Supervisor Pembimbing:
dr. Karliansyah, SpAn, KIC
Dokter Pembimbing:
dr. Melina Megawati T. M
dr. Abdulah Zubaidi
Disusun oleh:
dr. Maria Louise Rawis
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
PENDAHULUAN
Kebanyakan pasien memiliki prognosis yang baik, dan sebagian kecil dalam
kondisi kritis bahkan meninggal. Pasien dengan kondisi kritis diperlukan perawatan
insentif di ruang Intensive Care Unit selama masa kritis.6
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang pasien dengan ARDS et causa COVID-
19 yang dirawat di RSUD Dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo.
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. DA
Umur : 52 tahun
No RM : 02 19 21
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Suku : Gorontalo
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 27-07-2020 (15.40)
Tanggal keluar RS :-
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.
Pemeriksaan Generalisata
Kepala
Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dada simetri, retraksi -/-
Palpasi : Fremitus kanan-kiri simetris, massa (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikular di seluruh lapang paru,
ronkhi -/+, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Pulsasi ictus cordis dalam batas normal
Perkusi : Redup, batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak mendatar dan simetris
Auskultasi : Supel, bising usus (+) normal
Hepar/Lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (+)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/- ; -/-, CRT < 2 detik.
Kesan:
- Moderate Pneumonia bilateral (typical viral pneumoni)
- Cardiomegaly disertai dilatatio aorta
V. Diagnosa kerja
Observasi Dyspnea + Probable Covid-19.
VI. Tatalaksana
O2 10-12 liter per menit via NRM
Head elevation 30o
IVFD RL 20gtt/m
Inj. Omeprazole 40mg/ 12 jam /IV
Paracetamol drips jika SB >38.5°C
Levofloxacin 1x500mg PO
Pasang kateter urine
Pasien direncanakan perawatan di ruang isolasi
VII. Resume
Telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien laki-
laki usia 52 tahun dengan keluhan utama sesak dan demam, sesak dirasakan 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan memberat bila pasien melakukan
aktivitas biasa. Demam dirasakan sejak tanggal 1 minggu SMRS. Pasien juga
mengeluh nyeri kepala dan rasa sakit pada seluruh tubuh. Pasien mengeluh nyeri
ulu hati sejak 1 hari SMRS dan mual, tidak disetai muntah.
Pasien sebelumnya dirawat di salah satu RSUD dnegan keluhan demam,
dan didiagnosa dnegan suspek demam Tifoid dan probable COVID-19. Tidak ada
riwayat sakit yang sama sebelumnya, namun pasien riwayat kontak dengan salah
satu rekan kerja yang terkonfirmasi COVID-19. Riwayat penyakit lainnya
disangkal. Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 110/60mmHg, nadi
110x/m, respirasi 40x/m dan SpO2 85% dengan NMR 10Lpm dan naik 91%
dengan NRM 15Lpm.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien saat masuk rumah sakit
didapatkan Leukosit 24.860/uL, Hb 10.9gr/dL, dan pada hitung jenis leukosit
ditemukan Neutrofil Segmen 87% dan Limfosit 8% dengan kesan NLR 10.8.
Ditemukan juga peningkatan pada SGOT dan SGPT yaitu 218mg/dL dan 139/dL.
Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan hasil dengan kesan moderate
pneumonia bilateral dan kardiomegali dengan dilatasi aorta.
VIII. Follow up
28/07/2020 Perawatan hari pertama di ICU Covid
S Sesak (+)
O B1: Napas spontan, RR: 34x/m, Rh+/+, Wh -/-, SpO2 77% dengan NRM 15Lpm
B2: TD 145/90, HR 96x/m reguler, kuat angkat.
B3: GCS 15, Suhu 36.9°C
B4: Urin kuning, UO: 1600cc/11jam.
