Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. J

Usia : 70 tahun

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Suku : Aceh

Alamat : kec.tanah jambo aye, panton labu

Tanggal Pemeriksaan : 31 juli 2015

2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan Utama

Pasien datang ke puskesmas tanah jambo aye dengan keluhan kulit gatal

dan kemerahan di kedua tangan

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan di ke 2 tangan terasa panas dan gatal sejak 1
hari yang lalu akibat terkena tumpahan oli rem motor dirumahnya, awalnya jari
tangan hanya terasa gatal, kemudian lama lama menjadi panas, berwarna
kemerahan, kemudian kulit jari dan tangannya mulai mengelupas menjadi kasar,

1
2

dan bersisik. Jari terasa perih jika terkena air. Os menyangkal memiliki riwayat
alergi sebelumnya. Os juga mengaku tidak mengkonsumsi obat apapun
sebelumnya.

2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien diketahui ada riwayat tuberkulosis paru dan sudah

dinyatakan sembuh oleh dokter

2.2.7 Riwayat Keluarga

Os mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama.

2.2.8 Riwayat Penggunaan Obat

Os mengaku hanya pernah minum obat OAT dan sudah berhenti 1


tahun yang lalu. sebelum keluhan terjadi os mengaku tidak
meminum obat
riwayat penggunaan obat lain disangkal
2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status Present

1) Keadaan umum : sedang

2) Kesadaran : compos mentis

3) Tekanan darah : 120/80 mmHg

4) Frekuensi Nadi : 88x/menit

5) Frekuensi Nafas : 22x/menit

6) Temperatur : 37,8 oC

B. Status General
3

1) Kulit

Status Dermatologis : Terdapat plak eritem, bentuk dan ukuran bervariasi,

bentuk tidak teratur, berbatas tidak tegas, tepi ireguler, distribusi terlokalisir

pada ke dua tangan ditutupi skuama kasar berwarna putih disertai beberapa

daerah terdapat fisura berwarna kemerahan.

2) Kepala

Bentuk : kesan normocephali

Wajah : simetris, deformitas (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),


4

pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)

Hidung : Hiperemis (-/-), sekret (-/-), deviasi septum (-), nafas cuping

hidung (-)

Telinga : bentuk aurikula normal, kedua membran timpani utuh, hiperemis

(-/-), sekret (-/-)

Mulut

- bibir : sianosis (-), sariawan (-)

- lidah : beslag (-)

- gigi : struktur gigi atas dan bawah normal, karies (-)

- tonsil : dalam batas normal

- faring: dalam batas normal

3) Leher

Inspeksi : simetris, peningkatan tekanan vena jugularis (-)

Palpasi : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), massa (-)

4) Thoraks

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi intercosta (-)

Palpasi : massa (-), fremitus vokal kanan dan kiri simetris serta tidak

meningkat

Perkusi : sonor (+/+)

Auskultasi : vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

5) Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula


5

sinistra

Perkusi :

batas kanan = ICS IV, linea parasternal dextra

batas kiri = ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula sinistra

batas atas = ICS III, linea parasternal sinistra

Auskultasi : regular, bising (-)

6) Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tampak sedikit kembung, luka parut (-)

Palpasi : soepel, hepatogemali (-), splenomegali (-), massa lain (-)

Perkusi : timpani, asites (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) nornal

7) Genitalia

Tidak diperiksa

8) Anus

Tidak diperiksa

9) Ekstremitas

Edema (-/-), sianosis (-/-), petekie (-/-)

2.4 Diagnosa Banding

1. Dermatitis kontak iritan


2. Dermatitis kontak alergi
3. Dermatitis atopic

2.5 Diagnosa Kerja

Dermatitis kontak iritan e.c pelumas mesin


6

2.6 Penatalaksanaan

=> Non medikamentosa


Menghindari iritan, dalam hal ini pelumas mesin/oli. Dan lebih waspada
terhadap paparan zat iritan lainnya.
=> Medikamentosa
Sistemik
Methylprednisolon tab 8mg 1x/hari
cetirizin tab 2x/Hari
Salep
hydrokortison 2,5%,, vaselin album 40 gram malam hari

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin.

2.8 Prognosis

Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam

Quo Ad Fungsionum : Dubia ad bonam

Quo Ad Sanationum : Dubia ad bonam


7

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

3.1.1.Definisi Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau

substansi yang menempel pada kulit.Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak

yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat

bersifat akut maupun kronis.7

3.1.2 Definisi Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non

imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen yang

dipengaruhi faktor endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi,


8

fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada

penyakit ini .3

3.2. Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai

golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis

kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan

cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara

lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan.7

Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic

menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional nonfatal pada tahun

2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang

merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational.

Berdasarkan penelitian tahunan dari institusi yang sama, bahwa angka kejadian

untuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-

95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit

didalamnya adalah dermatitis kontak iritan.3

3.3. Etiologi

1. Faktor Eksogen

Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi

potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan

bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang

dimaksudkan termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik,

konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan.


