Anda di halaman 1dari 14

Dokter Pembimbing

dr. D. Tommy Oembaran, Sp.A

Disusun Oleh :
Rizkianna Narwiningtyas
2013730094

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


BLUD Rumah Sakit Sekarwangi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara gigitan
vektor nyamuk Aedes aegypti (Stegomiya aegypti) atau Aedes albopictus
(Stegomiya albopictus).

Spektrum klinis infeksi dengue bervariasi


Umur
antara terbanyak
Keempatpaling
penyakit yang terkena
serotipe dengue
ringan (mild
infeksi dengue adalahkelompok
terdapat di indonesia. DEN 3
undifferentiated
umur
febrile4-10
adalah tahun, walaupun
serotipe
illness), demam denguemakin
dominan dan
(DD),
banyak kelompok
demambanyak
berdarah umur
berhubungan
dengue yang
(DBD) dengan
sampai
lebihtua.
demam kasus
berdarah dengue
berat disertai
diikuti DEN-2 syok
(dengue shock syndrome = DSS).
Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan bentuk klinis


yang lebih berat dari demam dengue dengan adanya demam
tinggi, nyeri kepala, nyeri pada mata, sendi dan bercak
kemerahan pada kulit dan dapat berlanjut ke kondisi syok.

Dengue Shock Syndrome


(DSS) merupakan syok hipovolemik yang terjadi pada DBD
yang diakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler yang
disertai perembesan plasma. Syok dengue pada umumnya
terjadi di sekitar penurunan suhu tubuh (fase kritis), yaitu
pada hari sakit ke 4-5 (rentang hari ke 3-7), dan sering kali
didahului oleh tanda bahaya (warning signs).
Epidemiologi

Negara-negara/area-area
kasus demam berdarah dengue (DBD) seringkali dengan risiko transmisi
dengue
muncul di musim
Denguepancaroba.
merupakan penyakit infeksi virus mosquito-
Pada
bornetahun 2014, paling
yang tersebar sampai pertengahan
cepat bulan
di dunia. Dalam Desember
50 tahun terakhir
tercatat
kejadiannya meningkat 30 kali lipat dengan penyebaran yang meluas
penderita
ke berbagaiDBD
negaradibaru12 kabupaten
dengan dan
karakteristik 3 kota
geografis yangdari 11
beragam
provinsi
dari area di Indonesia
pemukiman sebanyak
ke perkotaan.9 49270%
Sekitar orang danyang
populasi 25
berada dalam
diantaranya resiko terinfeksi
meninggal dunia dengue
pada berada
bulan di kawasan2016
januari asia
tenggara dan pasifik bagian barat. Semenjak tahun 2000 angka
sedangkan pada bulan februari tercatat 116 orang
kematian akibat dengue mencapai rata rata 1% di area ini, namun di
dengan jumlah
Indonesia, India dankematian 9 orang
myanmar angka , mencapai
kematian hasil tersebut
3-5%
menunjukan adanya penurunan di indonesia sepanjang
bulan januari-februari 2016.

Kementrian kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di


indonesia pada bulan januari-februari 2016 sebanyak 8.487 orang
dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan yang terbanyak
yang mengalami DBD usia 5-14 tahun sebanyak 43,44% dan
usia 15-44 tahun sebanyak 33,25%.
Etiologi

Etiologi penyakit demam berdarah dangue adalah virus dangue termasuk


famili Flaviviridae, genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Indonesia memiliki keempat serotipe virus dengue
ini.
Virus dengue termasuk dalam kelompok virus yang relatif labil terhadap suhu dan
faktor kimiawi lain serta memiliki masa viremia yang pendek. Virion virus
denguetersusun oleh genom RNA yang dikelilingi oleh nukleokapsid.
Faktor resiko

Beberapa faktor etiologik yang berhubungan dengan demam


berdarah :
1. Faktor host (umur, jenis kelamin, mobilitas)
2. Faktor lingkungan (kepadatan rumah, adanya tempat
perindukan nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, curah
hujan)
3. Faktor perilaku ( pola tidur, kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk, menguras, membuang/mengubur sarang
nyamuk)
Gejala klinis

