Anda di halaman 1dari 9

SISTEM RESPIRASI

ASMA

Nama :

Rizkianna Narwiningtyas

2013730094

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita junjungkan ke hadirat Nabi
Muhammad SAW. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar,
fasilitator dan narasumber atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari, buku-buku text book, diskusi, dan lainnya.
Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan tersebut kami sadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan
demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, Insya Allah laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi adik-adik kami selanjutnya.

Waalaikumsalam Wr. Wb.

Jakarta, 28 April 2014

Penulis
DEFINISI ASMA

Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat penyempitan saluran napas
yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh
episode obstruksi pernapasan diantara dua interval asimtomatik. Namun, ada kalanya sifat
reversibel ini berubah menjadi kurang reversibel (penyempitan baru hilang setelah mendapat
pengobatan). Penyumbatan saluran napas yang menimbulkan manifestasi klinis asma adalah
akibat terjadinya bronkokonstriksi, pembengkakan mukosa bronkus dan hipersekresi lendir
karena hiperreaktivitas saluran pernapasan terhadap beberapa stimulus.

Hal yang selalu dapat ditemui pada penderita asma adalah saluran pernapasannya yang
hiperresponsif terhadap stimulus. Untuk setiap penderita, stimulusnya tidak selalu sama. Dalam
keadaan serangan asma, sangat mudah untuk menegakkan dianosisnya, tetapi ketika berada
dalam episode bebas gejala, tidak mudah untuk menentukan seseorang menderita asma.

ETIOLOGI

Walaupun prevalensi kejadian asma pada populasi tidak kecil, yaitu 3-5%, etiologi asma
belum dapat ditetapkan dengan pasti. Tampaknya terdapat hubungan antara asma dengan alergi.
Pada sebagian besar penderita asma, ditemukan riwayat alergi, selain itu serangan asmanya juga
sering dipicu oleh pemajanan terhadap alergen. Pada pasien yang mempunyai komponen alergi,
jika ditelusuri ternyata sering terdapat riwayat asma atau alergi pada keluarganya. Hal ini
menimbulkan pendapat bahwa terdapat factor genetic yang menyebabkan seseorang menderita
asma. Factor genetic yang diturunkan adalah kecenderungan memproduksi antibodi jenis IgE
yang berlebihan. Seseorang yang mempunyai predisposisi memproduksi IgE berlebihan disebut
mempunyai sifat atopic, sedangkan keadannya disebut atopi. Namun, ada penderita asma yang
tidak atopik dan juga serangan asmanya tidak dipicu oleh pemajanan terhadap alergen. Pada
penderita ini, jenis asmanya disebut idiosinkratik; biasanya serangan asmanya didahului oleh
infeksi saluran pernapasan bagian atas.

PATOFISIOLOGI

Keadaan yang dapat menimbulkan serangan asma menstimulasi terjadinya bronkospasme


melalui salah satu dari 3 mekanisme, yaitu :
1. Degranulasi sel mast dengan melibatkan immunoglobulin (IgE)
2. Degranulasi sel mast tanpa melibatkan IgE

Degranulasi sel mast menyebabkan terlepasnya histamine, yaitu slowreacting


substance of anaphylaxis, dan kinin yang menyebabkan bronkokonstriksi.

3. Stimulasi langsung otot bronkus tanpa melibatkan sel mast


Episode bronkospastikberkaitan dengan fluktuasi konsentrasi c-GMP (cyclic
guanosine monophosphate) atau konsentrasi c-AMP (cyclic adenosine
monophosphate), atau konsentrasi keduanya didalam otot polos bronkus dan sel mast.
Peningkatan konsentrasi c-GMP dan penurunan konsentrasi c-AMP intraselular
berkaitan dengan terjadinya bronkospasme, sedangkan keadaan yang sebaliknya,
yaitu penurunan konsentrasi c-GMP dan peningkatan konsentrasi c-AMP
menyebabkan bronkodilatasi. Produk IgE spesifik memerlukan sensitisasi terlebih
dahulu.