B5: Abdomen supel, mual (-), muntah (-)
B6: Edema (-)
A Probable Covid-19 + Peningkatan Enzim Transaminase
P - Awasi Vital Sign
- O2 via NRM 15Lpm
- IVFD RF 750cc/24jam
- F: Diet makanan biasa
- A: -
- S: -
- T: Heparin 5000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam IV
- H: Head up 30°
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: -
- S: -
- B: -
- I: -
- D: AB: Levofloxacin 750mg/24jam IV
- Metilprednisolon 62.5mg/24 jam SP
- Furamin 1amp/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Resfar 3cc/12jam
- Sancorbin C 1 vial/24jam IV
- Paracetamol drips (bila suhu >38.5°C, HR >120x/m) IV
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Proliver 3x1 PO
S Sesak (+)
O B1: Napas spontan, RR: 23x/m, Rh+/+, Wh -/-, SpO2 95% dengan NRM 15Lpm
B2: TD 146/88, HR 86x/m reguler, kuat angkat.
B3: GCS 15, Suhu 36.5°C
B4: BAK (+) spontan
B5: Mual (-), muntah (-), BAB (+) bercak darah
B6: Edema (-)
A Probable Covid-19 + melena ec. gastropati NSAID + Peningkatan Enzim Transaminase
P - Awasi Vital Sign
- O2 via NRM 15Lpm
- IVFD NaCL 0.9% 500cc/24jam + Heparin 5000 unit
- F: Diet makanan biasa
- A: -
- S: -
- T: Heparin 5.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: -
- S: -
- B: -
- I: -
- D: AB:
Ceftriaxone 2gr/24jam IV
Azitromicin 1x500mg PO
- Furamin 1amp/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Resfar 3cc/12jam
- Sancorbin C 1 vial/24jam IV
- Buscopan 1 amp/12 jam IV
- Paracetamol drips (bila suhu >38.5°C, HR >120x/m) IV
- Oseltamivir 2x75mg PO
- Sucralfat 3x15cc PO
- Heparmin 3x1 PO
- Becom Zet 1x1tab PO
31/07/2020 Perawatan hari ke-empat di ICU Covid
S Sesak (+)
O B1: Napas spontan, RR: 34x/m, Rh+/+, Wh -/-, SpO2 94% dengan NRM 15Lpm
B2: TD 142/110, HR 118x/m reguler, kuat angkat.
B3: GCS 15, Suhu 36.8°C
B4: BAK (+) spontan.
B5: Abdomen supel, mual (-), muntah (-)
B6: Edema (-)
A Probable Covid-19 + Peningkatan Enzim Transaminase
P
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital sign
- O2 via NRM 15Lpm
- IVFD NaCL 0.9% 500cc/24jam + Heparin 5000 unit
- F: Diet makanan biasa
- A: -
- S: -
- T: Heparin 5.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G:
- S: -
- B: -
- I: -
- D: AB:
Ceftriaxone 2gr/24jam IV
Azitromicin 1x500mg PO
- Furamin 1amp/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Resfar 3cc/12jam IV
- Sancorbin C 1 vial/24jam IV
- Buscopan 1 amp/12 jam IV
- Paracetamol drips (bila suhu >38.5°C, HR >120x/m) IV
- Oseltamivir 2x75mg PO
- Sucralfat 3x15cc PO
- Heparmin 3x1 PO
- Becom Zet 1x1tab PO
S Sesak (+)
O B1: Napas spontan, RR: 35x/m, Rh+/+, Wh -/-, SpO2 93% dengan NRM 15Lpm
B2: TD 138/92, HR 94x/m reguler, kuat angkat.
B3: GCS 15, Suhu 36.5°C
B4: BAK (+) spontan.
B5: BAB (+)
B6: Edema (-)
A Confirmed Covid-19 Pneumonia + Peningkatan Enzim Transaminase
P - Monitoring
- X-Foto Thorax
- Pasang CVC
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- O2 via NRM 15Lpm, CPAP bila sesak menetap.
- IVFD RL 1000cc/24jam
- F: Diet makanan lunak TKTP (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: Heparin 10.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, posisi tengkurap 6-12 jam.
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: Target GDS 140-180
- S: -
- B: -
- I: CVC Subclavia Sinistra
- D: AB:
Ceftriaxone 2gr/24jam IV (H3)
Azitromicin 500mg/24 jam PO (H3)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV
- Furamin 1amp/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Resfar 3cc/12jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Oseltamivir 2x75mg PO
- N-acetil systein 3x200mg PO
- Sucralfat 3x15cc PO
- Heparmin 3x1 PO
- Becom Zet 1x1tab PO
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- O2 via NRM 15Lpm, CPAP bila sesak menetap.