Pada tahun 2011 SEARO (South East Asia Regional Office)


menambahkan adanya kriteria expand karena pada beberapa
penyakit tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria WHO 2009,
SEARO juga memperbaharui dalam mengklasifikasikan infeksi dengue,
klasifikasi tersebut berupa demam yang tidak terklasifikasikan,
demam dengue tanpa manifestasi perdarahan, demam dengue
dengan manifestasi perdarahan, demam berdarah dengue dengan
kebocoran plasma, demam berdarah dengue tanpa adanya tanda-
tanda syok, demam berdarah dengue diikuti syok, demam dengue
dengan perluasan dari sindroma dengue.
Pembagian klasifikasi infeksi dengue
berdasarkan WHO-SEARO 2011
Manifestasi klinis demam berdarah dengue (DBD) terdiri atas tiga fase :
1. fase demam (2-17 hari) : demam mendadak tinggi -> nyeri kepala, otot,
sendi, badan. Kemerahan wajah dan eritema. Gejala lain : anoreksia,
nausea, muntah. Lab: leukopeni <5000, trombositopeni dan hematokrit
notmal.
2. fase kritis atau syok (24-48 jam): terjadi pada saat suhu turun sampai
normal, pada saat ini terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien
mengalami syok hipovolemi. Kewaspadaan dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya syok yaitu dengan mengenal tanda dan gejala
yang mendahului syok (warning signs). Warning signs umumnya terjadi
menjelang akhir fase demam. Muntah terus menerus, nyeri perut dan
nyeri tekan abdomen, letargi atau gelisah, perdarahan mukosa,
pembesaran hati, akumulasi cairan, oliguri, peningkatan hematokrit
dan penurunan jumlah trombosit dengan cepat merupakan warning
igns pada DBD.
3. fase konvalesen : 48-72 jam. Perbaikan : nafsu makan membaik dan Ht +
trombositopenia normal.
Kriteria Diagnosis Dengue Shock Syndrome (DSS)
Penegakan diagnosis DSS terdiri dari 2 kriteria, yaitu memenuhi kriteria Demam Berdarah Dengue
(DBD) dan adanya ditemukan tanda dan gejala syok hipovolemik baik yang terkompensasi maupun
yang dekompensasi

Diagnosis klinis demam berdarah dengue.


1. Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus (kontinua)
2. Manifestasi perdarahan baik yang spontan (petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena) maupun
Syok
Syok Dekompensasi
Terkompensasi
melalui uji Torniquette/Rumple Leed yang positif Tanda
Tanda dan
dan gejala
gejala syok
syok
3. Nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital dekompensasi
terkompensasi ::
4. Dijumpai kasus DBD dilingkungan penderita (sekolah, rumah, atau
1. di
1. Takikardi
Takikardi
sekitar rumah) 2.
2. Hipotensi
Takipnea
5. Hepatomegali 3.
3. Nadi cepat
Tekanan dan< kecil
nadi 20
4. Pernafasan kusmaull
6. Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengn salah satu tanda/gejala:
mmHg
- Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan5.
4. Sianosis
awal
CRT > 2atau
detik dari data
populasi menurut umur 6.
5. Kulit dingin dan
Kulit lembab
- Ditemukan adanya efusi pleura, asites dingin
6. Produksi urin menurun
7.
< 1Profound shock: nadi
mL/kgBB/jam
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
tidak teraba
7. Anak dan tekanan
gelisah
10. Trombositopenia <100.000/mm3
darah tidak terukur
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti
perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis
DBD.
*
Anamnsesis :
- Demam
Pemeriksaan (tanda
penunjang : utama) mendadak tinggi selama 2-7 hari
Pemeriksaan
- Disertai
- Darah perifer, kadarfisik
lesu, :
tidak
hemoglobin, mau makan
leukosit dandan muntah
hitung jenis, hematokrit dan trombosit. Pada asupan
- perifer
darah Facial
Pada juga flushing,
anak besar
dapat muntah,
dapat
dinilai limfosit nyeri
mengeluh kepala,
plasma biru.nyeri nyeri 15%
kepala
Peningkatan otot
, nyeri danotot
menunjangsendi,
dan nyeri
diagnosis DBD.
tenggorokan
- Uji serologis, denganinhibisi
perut uji hemaglutinasi faringdilakukan
hiperemis. pada Gejala
saat fase penyerta
akut ke fasetersebut
konvalesens lebih
- infeksi primer : serum akut 120, serum konvalesens naik 4x atau lebih namun tidak
- mencolok
Diare kadang pada DD daripada
kadang dapat DBD.
ditemukan
melebihi 1: 1280
- Hepatomegali
Perdarahan dan kelaianan
paling fungsi hati
sering dijumpai lebih sering
adalah perdarahanditemukankulit pada
dan
- infeksi sekunder : serum akut < 1 : 120, konvalesens 1 : 2560 atau serum akut 1 : 20
DBD
mimisan
konvalesens naik 4x lebih.
- Perbedaan
- persangkaanantara DD danyang
infeksi sekunder DBDbaruadalah
terjadipada DBD terjadi
(presumptive secondarypeningkatan
infectionz)
permeabilitas kapiler
serum akut : 1: 1280, serum sehingga
konvalesensmenyebabkan
dapat lebih besarperembesan
atau sama. plasma,
hipovolemia
- Pemeriksaan radiologisdan syok.
(urutan pemeriksaan sesuai indikasi klinis)
- - Perembesan
pemeriksaan fotoplasma mengakibatkan
dada dilakukan atas indikasi ekstravasasi
: (1)dalam keadaan cairan
kliniske dalamnamun
ragu-ragu,
rongga pleura
perlu diingat dan rongga
bahwa terdapat peritoneal selamapada
kelainan radiologis 24-48 jam
pembesaran plasma 20-40%, (2)
pemantauan
- Perdarahan klinis
Tanda-tanda dapat
syoksebagaiberupa
pedoman petekie,
pemberian cairan.
epistaksis, melena ataupun
- kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah : hilus kanan, hemitoraks
hematuria.
- Anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis
kanan lebih radio
- Nafas cepat, opak dibandingkan
nadi teraba kiri, kubah diafgrama
lembut kadang-kadang kanan lebih tinggi daripada
tidak teraba
kanan
- dan efusi darah
Tekanan pleura.turun, tekanan nadi <10 mmHg
- USG- : Akral
efusi pleura,
dingin,ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea dan vesica urinaria.
crt menurun
- Diuresis menurun sampe anuria.
Tatalaksana
Syok Dekompensasi
Syok Terkompensasi
Tanda
Tanda dan
dan gejala
gejala syok
syok
dekompensasi
terkompensasi : :
1.
1. Takikardi
Takikardi
2. Hipotensi
2. Takipnea
3. Nadi cepat
3. Tekanan dan< kecil
nadi 20
Prinsip utama tatalaksana DSS adalah pemberian cairan yang cepat
4. dengan
Pernafasan
mmHg kusmaull
jumlah yang adekuat. Diagnosis dini syok terkompensasi disertai
5. dengan
4. Sianosis
CRT > 2 detik
6.
pengobatan yang cepat dan tepat mempunyai prognosis yang 5.jauhKulit lembab
Kulitlebih
dinginbaikdan
dingin
dibanding apabila pasien sudah jatuh ke dalam fase syok 6.dekompensasi.
Produksi urin menurun
7.
< 1Profound shock: nadi
Selain itu bila ditemukan faktor ko-morbid dan penyulit seperti hipoglikemia
mL/kgBB/jam
tidak teraba dan tekanan
7. Anak
dan gangguan asam basa, gangguan elektrolit harus segera diobati gelisah
darah tidak terukur