Penurunan aliran udara ekspirasi tidak hanya diakibatkan oleh bronkokonstriksi saja,
tetapi juga oleh adanya edema mukosa dan sekresi lendir yang berlebihan.

PATOLOGI

Informasi patologik asma didapat dari hasil otopsi. Pada asma yang berat, ditemukan
distensi paru yang berlebihan (overdistention) dan penutupan jalan napas karena lendir yang
tebal dan liat yang menyumbat jalan napas. Pada kasus yang ringan dan sedang dapat ditemukan
:

- Lesi epitel, permukaan epitel terlepas dari sel basal


- Hipertrofi dan hyperplasia otot polos
- Penebalan membrane basal
- Pembesaran kelenjar mukosa dan bertambah banyaknya sel goblet
- Edema dan infiltrasi sel eosinophil di dalam dinding bronkus

GAMBARAN KLINIK

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala asma dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan
ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi
(bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau
setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan
timbulnya gejala.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi
(wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika
penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan
dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.

Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma
adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa
menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di
malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.

Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa
cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat
hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur
lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit
tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan
perlu segera dilakukan pengobatan.

Meskipin telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh
sempurna, Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan
udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ
dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

PENATAKLASANAAN

Telah tercatat kematian yang diakibatkan oleh serangan asma. Seharusnya jika
penatalaksanaan penyakit asma tepat, kematian karena asma dapat dihindari. Penatalaksanaan
yang benar adalah penderita dibekali dengan peak flow meter. Peak flow meter tidak terlalu
mahal, sedangkan kegunannya dalam mencegah penyakit agar tidak menjadi lebih parah telah
terbukti. setiap penderita asma dianjurkan untuk mempunyai peak flow meter dirumah. jika
terasa perubahan didalam aliran napas, atau pilek, udara dingin, ataupun demam, penderita
diminta untuk mengukur kemampuan mengembus udara keluar saluran pernapasannya dengan
peak flow meter. Sebelumnya penderita telah mengetahui berapa besar kemampuan terbaiknya.
Apabila angka yang dicapai saat itu di antara 80-100% kemampuan terbaiknya, tidak perlu
khawatir asmanya kambuh; tetapi jika dibawah 80%, penderita harus menggunakan obat untuk
mencegah kambuhnya asma. Jika arus puncaknya di bawah 50%, berarti penderita perlu
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Penderita yang pergi ke rumah sakit setelah arus
puncaknya di bawah 50% kebanyakan telah berada dalam keadaan status asmatikus.

Ketika serangan asma terjadi, suplemen oksigen diberikan untuk mempertahankan


saturasi normal oksigen. Pada penderita asma kronik, pemberian oksigen harus cukup hati-hati
mengingat kemungkinan pengalihan rangsangan napas, yaitu dari rangsangan hiperkarbia
menjadi rangsangan hipoksemia.

DIAGNOSA

Diagnosa asma ditegakkan berdasarkan gejala asma yang khas. Untuk memperkuat
diagnosa asma bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri juga digunakan
untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau pengobatan.
Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi bisa membantu
menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosisnya masih meragukan
atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa
dilakukan bronchial challenge test.

PENGOBATAN

Obat pengontrol membantu meminimalkan peradangan yang menyebabkan serangan


asma akut. Beta agonis kerja panjang: obat kelas ini secara kimia berhubungan dengan adrenalin,
hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Beta agonis kerja panjang untuk inhalasi bekerja
untuk menjaga saluran pernapasan terbuka selama 12 jam atau lebih. Obat asma ini
mengendurkan otot-otot saluran pernapasan, melebarkan saluran dan mengurangi resistensi
terhadap aliran udara yang dihembuskan, sehingga lebih mudah untuk bernapas. Mereka juga
dapat membantu untuk mengurangi peradangan, tetapi obat asma ini tidak berpengaruh pada
penyebab yang mendasari serangan asma. Efek samping obat asma ini termasuk detak jantung
yang lebih cepat dan kegoyahan.