- IVFD RL 500cc/24jam, Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet makanan lunak TKTP (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: Heparin 10.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, posisi tengkurap 6-12 jam.
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: Target GDS 140-180
- S: -
- B: New Diatabs 1x2 PO
- I: CVC Subclavia Sinistra
- D: AB:
Ceftriaxone 2gr/24jam IV (H4)
Azitromicin 500mg/24 jam PO (H4)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV
- Furamin 1amp/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Oseltamivir 2x75mg PO
- N-acetil systein 3x200mg PO
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- O2 via NRM 10-15Lpm, CPAP bila sesak menetap.
- IVFD RL 1000cc/24jam
- F: Diet makanan lunak TKTP (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: Heparin 10.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, Prone potision 6-12 jam.
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: Target GDS 140-180 (GDS: 147)
- S: -
- B: -
- I: CVC Subclavia Sinistra
- D: AB:
Ceftriaxone 2gr/24jam IV (H5)
Azitromicin 500mg/24 jam PO (H5)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV
- Furamin 1amp/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Sancorbin C drips/24jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Oseltamivir 2x75mg PO
- N-acetil systein 3x200mg PO
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- HFNC mulai dengan Flow: 20Lpm, FiO2 100% titrasi. Evaluasi ROX Indeks. Rox
index: 3.88
- IVFD RL 250cc/24jam, Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet makanan lunak 1500kkal (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: Heparin 15.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, Prone potision 6-12 jam.
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: Target GDS 140-180 (GDS: 231)
- S: -
- B: Diatabs 2 tablet bila BAB cair >2x
- I: CVC Subclavia Sinistra
- D: AB:
Ceftriaxone 2gr/24jam IV (H6)
Azitromicin 500mg/24 jam PO (H6)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV (H4)
- Furamin 1amp/12jam IV
- Resfar 3cc/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Sancorbin C 1 via/24jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Oseltamivir 2x75mg PO
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
5/08/2020 Perawatan hari ke-sembilan di ICU Covid
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- O2 NRM 12Lpm.
- IVFD RL 250cc/24jam, Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet makanan biasa TKTP (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: Heparin 15.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, Prone potision 6-12 jam.
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: Target GDS 140-180 (GDS: 178)
- S: -
- B: Diatabs 2 tablet bila BAB cair >2x
- I: CVC Subclavia Sinistra
- D: AB:
Meropenem 1gr/8jam habis dalam 3 jam SP (H1)
Azitromicin 500mg/24 jam PO (H7)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV (H5)
- Furamin 1amp/12jam IV
- Resfar 3cc/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Sancorbin C drips/24jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Oseltamivir 2x75mg PO
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
S -
O B1: Napas spontan, RR: 26x/m, Rh+/+, Wh -/-, SpO2 96% dengan NRM 10Lpm
B2: TD 128/76mmHg, HR 104x/m.
B3: GCS 15, Suhu 36.5°C
B4: Urine kuning. UO: 2500cc/24jam
B5: Abdomen supel, BAB (+).
B6: Edema (-)
A ARDS ec. Covid-19 Perbaikan + Sepsis + Peningkatan Enzim Transaminase
P - Awasi Vital Sign
- O2 NRM 8Lpm.
- IVFD RL 250cc/24jam, Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet makanan biasa TKTP (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: Heparin 15.000 unit dalam 50cc NaCl 0.9%/24jam SP
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, Prone potision 6-12 jam.
- U: Omeprazole 40mg/12jam IV
- G: Target GDS 140-180 (GDS: 152)
- S: -
- B: -
- I: CVC Subclavia Sinistra
- D: AB:
Meropenem 1gr/8jam habis dalam 3 jam SP (H3)
Azitromicin 500mg/24 jam PO (H9)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV (H7)
- Furamin 1amp/12jam IV
- Resfar 3cc/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Sancorbin C 1 via/24jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- HFNC Flow: 30Lpm, FiO2: 35%. Rox index: 11.09
- IVFD Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet ML TKTP (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: -
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, Prone potision 6-12 jam.
