33.
Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, de Groot RJ, Drosten C, Gulyaeva
AA, et al. The species Severe acute respiratory syndrome-related
coronavirus: classifying 2019 nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nat
Microbiol. 2020; published online March 2. DOI: 10.1038/s41564-020-
0695-z.
H, Penninger JM, Li Y, Zhong N, Slutsky AS. Angiotensin-converting
enzyme 2 (ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor: molecular mechanisms and
potential therapeutic target. Intensive Care Med. 2020; published online
March 3. DOI: 10.1007/s00134-020-05985-9.
Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A
pneumonia outbreak associated with a new coronavirus of probable bat
origin. Nature. 2020;579(7798):270-3.
Han Y, Yang H. The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus
infection disease (COVID-19): A Chinese perspective. J Med Virol. 2020;
published online March 6. DOI: 10.1002/ jmv.25749.
Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A,
Williamson BN, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as
Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 2020; published online
March 17. DOI: 10.1056/NEJMc2004973.
Bai Y, Yao L, Wei T, Tian F, Jin D-Y, Chen L, et al. Presumed
Asymptomatic Carrier Transmission of COVID-19. JAMA. 2020;
published online February 21. DOI: 10.1001/jama.2020.2565.
34
Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical
characteristics and intrauterine vertical transmission potential of COVID-
19 infection in nine pregnant women: a retrospective review of medical
records. Lancet. 2020;395(10226):809-15.
Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for
gastrointestinal infection of SARS-CoV-2. Gastroenterology. 2020;
published online March 3. DOI: 10.1053/j.gastro.2020.02.055.
Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air,
Surface Environmental, and Personal Protective Equipment
Contamination by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient. JAMA. 2020; published
online March 4. DOI: 10.1001/jama.2020.3227.
Li X, Geng M, Peng Y, Meng L, Lu S. Molecular immune pathogenesis and
diagnosis of COVID-19. J Pharm Anal. 2020; published online March 5.
DOI: 10.1016/j.jpha.2020.03.001.
Liu Y, Gayle AA, Wilder-Smith A, Rocklöv J. The reproductive number of
COVID-19 is higher compared to SARS coronavirus. J Travel Med.
2020;27(2).
Hamming I, Timens W, Bulthuis ML, Lely AT, Navis G, van Goor H.
Tissue distribution of ACE2 protein, the functional receptor for SARS
coronavirus. A first step in understanding SARS pathogenesis. NCBI.
Published online June. J Pathol. 2004 Jun;203(2):631-7.
de Wit E, van Doremalen N, Falzarano D, Munster VJ. SARS and MERS:
recent insights into emerging coronaviruses. Nat RevMicrobiol.
2016;14(8):523-34.
Simmons G, Reeves JD, Rennekamp AJ, Amberg SM, Piefer AJ, Bates P.
Characterization of severe acute respiratory syndrome-associated
coronavirus (SARS-CoV) spike glycoprotein-mediated viral entry. Proc
Natl Acad Sci U S A. 2004;101(12):4240-5.
Wang H, Yang P, Liu K, Guo F, Zhang Y, Zhang G, et al. SARS
coronavirus entry into host cells through a novel clathrin and caveolae
independent endocytic pathway Cell Res. 2008;18(2):290-301.
Li G, Fan Y, Lai Y, Han T, Li Z, Zhou P, et al. Coronavirus infections and
immune responses. J Med Virol. 2020;92(4):424-32.
Qin C, Zhou L, Hu Z, Zhang S, Yang S, Tao Y, et al. Dysregulation of
immune response in patients with COVID-19 in Wuhan, China. Clin Infect
Dis. 2020; published online March 12. DOI: 10.1093/ cid/ciaa248.
Li X, Geng M, Peng Y, Meng L, Lu S. Molecular immune pathogenesis and
diagnosis of COVID-19. J Pharm Anal. 2020; published online March 5.
DOI: 10.1016/j.jpha.2020.03.001.
35
Fan YY, Huang ZT, Li L, Wu MH, Yu T, Koup RA, et al. Characterization
of SARS-CoV-specific memory T cells from recovered individuals 4 years
after infection. Arch Virol. 2009;154(7):1093-9.
Thevarajan I, Nguyen THO, Koutsakos M, Druce J, Caly L, van de Sandt
CE, et al. Breadth of concomitant immune responses prior to patient
recovery: a case report of non-severe COVID-19. Nat Med. 2020;
published online March 16. DOI: 10.1038/s41591-020-0819-2.
Xu Z, Shi L, Wang Y, Zhang J, Huang L, Zhang C, et al. Pathological
findings of COVID-19 associated with acute respiratory distress
syndrome. Lancet Respir Med. 2020; published online February 18. DOI:
10.1016/S2213-2600(20)30076-X.
Zumla A, Hui DS, Azhar EI, Memish ZA, Maeurer M. Reducing mortality
from 2019-nCoV: host-directed therapies should be an option. Lancet.
2020;395(10224):e35-e6.