Algoritma tatalaksana DSS terkompensasi


dekompensasi
Kriteria pulang rawat

Menurut buku Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
pada Anak (2014), kriteria pulang pada pasien yang dirawat adalah sebagai
berikut:
Tidak demam minimal 24 jam tanpa terapi antipiretik
Nafsu makan membaik
Perbaikan klinis yang jelas
Jumlah urin cukup
Minimal 2-3 hari setelah syok teratasi
Tidak tampak distress pernafasan yang disebabkan efusi pleura atau asites
Jumlah trombosit >50.000/mm3. Apabila masih rendah namun klinis baik,
pasien boleh pulang dengan nasihat jangan melakukan aktvitas yang
memudahkan untuk mengalami trauma selama 1-2 minggu (sampa trombosit
normal). Pada umumnya apabila tidak ada penyulit atau penyakit lain yang
menyertai (misalnya ITP), trombosit akan kembali ke kadar normal dalam waktu
3-5 hari
DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi AH, dkk. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia jilid 1. Edisi ke-1. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009.
2. Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman diagnosis dan tatalaksan infeksi virus dengue pada
anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana
pelayanan kesehatan. Jakarta.
4. Halstead SB. Dengue fever and dengue hemorrhagic fever. Dalam: Kliegman, Stanton, Geme ST, Schor,
Behrman editor. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. Hal.
1147-50
5. World Health Organization. Dengue: Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva:
WHO Library Cataloguing; 2009.
6. Departemen Kesehatan. Wilayah KLB DBD ada di 11 provinsi. Diunduh dari http://www.depkes.go.id , pada
tanggal 24 September 2017, jam 08.18 WIB.
7. Suhendro, dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed 5, jilid III. Jakarta: Internal
Publishing; 2006: 1732-35
8. Pusat Data dan Suerveilens Epidemiologi Kementrian dan Kesehatan RI.2010. Buletin jendela epidemiologi
topik utama demam berdarah dengue. Jakarta.
9. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. Edisi
ke-2. Geneva: WHO Library Cataloguing; 1997
10. Dash AP, Bhatia R, Kalra NL. Dengue in south-east asia: an appraisal of chasemanagement and vector
control. Dalam: Dash AP editor. Dengue Bulletin Volume 36. India: WHO Library Cataloguing; 2012. Hal. 1-
13.

Anda mungkin juga menyukai