- U: -
- G: Target GDS 140-180 (GDS: 163)
- S: -
- B: -
- I: CVC Subclavia Sinistra (H8)
- D: AB:
Meropenem 1gr/8jam habis dalam 3 jam SP (H4)
Metronidazole 500mg/8jam PO (H1)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV (H8)
- Furamin 1amp/12jam IV
- Resfar 3cc/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Sancorbin C 1 via/24jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
S Sesak berkurang
O B1: Napas spontan, RR: 24x/m, Rh+/+, Wh -/-, SpO2 94% HFNC Flow: 30Lpm
FiO2:35%
B2: TD 117/73mmHg, HR 94x/m.
B3: GCS 15, Suhu 37.2°C
B4: BAK (+)
B5: Abdomen supel, BU (+), BAB (+)
B6: Edema (-)
A ARDS ec. Covid-19 Perbaikan + Sepsis + Suspek Clostridium Difficile Infection
P - Monitoring
- Mobilisasi dan fisioterapi dada
- Foto thorax kontrol senin
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- HFNC Flow: 30Lpm, FiO2: 35%. Rox Index: 11.19
- IVFD Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet ML TKTP (Protein 100gr/hari)
- A: -
- S: -
- T: -
- H: Head up 30°. Miring kanan-kiri, Prone potision 6-12 jam.
- U: -
- G: Target GDS 140-180 (GDS: 163)
- S: -
- B: -
- I: CVC Subclavia Sinistra (H8)
- D: AB:
Meropenem 1gr/8jam habis dalam 3 jam SP (H5)
Metronidazole 500mg/8jam PO (H2)
- Metilprednisolon 62.5mh/8jam IV (H9)
- Furamin 1amp/12jam IV
- Resfar 3cc/12jam IV
- Solvinex 1 amp/8jam IV
- Sancorbin C 1 via/24jam IV
- Combivent Nebulizer/8jam
- Sucralfat 3x15cc PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
S -
O B1: Napas spontan, RR: 29x/m, Rh+/+, Wh -/-, SpO2 98% dengan Nasal Kanul 4Lpm.
B2: TD 136/88mmHg, HR 97x/m.
B3: GCS 15, Suhu 37.3°C
B4: Urine kuning jernih, UO: 2500cc/24jam
B5: Abdomen supel, BU (+), BAB (+) lendir campur darah 2x.
B6: Edema (-)
A Covid-19 (Hasil swab PCR 6/8/20 Negatif) + Sepsis Perbaikan + Suspek Clostridium
Difficile Infection
P - Monitoring
- Aff CVC
- Foto thorax kontrol
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- O2 Nasal kanul 4Lpm
- IVFD Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet TKTP
- A: -
- S: -
- T: -
- H: Head up 30°. Mobilisasi
- U: -
- G: Target GDS 140-180 (GDS: 150)
- S: -
- B: -
- I: CVC Subclavia Sinistra (H8)
- D: AB:
Metronidazole 500mg/8jam PO (H3)
- Ambroxol Syrup 3x10cc PO
- N-acetil systein 3x2tab PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
Kesan:
S -
O B1: Napas spontan, RR: 22x/m, SpO2 97% dengan Nasal Kanul 4Lpm.
B2: TD 114/68mmHg, HR 97x/m.
B3: GCS 15, Suhu 36.8°C
B4: BAK (+)
B5: Abdomen supel, BU (+), BAB (+) berlendir campur darah.
B6: Edema (-)
A Covid-19 + Sepsis Perbaikan + Suspek Clostridium Difficile Infection
P - Monitoring
- Aff kateter
- Rencana Swab PCR tanggal 13/8/20
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- O2 Nasal kanul 4Lpm
- IVFD Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet TKTP
- A: -
- S: -
- T: -
- H: Head up 30°. Mobilisasi, belajar duduk di kursi roda.
- U: -
- G: Target GDS 140-180
- S: -
- B: -
- I: -
- D: AB:
Metronidazole 500mg/8jam PO (H4)
- Ambroxol Syrup 3x10cc PO
- N-acetil systein 3x2tab PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
- As. Tranexamat 500mg/8jam PO
- Berjemur tiap pagi
S -
O B1: Napas spontan, RR: 25x/m, SpO2 98% dengan Nasal Kanul 4Lpm.