9

Selain itu, sifat dari pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan

jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah

pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti

lokalisasi tubuh yang terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan,

gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin

menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan

pada bahan iritan.

2. Faktor Endogen

2.1. Faktor genetik

Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk

mengeluarkan radikal bebas, dan mengubah derajat enzym antioksidan,dan

kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya

dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon

tubuh terhadap bahan-bahan ititan.Selain itu, predisposisi genetik terhadap

kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan. Pada

penelitian, diduga bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan

terhadap bahan iritan.3

2.2. Jenis Kelamin

Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan

wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis

kelamin dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh

bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada

pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan


10

berdasarkan penelitian (Wolff, 2008).

2.3. Umur

Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahanbahan

kimia dan bahan iritan lewat kulit.Banyak studi yang menunjukkan bahwa

tidak ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya

umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi

kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang

tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda (Wolff,

2008).

2.4. Suku

Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi

berkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan.Karena eritema sulit

diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai

satusatunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada

kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan

daripada kulit putih (Wolff, 2008).

2.5. Lokasi Kulit

Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga

kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap

dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten (Tony,

2010).
11

3.4. Manifestasi Klinis

Berdasarkan gejala klinis dermatitis kontak iritan ada dua yaitu dermatitis

kontak iritan akut dan dermatitis iritan kronik.2

1. Dermatitis kontak iritan akut

Pada dermatitis kontak iritan akut, reaksi sering disebabkan oleh paparan tunggal

iritan dan manifestasi kulit biasanya menghilang dalam beberapa hari sampai

minggu.Sumber iritan yang paling sering adalah kimia atau abrasi pada kulit.Salah

satu peristiwa awal utama sebelum kerusakan kulit yang diamati adalah pelepasan

sitokin proinflamasi. Hal ini pada gilirannya memperkuat reaksi inflamasi dengan

melepaskan kemokin, sehingga vasodilatasi dan infiltrasi sel (misalnya, limfosit,

eosinofil, makrofag, neutrofil, sel T) ke dalam epidermis dan dermis. Tanda

histopatologis dari iritasi adalah kerusakan epidermis yaitu spongiosis dan

pembentukan microvesikel, eritema, indurasi, dan edema yang mengarah ke

daerah yang menyakitkan lokal dari kulit.

2. Dermatitis kontak iritan kronis

Distribusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitis kontak iritan

kumulatif, biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian menyebar ke

bagian dorsal dan telapak tangan.Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari

ujung jari (pulpitis).1

DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulangulang, dan

mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi

suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi

bila bergabung dengan faktor lain baru mampu memberi kelainan. Kelainan baru
12

nyata setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bahkan bisa

bertahun-tahun kemudian.Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor

paling penting.7

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal

dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.Bila kontak terus berlangsung

maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan

hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh

penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.1

3.5 DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat

dan pengamatan gambaran klinis yang akurat. DKI akut lebih mudah diketahui

karena munculnya lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat

penyebab terjadinya. DKI kronis timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis
13

yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan dengan DKA. Selain anamnesis, juga

perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk lebih memastikan diagnosis DKI.

A. Pemeriksaan Fisis
Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria dignosis primer untuk DKI sebagai

berikut: 1
- Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura predominan setelah terbentuk

vesikel
- Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh
- Bentuk sirkumskrip tajam pada kulit
- Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan

B. Pemeriksaan Penunjang.
Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak

iritan. Ruam kulit biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapat

beberapa tes yang dapat memberikan indikasi dari substansi yang berpotensi

menyebabkan DKI. Tidak ada spesifik tes yang dapat memperlihatkan efek

yang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan. Dermatitis

kontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari efek

berbagai iritans.4
1. Patch Test
Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan

kontak dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasi

yang digunakan harus tepat. Jika terlalu sedikit, dapat memberikan hasil

negatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan jika terlalu tinggi dapat

terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah 48

jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih

lanjut, dan kemabali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika

hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis


14

sebagai DKI,1,7 Pemeriksaan patch tes digunakan untuk pasien kronis,

dengan dermatitis kontak yang rekuren.


2. Kultur Bakteri
Kultur bakteri dapat dilakukan pada kasus-kasus komplikasi infeksi

sekunder bakteri.
3. Pemeriksaan KOH
Dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikology pada

infeksi jamur superficial infeksi candida, pemeriksaan ini tergantung

tempat dan morfologi dari lesi.


4. Pemeriksaan IgE
Peningkatan imunoglobulin E dapat menyokong adanya diathetis atopic

atau riwayat atopi.