Formoterol , Salmeterol , Arformoterol adalah obat asma beta agonis kerja panjang.
Kortikosteroid inhalasi adalah obat utama untuk obat pengontrol asma. Steroid hirup ini
bertindak lokal dengan berkonsentrasi pada efek langsung dalam saluran pernapasan, dengan
efek samping yang sangat sedikit di luar paru-paru.

Ciclesonide , Beclomethasone , Fluticasone , Budesonide , Mometasone , Triamcinolone ,


Flunisolide , adalah obat asma kortikosteroid yang dihirup. Inhibitor leukotriene adalah
kelompok lain obat pengontrol asma. Leukotrien adalah zat kimia kuat yang menyebabkan
respon inflamasi yang terlihat selama serangan asma akut. Dengan menghalangi bahan kimia
ini, inhibitor leukotriene mengurangi peradangan. Inhibitor leukotriene dianggap sebagai lini
kedua pertahanan terhadap asma dan biasanya digunakan untuk asma yang tidak memerlukan
kortikosteroid oral. Zileuton, zafirkulast dan montelukast adalah contoh inhibitor leukotriene.
Methylxanthine adalah kelompok lain obat pengontrol yang berguna dalam pengobatan asma.
Kelompok obat asma ini secara kimiawi berkaitan dengan kafein. Methylxanthine bekerja
sebagai bronkodilator kerja panjang, dahulu obat asma ini umum digunakan untuk mengobati
asma. Saat ini, karena efek samping yang signifikan seperti kafein, obat asma sering digunkaan
untk pengobatan asma rutin. Teofilin dan aminofilin adalah contoh obat asma golongan
methylxanthine.

Obat asma lain adalah Natrium kromolin yang dapat mencegah pelepasan bahan kimia
yang menyebabkan peradangan pada asma. Obat asma ini terutama bermanfaat bagi orang yang
mengalami serangan asma akibat respon penyebab alergi. Bila diminum secara teratur sebelum
terkena allergen, natrium kromolin dapat mencegah perkembangan serangan asma. Namun, obat
asma ini tidak ada gunanya setelah serangan asma tercetus.

Omalizumab adalah kelas baru obat asma yang bekerja dalam system kekebalan tubuh.
Penderita asma yang memiliki kadar immunoglobulin E (Ig E) tinggi, sebuah antibody alergi,
obat ini diberikan melalui suntikan yang dapat membantu gejala yang sulit dikontrol. Obat asma
ini menghambat pengikatan IgE pada sel-sel yang melepaskan bahan kimia yang memperburuk
gejala asma. Pengikatan ini mencegah pelepasan mediator ini, sehingga membantu dalam
mengendalikan penyakit. Obat penyelamat digunakan setelah serangan asma telah terjadi. Obat
asma ini tidak menggantikan obat pengontrol asma. Jangan hentikan obat pengontrol asma
selama serangan asma. Obat Agonis beta kerja cepat adalah obat penyelamat yang paling sering
digunakan. Beta agonis kerja cepat bekerja cepat, dalam beberapa menit, untuk membuka saluran
pernapasan, dan memberi efek biasanya selama empat jam. Salbutamol Sulfat adalah obat asma
kerja cepat yang paling sering digunakan dari golongan obat agonis beta.

Antikolinergik adalah golongan lain obat asma yang berguna sebagai obat penyelamat
selama serangan asma. Obat antikolinergik inhalasi membuka saluran pernapasan, mirip dengan
aksi agonis beta. Antikolinergik mempunyai efek sedikit di bawah agonis beta, tetapi efeknya
berlangsung lebih lama daripada agonis beta. Obat antikolinergik sering digunakan bersama
dengan obat agonis beta untuk menghasilkan efek yang lebih besar daripada efek tunggalnya.
Ipratropium bromide adalah obat antikolinergik inhalasi saat ini yang digunakan sebagai obat
asma penyelamat.
PENCEGAHAN

Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.

Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum
melakukan olah raga.

Anda mungkin juga menyukai