B2: TD 109/70mmHg, HR 90x/m.
B3: GCS 15, Suhu 36.6°C
B4: BAK (+)
B5: Abdomen supel, BU (+), BAB (-).
B6: Edema (-)
A Covid-19 + Sepsis Perbaikan + Suspek Clostridium Difficile Infection
P - Rencana Swab PCR tanggal 13/8/20
Instruksi Terapi:
- Awasi Vital Sign
- O2 Nasal kanul 4Lpm
- IVFD Aminofluid 500cc/24jam
- F: Diet TKTP
- A: -
- S: -
- T: -
- H: Head up 30°. Mobilisasi, belajar duduk di kursi roda.
- U: -
- G: Target GDS 140-180
- S: -
- B: -
- I: -
- D: AB:
Metronidazole 500mg/8jam PO (H5)
- Ambroxol Syrup 3x10cc PO
- N-acetil systein 3x2tab PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
- As. Tranexamat 500mg/8jam PO
- Berjemur tiap pagi
S -
O B1: Napas spontan, RR: 18x/m, SpO2 99% dengan Nasal Kanul 4Lpm.
B2: TD 105/63mmHg, HR 81x/m.
B3: GCS 15
B4: BAK (+)
B5: Abdomen supel, BU (+).
B6: Edema (-)
A Covid-19 + Suspek Clostridium Difficile Infection
P - Awasi Vital Sign
- O2 Nasal kanul 4Lpm
- Head up 30°
- Mobilisasi
- Metronidazole 500mg/8jam PO (H6)
- N-acetil systein 3x2tab PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
- As. Tranexamat 500mg/8jam PO
- Berjemur tiap pagi
- Rencana Swab hari ini
- Persiapan rawat jalan
S -
O B1: Napas spontan, RR: 22x/m, SpO2 97% dengan Nasal Kanul 2Lpm.
B2: TD 151/94mmHg, HR 111x/m.
B3: GCS 15
B4: BAK (+)
B5: Abdomen supel, BU (+).
B6: Edema (-)
A Covid-19 (Hasil swab PCR 13/08/20 Negatif ke2) + Suspek Clostridium Difficile
Infection
P - O2 Nasal kanul 2-4Lpm
- Head up 30°
- Mobilisasi
- Metronidazole 500mg/8jam PO (H7)
- N-acetil systein 3x2tab PO
- Becom Zet 1x1tab PO
- Heparmin 3x1 PO
- KSR/24jam
- Berjemur tiap pagi
- Persiapan rawat jalan
BAB II
PEMBAHASAN
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) masih menjadi permasalahan dunia sejak awal
dilaporkan di Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019. COVID-19 adalah infeksi yang
2). Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di
China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO
dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus. World Health Organization
(WHO) mencatat hingga tanggal 16 Agustus 2020 ada sebanyak 21.294.845 kasus
COVID-19 didunia, dan terjadi penambahan kasus sebanyak 267.291 di seluruh dunia
dalam 24 jam terakhir, dan WHO melaporkan pada tanggal 12 Agustus 2020 di Indonesia
kasus COVID-19 terkonfirmasi ada sebanyak 130.718 diantaranya 5.903 kasus yang
meninggal dan 85.798 yang sembuh. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
merupakan kondisi mengancam jiwa yang disebabkan oleh berbagai faktor risiko
termasuk infeksi dan trauma pada paru. Angka mortalitasnya mencapai 90% apabila
penderita tidak ditangani secara adekuat.(9) COVID-19 saat ini diketahui sebagai salah
yang menjadi sumber penularan COVID-19 masih belum diketahui secara pasti. Saat ini,
simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Selain itu, telah
diteli bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol misalnya dihasilkan melalui
intubasi, dan lain-lain yang berlangsung selama setidaknya 3 jam. Masa inkubasi
COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai
oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung
dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan
sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Pada kasus ini, didapatkan dari anamnesa
adanya bukti bahwa pasien memiliki kontak erat dengan rpasien terkonfismasi COVID-19
sebelum merasakan gejala. Sehingga memungkinkan adanya risiko transmisi dari manusia
dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif. Pasien dengan kanker dan
penyakit hati kronik juga lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2. Kanker
diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen
proinflamasi, dan gangguan maturasi sel dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit
hati kronik juga mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit
COVID-19, dan memiliki prognosa yang lebih buruk. Beberapa faktor risiko lain yang
ditetapkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat,
termasuk tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area
terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2
meter) dianggap sebagai risiko rendah . Pada kasus ini pasien memiliki beberapa faktor
risiko berupa kontak erat dengan rekan kerja yang terkonfirmasi COVID-19, dan berjenis
kelamin laki-laki. sedangkan untuk riwayat penyakit sebelumnya disangkal dan pasien