World Health Organization. Report of the WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Geneva: World Health
Organization; 2020.
Kam KQ, Yung CF, Cui L, Lin Tzer Pin R, Mak TM, Maiwald M, et al. A
Well Infant with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) with High Viral
Load. Clin Infect Dis. 2020; published online February 28. DOI:
10.1093/cid/ciaa201.
World Health Organization. Clinical management of severe acute
respiratory infection when novel coronavirus (nCoV) infection is
suspected. Geneva: World Health Organization; 2020.
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of
coronavirus disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020; published
online March 3. DOI: 10.1016/j.jaut.2020.102433.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Published
Online January 24, 2020. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-
5.
Charleen Yeo, Sanghvi Kaushal, Danson Yeo. Enteric involvement of
coronaviruses: is faecal–oral transmission of SARS-CoV-2
possible? .Published: February 19, 2020 DOI :
https://doi.org/10.1016/S2468-1253(20)30048-0.
Madison Hunt, Christian Koziatek. A Case of COVID-19 Pneumonia in a
Young Male with Full Body Rash as a Presenting Symptom. Published
March 28, 2020. DOI: 10.5811/cpcem.2020.3.47349.
World Health Organization. Clinical management of severe acute
respiratory infection when novel coronavirus (2019-nCoV) infection is
suspected. interim guidance. [Serial on The Internet]. Cited Jan 30th
2020. Available on: https://www.who.int/publications-detail/clinical-
36
management-ofsever-acute-respiratory-infection-when-novel-coronavirus-
(ncov)-infection-is-suspected.(Jan 28th 2020.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Panduan Praktik Klinis: Pneumonia
2019-nCoV. PDPI: Jakarta; 2020.
Kementrian Kesehatan RI. PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISESASE (COVID-19) Revisi ke-4.
Jakarta; 2020.
Seminar PAPDI WEBINAR 20 Maret 2020. Variasi Gambaran Klinis
Covid-19: Update Diagnosis dan Tatalaksana.
Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, Liang WH, Ou CQ, He JX, et al. Clinical
Characteristics of Coronavirus Disease 2019 in China. New Engl J Med.
2020; published online February 28. DOI: 10.1056/ NEJMoa2002032.
Arentz M, Yim E, Klaff L, Lokhandwala S, Riedo FX, Chong M, et al.
Characteristics and Outcomes of 21 Critically Ill Patients With COVID-19
in Washington State. JAMA. 2020; published online March 19. DOI:
10.1001/jama.2020.4326.
Poggiali E, Dacrema A, Bastoni D, Tinelli V, Demichele E, Mateo Ramos
P, et al. Can Lung US Help Critical Care Clinicians in the Early
Diagnosis of Novel Coronavirus (COVID-19) Pneumonia? Radiology.
2020; published online March 13. DOI: 10.1148/ radiol.2020200847.
Qin C, Liu F, Yen TC, Lan X. 18F-FDG PET/CT findings of COVID-19: a
series of four highly suspected cases. Eur J Nucl Med Mol Imaging. 2020;
published online February 22. DOI: 10.1007/ s00259-020-04734-w.
Shi H, Han X, Jiang N, Cao Y, Alwalid O, Gu J, et al. Radiological
findings from 81 patients with COVID-19 pneumonia in Wuhan, China: a
descriptive study. Lancet Infect Dis. 2020; published online February 24.
DOI: 10.1016/S1473-3099(20)30086-4.
Shi Heshui, Xiaoyu Han, Nanchuan Jiang, Yukun Cao, et all. Radiological
findings from 81 patients with COVID-19 pneumonia in Wuhan, China: a
descriptive study. Published Online February 24, 2020.
https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30086-4.
Guo L, Ren L, Yang S, Xiao M, Chang, Yang F, et al. Profiling Early
Humoral Response to Diagnose Novel Coronavirus Disease (COVID-
19). Clin Infect Dis. 2020; published online March 28. DOI:
10.1101/2020.03.05.20030502.
World Health Organization. Laboratory testing for coronavirus disease
2019 (COVID-19) in suspected human cases. Geneva: World Health
Organization; 2020.
PDPI, 2020. Tata Laksana Pasien COVID-19. Jakarta: PDPI.
World Health Organization. Home care for patients with COVID-19
presenting with mild symptoms and management of their contacts.
Geneva: World Health Organization; 2020.
37
Ye Yi, Philip N.P. Lagniton, Sen Ye, Enqin Li and Ren-He Xu. COVID-19:
what has been learned and to be learned about the novel coronavirus
disease. Published: 2020.03.15. 2020; 16(10): 1753-1766. doi:
10.7150/ijbs.45134.
Lippi G, Lavie CJ, Sanchis-Gomar F. Cardiac troponin I in patients with
coronavirus disease 2019 (COVID-19): Evidence from a meta-analysis.
Prog Cardiovasc Dis. 2020; published online March 10. DOI:
10.1016/j.pcad.2020.03.001.
38