Anda di halaman 1dari 10

PATOLOGI

1. HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin
yang disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara
berlebihan oleh kelenjar tiroid.

Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kadar hormon tiroksin di dalam tubuh


sangat tinggi. Hormon tiroksin dihasilkan oleh kelenjar tiroid, dan berperan
dalam berbagai proses metabolisme. Oleh sebab itu, gangguan pada hormon
ini akan menyebabkan gangguan metabolisme tubuh.

Hipertiroidisme lebih cenderung terjadi pada wanita. Kondisi ini bisa muncul
pada usia berapapun, termasuk ketika masih anak-anak. Tapi biasanya
muncul ketika memasuki usia 20-40 tahun.

Berdasarkan etiologinya hipertiroidisme dapat dibagi menjadi beberapa


kategori, secara umum hipertiroidisme yang paling banyak ditemukan adalah
Graves Disease, toxic adenoma, dan multinodular goiter.
a. Graves Disease Graves disease merupakan penyebab utama hipertiroidisme
karena sekitar 80% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves
disease. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 20 40 tahun, riwayat
gangguan tiroid keluarga, dan adanya penyakit autoimun lainnya misalnya
diabetes mellitus tipe 1. Graves disease merupakan gangguan autoimun berupa
peningkatan kadar hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini
disebabkan karena adanya thyroid stimulating antibodies (TSA) yang dapat
berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH.

b. Toxic Adenoma Pada pasien toxic adenoma ditemukan adanya nodul yang
dapat memproduksi hormon tiroid. Nodul didefinisikan sebagai masa berupa
folikel tiroid yang memiliki fungsi otonom dan fungsinya tidak terpengaruhi oleh
kerja TSH.

c. Toxic Multinodular Goiter Selain Graves Disease dan toxic adenoma, toxic
multinodular goiter merupakan salah satu penyebab hipertiroidisme yang paling
umum di dunia. Secara patologis toxic multinodular goiter mirip dengan toxic
adenoma karena ditemukan adanya nodul yang menghasilkan hormon tiroid
secara berlebihan, namun pada toxic multinodular goiter ditemukan beberapa
nodul yang dapat dideteksi baik secara palpasi maupun ultrasonografi.
Penyebab utama dari kondisi ini adalah faktor genetik dan defisiensi iodine.
d. Hipertiroidisme Subklinis Graves Disease, toxic adenoma, dan toxic
multinodular goiter merupakan penyebab utama hipertiroidisme utama di
seluruh dunia dan termasuk dalam jenis overt hyperthyroidism. Pada
hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH ditemukan rendah atau tidak
terdeteksi disertai peningkatan kadar T4 dan T3 bebas.
Hormon tiroid memiliki peranan yang vital dalam mengatur metabolisme tubuh.
Peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah memacu peningkatan kecepatan
metabolisme di seluruh tubuh. Salah satu gejala yang umum ditemui pada penderita
hipertiroid adalah intoleransi panas dan berkeringat berlebihan karena peningkatan
kadar tiroid memacu peningkatan basal metabolic rate. Selain itu hipertiroidisme juga
mempengaruhi sistem kardiorespiratori menyebabkan kondisi palpitasi, takikardi dan
dyspnea umum ditemukan pada pasien hipertiroidisme
Akibat stimulasi sistem saraf adrenergik berlebihan, muncul gejalagejala psikiatrik seperti
rasa cemas berlebihan, mudah tersinggung dan insomnia. Peningkatan kecepatan
metabolisme menyebabkan pasien hipertiroidisme cepat merasa lapar dan nafsu makan
bertambah, namun demikian terjadi penurunan berat badan secara signifikan dan
peningkatan frekuensi defekasi.Pada pasien wanita dapat terjadi gangguan menstruasi
berupa oligomenorrhea, amenorrhea bahkan penurunan libido
Pada pasien Graves disease, gejala klinis juga dapat berupa inflamasi dan edema di otot
mata (Graves ophtalmopathy) dan gangguan kulit lokal (myxedema). Mekanisme
terjadinya Graves ophtalmopathy dan myxedema belum diketahui secara pasti namun
diperkirakan pada keduanya terjadi akumulasi limfosit yang disebabkan oleh aktivasi
sitokin pada fibroblast
Dasar diagnosis hipertiroidisme meliputi uji pengukuran langsung konsentrasi
T3 dan T4 bebas (FT4 dan FT3), dan juga pengukuran konsentrasi TSH dan TSI
plasma. Selain pemeriksaan dengan radioimmunoassay itu, penegakan diagnosis
juga dapat merujuk pada gejala klinis sebagai konsekuensi mekanisme fisiologi
yang terganggu, seperti timbulya exopthalmus, pembengkakan kelenjar, atau
tremor otot. Pembengkakan kelenjar ini kemudian harus diperiksa lebih lanjut lagi,
apakah menimbulkan rasa nyeri atau tidak, karena diagnosis banding tiroiditis
dapat mengarah ke gejala goiter koloid endemik dan juga gejala hipertiroidisme.
Gejala klinis yang timbul kemudian dinilai dengan menggunakan suatu indeks
sebagai dasar diagnosis sebelum pemeriksaan laboratorium, yaitu indeks Wayne
dan indeks New Castle, yang dapat membedakan antara hipotiroidisme dengan
hipertiroidisme.

Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH menyuruh kelenjar tiroid mensekresikan hormon tiroid sehingga
terjadi hipertiroidisme. Bahan menyerupai TSH yang menyuruh cAMP aktif terus
menerus ini adalah antibodi imunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin). Karena itu pada pasien hipertiroidisme, konsentrasi TSH
menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretoris
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan, akibat proses
metabolisme yang keluar jalur ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi, atau diatas
normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler. Exopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun
yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokular, akibatnya
bola mata terdesak keluar.
2. HIPOTIROIDISME

Hipotiroidisme adalah suatu kelainan yang relative sering ditemukan degan


ditandai oleh ketidakcukupan produksi hormone tiroid. Kekurangan produksi
hormone tiroid paling sering disebakan oleh kegagalan tiroid primer tetapi juga
dapat disebakan oleh penurunan sekresi TSH karena insufisiensi hipofisis
(hipotiroidisme sekunder) atau kegagalan hipotalamus dalam melepaskan TRH
(hipotiroidisme tersier). (3: hal 626)

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe


yaitu
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism),
sintesis hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal
dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau terapi
radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik
seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang
tidak memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya
jumlah tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini
mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer
terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal
untuk memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan
akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan
TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi
destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama
dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine.
Ini mengalah pada goiter belt dengan karakteristik area
geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
3. Diabetes militus

Diabetes militus atau biasa disebut kencing manis

Anda mungkin juga menyukai