Manifestasi klinis yang dialami dapat bersifat ringan, sedang, berat hingga kritis,
dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala
apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa
lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung
tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman
dan ruam kulit. Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi,
40% kasus mengalami penyakit ringan, 40% mengalami penyakit sedang termasuk
pneumonia, 15% kasus mengalami penyakit parah, dan 5% kasus mengalami kondisi
kritis. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
sepsis dan syok septik, multi-organ failure, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut
hingga berakibat kematian. Pada kasus ini ditemukan pasien datang dengan keluhan
demam dan sesak napas, demam merupakan gejala yang pertama kali dirasakan pasien,
kemudian diikuti dengan mual, sakit kepala, nyeri seluruh tubuh dan sesak yang semakin
Penyebab kematian utama dari COVID–19 adalah ARDS. Acute respiratory distress
syndrome adalah kondisi imunopatologis akibat infeksi SARS–CoV2. Mekanisme utama
penyebab ARDS adalah badai sitokin, suatu respons inflamasi sistemik tidak terkontrol
dari pelepasan sejumlah besar sitokin proinflamasi dan kemokin akibat sel efektor dari
infeksi SARS–CoV2. Badai sitokin akan memicu sistem imun dan menyerang tubuh
sehingga menyebabkan ARDS, gagal napas dan kegagalan organ multipel sehingga
membutuhkan ventilasi mekanis dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada kasus
berat pasien COVID–19. ARDS adalah kondisi mengancam jiwa yang diakibatkan oleh
karena infeksi atau trauma pada paru. Adanya inflamasi pada parenkim paru akan
mengakibatkan gangguan pertukaran gas, hipoksemia dan kegagalan fungsi organ. Angka
mortalitas pada penyakit ini mencapai 90% akan tetapi dengan diagnosis dini dan terapi
yang adekuat maka angka mortalitas dapat ditekan hingga menjadi 50%. Menurut kriteria
Berlin, diagnosis ARDS dapat ditegakkan jika terdapat onset akut dari gejala respirasi
atau perburukan gejala respirasi pada kasus infeksi atau trauma paru dengan gambaran
radiologis berupa opasitas bilateral yang sesuai dengan gambaran edema paru, akan tetapi
tidak disebabkan oleh kegagalan jantung atau adanya overload. Menurut kriteria
(pulmonary artery wedge pressure) < 18. Berdasarkan rasio PaO2:FiO2 maka ARDS
dapat dibedakan menjadi ringan (rasio PaO2:FiO2 200–300), sedang (rasio PaO2:FiO2
100–200), dan berat (rasio PaO2:FiO2 < 100). Kriteria ini cukup mudah diaplikasikan di
lapangan walaupun tetap memiliki keterbatasan terutama pada gambaran radiologis. Pada
pasien ini onset perburukan gejala respirasi terjadi 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
dengan riwayat dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan adanya infeksi, diperlihatkan
juga dengan adanya gejala sesak dan demam yang telah muncul 1 minggu sebelumnya.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan analisa gas darah, sehingga diagnosa pasien
didapatkan dari klinis dan radiologi pasien yang menunjukkan viral pneumonia tanpa ada
kegagalan jantung, atau pun overload, sesuai dengan teori pada kriteria Berlin.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang menukung pasien
rutin, hitung jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan
dijumpai, sehingga kadang diduga sebagai pasien dengue. Trombositopenia awalnya tidak
termasuk dalam temuan pada pasien COVID-19. Namun, awal Maret 2020, sebuah meta-
analisis yang mencakup 9 studi dengan total sampel 1779 pasien menyatakan bahwa
trombositopenia pada COVID-19 dapat menjadi salah satu prediktor tingkat keparahan
transaminase yang berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit. Namun, belum dapat
liver injury disebabkan oleh infeksi virus secara langsung pada sel-sel hepar, mengingat
hepar juga memiliki reseptor ACE-2 yang digunakan SARS-CoV-2 untuk melekat,
kemungkinan mekanisme lain yang dapat menyebabkan liver injury adalah in amasi yang
dimediasi sistem imun dan hipoksia terkait pneumonia. Pemeriksaan lainnya berupa
pencitraan, dan yang menjadi pilihan adalah foto toraks dan Computed Tomography Scan
(CT- scan) toraks. Pada foto toraks dapat ditemukan gambaran seper opasifikasi ground-
glass, infiltrat, penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis.