3.6 DIAGNOSA BANDING


1. Dermatitis Kontak Alergi
Berbeda dengan DKI, pada DKA, terdapat sensitasi dari pajanan/iritan.

Gambaran lesi secara klinis muncul pada pajanan selanjutnya setelah

interpretasi ulang dari antigen oleh sel T (memori), dan keluhan utama

pada penderita DKA adalah gatal pada daerah yang terkena pajanan. Pada

patch tes, didapatkan hasil positif untuk alergen yang telah diujikan, dan

sensitifitasnya berkisar antara 70 80%.


2. Dermatitis Atopi
Merupakan keadaan radang kulit kronis dan residif, disertai dengan gatal

yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering

berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat

atopi pada keluarga penderita. Oleh karena itu, pemeriksaan IgE pada

penderita dengan suspek DKI dapat dilakukan untuk mengurangi

kemungkinan diagnosis dermatitis atopi.


3. Tinea Pedis
15

Merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

stratum korneun pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh

jamur dermatofitosis. Penderita bisa merasa gatal dan kelainan berbatas

tegas, terdiri atas macam-macam effloresensi kulit. Bagian tepi lesi lebih

aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah. Pada

tinea pedis, khususnya bentuk mocassin foot, pada seluruh kaki terlihat

kulit menebal, dan bersisik serta eritema yang ringan terutama di tempat

yang terdapat lesi.4


3.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari dermatitis kontak iritan dapat dilakukan dengan

melakukan dengan memproteksi atau menghindakan kulit dari bahan iritan. Selain

itu, prinsip pengobatan penyakit ini adalah dengan menghindari bahan iritan,

melakukan proteksi (seperti penggunaan sarung tangan), dan melakukan substitusi

dalam hal ini, mengganti bahan-bahan iritan dengan bahan lain.6

Selain itu, beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada

penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:

1. Kompres dingin dengan Burrows solution


Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan

membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2-3

jam.
2. Glukokortikoid topikal
16

Efek topical dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih

kontrofersional karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang

lama dari corticosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum

korneum. Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan

pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di

tappering 10mg.
3. Antibiotik dan antihistamin
Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya

infeksi sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanisme

antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang

penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi

hal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan

antibiotik oral untuk mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat

penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan

antiseptik juga digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat

mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan. Terdapat

percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis

kontak iritan, dan secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk

mengobati beberapa gejala simptomatis.


4. Anastesi dan Garam Srontium (Iritasi sensoris)
Lidokain, prokain, dan beberapa anastesi lokal yang lain berguna untuk

menurunkan sensasi terbakar dan rasa gatal pada kulit yang dihubungkan

dengan dermatitis iritan oleh karena penekanan nosiseptor, dan mungkin

dapat menjadi pengobatan yang potensial untuk dermatitis kontak iritan.5

Garam strontium juga dilaporkan dapat menekan depolarisasi neural pada


17

hewan, dan setelah dilakuan studi, garam ini berpotensi dalam mengurangi

sensasi iritasi yang dihubungkan dengan DKI.


5. Kationik Surfaktan
Surfaktan kationik benzalklonium klorida yang iritatif dapat meringankan

gejala dalam penatalaksanaan iritasi akibat anion kimia.


6. Emolien
Pelembab yang digunakan 3-4 kali sehari adalah tatalaksana yang sangat

berguna. Menggunakan emolien ketika kulit masih lembab dapat

meningkatkan efek emolien. Emolien dengan perbandingan lipofilik :

hidrofilik yang tinggi diduga paling efektif karena dapat menghidrasi kulit

lebih baik.
7. Imunosupresi Oral
Pada penatalaksanaan iritasi akut yang berat, glukokortikoid kerja singkat

seperti prednisolon, dapat membantu mengurangi respon inflamasi jika

dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal dan emolien. Tetapi, tidak

boleh digunakan untuk waktu yang lama karena efek sampingnya. Oleh

karena itu, pada penyakit kronik, imunosupresan yang lain mungkin lebih

berguna. Obat yang sering digunakan adalah siklosporin oral dan

azadtrioprim.
8. Fototerapi dan Radioterapi Superfisial
Fototerapi telah berhasil digunakan untuk tatalaksana dermatitis kontak iritan,

khususnya pada tangan. Modalitas yang tersedia adalah fototerapi

photochemotherapy ultraviolet A (PUVA) dan ultraviolet B, dimana

penyinaran dilakukan bersamaan dengan penggunaan fotosensitizer (soralen

oral atau topical). Sedangkan radioterapi superfisial dengan sinar Grentz juga

dapat digunakan untuk menangani dermatitis pada tangan yang kronis.


18

Penalataksanaan ini jarang digunakan pada praktek terbaru, hal ini mungkin

disebabkan oleh ketakutan terhadap kanker karena radioterapi.


3.8 PROGNOSIS

Prognosis baik pada individu non atopi dimana DKI didiagnosis dan diobati

dengan baik. Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap DKI. Bila bahan

iritan tidak dapat disingkirkan sempurna, prognosisnya kurang baik, dimana

kondisi ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifactor.

LAMPIRAN
19

Anda mungkin juga menyukai