Foto toraks kurang sensitif dibandingkan CT scan, karena sekitar 40% kasus tidak
ditemukan kelainan pada foto toraks. Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan
molekuler untuk seluruh pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada
individu yang tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh dikerjakan
positif pada minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARS-CoV-2
atau rRT-PCR positif betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing sebagian atau
seluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2. Dalam kasus ini, pasien
spesifik. Pada hasil pemeriksaan foto thorax pasien pertama kali ditemukan kesan
moderate pneumonia bilateral, pada perawatan hari kelima pasien dilakukan pemeriksaan
kontrol foto thorax dan didapatkan hasil kesan severe peumonia bilateral dengan lesi
progresive dibandingkan dengan sebelumnya, dan foto thorax terakhir dilakukan pada
perawatan hari ke empat belas dengan gambaran yang sama tetapi ditemukan juga fibrotik
paru sinistra. Pasien juga dinyatakan terkonfirmasi COVID-19 pada hasil pemeriksaan
laboratorium SGOT dan SGPT pada pasien, dimana hal ini sesuai dengan beberapa
ditekankan bahwa apabila respons terapi tidak sesuai dengan yang diharapkan maka perlu
dipikirkan adanya kemungkinan terapi yang tidak adekuat atau misdiagnosa. Terapi
suportif termasuk kontrol kadar gula, pencegahan DVT (trombosis vena dalam), stress
Pemberian nutrisi enteral secara dini juga dikatakan mampu membantu perbaikan kondisi
penderita. Walaupun masih menjadi kontroversi mengenai jumlah, jenis dan waktu yang
tepat untuk enteral nutrisi tersebut. Dalam buku Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
COVID-19 revisi ke-5 dijelaskan tatalaksana untuk pasien COVID-19 yang sakit kritis
seperti gagal napas dan ARDS sendiri adalah berupa oksigen nasal aliran tinggi (High-
Flow Nasal Oxygen/HFNO) atau ventilasi non invasif (NIV), intubasi endotrakeal,
ventilasi mekanik menggunakan volume tidal yang rendah (4-8 ml/kg prediksi berat
badan, Predicted Body Weight/PBW) dan tekanan inspirasi rendah (tekanan plateau <30
cmH2O). Dan untuk pasien dengan ARDS berat dilakukan ventilasi dengan prone
position > 12 jam per hari, serta manajemen cairan konservatif untuk pasien dengan
ARDS tanpa hipoperfusi jaringan. Namun, sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik
yang dapat diberikan adalah berupa terapi simtomatik. National Health Commission
(NHC) China telah meneliti beberapa obat yang dapat mengatasi infeksi SARS-CoV-2,
remdesvir dan umifenovir. Selain itu, terdapat beberapa obat anti virus lainnya yang
sedang dalam uji coba. Pemberian antibiotik hanya dibenarkan pada pasien yang dicurigai
infeksi bakteri dan bersifat sedini mungkin, antibiotik yang dipilih adalah antibiotik
SARS yang diberikan kortiksteroid, 152 diantaranya termasuk kategori kritis. Hasil studi
SARS yang kritis. Dosis yang diberikan adalah dosis rendah-sedang (≤0.5-1 mg/kgBB
metilprednisolon atau ekuivalen) selama kurang dari tujuh hari, namun beberapa jurnal
pneumonia COVID-19. Pada pasien ini. Pada pasien ini diberikan terapi berupa O2 sejak
hari pertama perawatan, pada hari perawatan ke dua belas di ICU COVID pasien
diberikan oksigen nasal aliran tinggi (High-Flow Nasal Oxygen/HFNO) dimulai dengan
flow 30Lpm dan FiO2:35%. Pasien juga dilakukan prone potision selama 6-12 jam mulai
dari hari ke lima pasien dirawat. Pasien juga diberikan kortiksteroid berupa
metilprednisolon selama 9 hari. Pada pasien diberikan juga terapi antivirus, antibiotik,
Hingga saat ini mortalitas COVID-19 mencapai 2% tetapi jumlah kasus berat
mencapai 10%. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu.
Prognosis tergantung pada derajat penyakit, ada tidaknya komorbid dan faktor usia. Pada
kasus ini, pasien mengalami gejala berat dan mengakibatkan lama perawatan di rumah
sakit semakin panjang dan harus dirawat di ICU selama belum terlihat adanya perbaikan
RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus seorang pasien laki-laki 51 tahun dengan keluhan
utama sesak dan demam. Pasien juga mengeluh nyeri kepala dan rasa sakit pada seluruh
tubuh. Pasien memiliki riwayat kontak erat dengan seseorang yang terkonfirmasi
pasien didiagnosis kerja dengan ARDS et causa COVID-19. Pasien dirawat di ruangan
ICU COVID selama 19 hari dengan terapi oksigen, antivirus, antibiotik, dan simptomatik
Handayani D, Hadi DR, Isbaniah F, Burhan E, Agustin H. Penyakit Virus Corona 2019.
J Respir Indo, 2020; 40 (2): 119 -129.
Mahrania, Hana Khairina Putri Faisal, Paramita Khairan, Iffa Mutmainah, Fitriana Nur
Rahmawati, Sarah Shafa Marwadhani, Gadistya Novitri Adinda, Uti Nilam Sari,
Pukovisa Prawirohardjo. Kasus COVID-19 Ringan Pada Tenaga Medis:
Evaluasi Temuan Klinis dan Risiko Transmisi: Laporan Kasus. J Indon Med
Assoc, 2020; 70(4): 78-86.
Mason RJ. Pathogenesis of COVID-19 from a cell biology perspective. Eur Respir J,
2020; 55: 2000607. https://doi.org/10.1183/13993003.00607-2020.
Ng MK, Ngo J, Patel A, Patel D, Ng KK. A Case Report of Rapidly Lethal Acute
Respiratory Distress Syndrome Secondary to Coronavirus Disease 2019 Viral
Pneumonia. Cureus, 2020; 12(5): e8228. DOI 10.7759/cureus.8228.
Purwaamidjaja DB, Lestari MI. Trakeostomi Dini pada Pasien Krisis Coronavirus
Disease (COVID-19). PP Perdatin, 2020; 142-150.
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Djoko Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan,
Sinto R, Singh G, Nainggolan L, Nelwan EJ, Chen LK, Widhani A, Wijaya E,
Wicaksana B, Maksum M, Annisa F, Jasirwan COM, Yunihastuti E. Coronavirus
Disease 2019: Review of Current Literatures. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 2020; 7 (1): 45-67.
Team NCPERE. Vital surveillances: the epidemiological characteristics of an
outbreak of 2019novel coronavirus diseases (COVID-19) - China. China CDC
Weekly. 2020; 2(8): 113-22.
Wiersinga WJ, Rhodes A, Cheng AC, Peacock SJ, Prescott HC. Pathophysiology,
Transmission, Diagnosis, and Treatment of Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)A Review. JAMA, 2020; 1-15. doi:10.1001/jama.2020.12839.
Xu Z, Shi L, Wang Y, Zhang J, Huang L, Zhang C, Liu S, Zhao P, Liu H, Zhu L, Tai Y,
Bai C, Gao T, Song J, Xia P, Dong J, Zhao J, Wang FS. Pathological findings of
COVID-19 associated with acute respiratory distress syndrome. Lancet
Respir Med, 2020; 8 (4): 420-422. https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30076-
X.