Anda di halaman 1dari 71

PEMERIKSAAN NEUROLOGI

1
ELFRIDA JESIKA S.KED
FAB 115 019
ISI ANAMNESA
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit sekarang / kronologis
penyakitnya
Riwayat penyakit dahulu (RPD)

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat alergi

Kebiasaan pasien

2
CARA PEMERIKSAAN
KESADARAN .
PEMERIKSAAN KESADARAN:
kwantitatif
kwalitatif.

Cara kwantitatif dengan menggunakan Glasgow


Coma Scale.

3
CARA PEMERIKSAAN KESADARAN .

CARA PEMERIKSAAN KWANTITATIF


(GLASGOW COMA SCALE )

MEMBUKA MATA.
RESPONS VERBAL ( BICARA ).
RESPONS MOTORIK ( GERAKAN ).

4
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI


EYE OPENING SPONTAN 4

DIPANGGIL 3

RANGSANG NYERI 2

TIDAK ADA RESPONSE 1


(DIAM)

5
6
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI


VERBAL ORIENTASI BAIK 5
RESPONSE
JAWABAN KACAU 4

KATA-KATA TIDAK 3
PATUT
(INAPPROPRIATE)
BUNYI TAK BERARTI 2
INCOMPREHENSIBLE

TIDAK BERSUARA 1
7
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)

MOTOR SESUAI PERINTAH 6


RESPONSE
LOKALISASI NYERI 5

REAKSI PADA NYERI 4

FLEKSI (DEKORTIKASI) 3

EKSTENSI 2
(DESEREBRASI)
TIDAK ADA RESPONSE 1 8
(DIAM)
9
10
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .
KAKU KUDUK.
Pemeriksaan dilakukan sbb:
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah
kepala pasien yang sedang berbaring,
kemudian kepala ditekukkan ( fleksi) dan
diusahakan agar dagu mencapai dada.
Selama penekukan diperhatikan adanya
tahanan.
Bila terdapat kaku kuduk, kita dapatkan
tahanan dan dagu tidak dapat mencapai
dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan
atau berat 16
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .
KERNIG SIGN.
Pada pemeriksaan ini , pasien yang
sedang berbaring difleksikan pahanya
pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat. Setelah itu
tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135 derajat terhadap
paha. Bila teradapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135 derajat , maka dikatakan kernig sign
positif.
17
18
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .
BRUDZINSKI SIGN.
Ini meliputi :
Tanda leher menurut Brudzinski,
Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski,
Tanda pipi menurut Brudzinski,
Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski

19
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .
Tanda Leher menurut Brudzinski
Pasien berbaring dalam sikap terlentang,
dengan tangan yang ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang
berbaring , tangan pemeriksa yang satu
lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien
untuk mencegah diangkatnya badan
kemudian kepala pasien difleksikan
sehingga dagu menyentuh dada.
Test ini adalah positif bila gerakan fleksi
kepala disusul dengan gerakan fleksi di
sendi lutut dan panggul kedua tungkai
secara reflektorik. 20
21
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .
Tanda tungkai kontra lateral
menurut Brudzinski.
Pasien berbaring terlentang. Tungkai
yang akan dirangsang diextensikan pada
sendi lutut, kemudian tungkai atas
difleksikan pada sendi panggul.
Bila timbul gerakan secara reflektorik
berupa fleksi tungkai kontralateral pada
sendi lutut dan panggul ini menandakan
test ini postif. 22
23
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .

Tanda pipi menurut Brudzinski.


Penekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os
zygomaticus akan disusul oleh gerakan fleksi secara
reflektorik dikedua siku dengan gerakan reflektorik
keatas sejenak dari kedua lengan.

24
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .

Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski.

Penekanan pada simfisis pubis akan disusul oleh


timbulnya gerakan fleksi secara reflektorik pada
kedua tungkai disendi lutut dan panggul.

25
CARA PEMERIKSAAN
RANGSANG MENINGEAL .
Tanda Lasegue.
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien
yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (
diekstensikan ) , kemudian satu tungkai
diangkat lurus, difleksikan pada persendian
panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu
berada dalam keadaan ekstensi ( lurus ) .
Keadaan normal dapat mencapai sudut 70
derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.
Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan
sebelum mencapai 70 derajat maka disebut
tanda Lasegue positif.
Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya
diambil patokan 60 derajat. 26
27
28
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI .
Pemeriksaan Penjelasan
Perkenalkan a. Memperkenalkan diri dan membina sambung
diri dan rasa yang baik dengan pasien
Anamnesis b. Menanyakan Identitas umum pasien
c. Menanyakan keluhan utama yang dialami
pasien
d. Menggali keluhan dan gejala subyektif yang
dirasakan pasien sesuai kasus yang diberikan
e. Memastikan pasien sudah menyampaikan data
yang kita perluka dengan lengkap
f. Melakukan resume anamnesis
g. Meminta izin pada pasien untuk dilakukan
pemeriksaan dada (Informed consent)
Persiapan a. Memposisikan pasien sesuai dengan
Pemeriksaan pemeriksaan yang akan dilakukan, seluruh
29
pemeriksaan nantinya dibandingkan untuk sisi
kiri dan kanan untuk dibandingkan
b. Mempersiapkan alat pemeriksaan
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Biseps
Mempersiapkan alat periksa : Palu
Refleks
Memposisikan pasien terlentang maupun
duduk dan meminta pasien untuk rileks
Memposisikan lengan bawah pasien pada
posisi rileks (sendi siku sedikit fleksi)
Mengetukkan palu refleks di atas tendon
m. bisep brakii secara langsung maupun
dilandasi dengan ibu jari pemeriksa 30
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Biseps

Bicep adalah otot supinator untuk


lengan bawah, hal tersebut akan
menimbulkan supinasi

31
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Triceps
Mempersiapkan alat periksa : Palu Refleks

Memposisikan pasien terlentang maupun


duduk dan meminta pasien untuk rileks
Menahan lengan atas pasien dengan satu
tangan pemeriksa dan memposisikan lengan
bawah tergantung dengan sudut 90 derajat
dan rileks
Mengetukkan palu refleks di atas tendon m.
triceps brakii 32
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Triceps

Reaksinya adalah kontraksi otot


triceps dan sedikit terhentak. Reaksi
ini dapat terlihat ataupun dirasakan
oleh lengan pemeriksa yang menahan
lengan pasien.

33
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Brakioradialis
Mempersiapkan alat periksa : Palu Refleks

Memposisikan pasien terlentang maupun


duduk dan meminta pasien untuk rileks
Memposisikan lengan bawah pasien pada
posisi setengah pronasi dan rileks
Mengetukkan palu refleks di atas tendon m.
brakioradialis

34
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Brakioradialis

Reaksinya adalah kontraksi otot


triceps dan sedikit terhentak. Reaksi
ini dapat terlihat ataupun dirasakan
oleh lengan pemeriksa yang menahan
lengan pasien.

35
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Patella
Mempersiapkan alat periksa : Palu Refleks
Memposisikan pasien duduk dengan lutut
dan betis tergantung dengan sudut 90 derajat
dan rileks
Apabila pasien tidak memungkinkan untuk
duduk (posisi berbaring), angkat dan tahan
paha sehingga lutut dan betis tergantung
dengan sudut 90 derajat dan rileks
Mengetukkan palu refleks di atas tendon m.
kuadriseps femoris (dibawah patella, jangan 36
mengetuk patella)
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Brakioradialis

37
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Achilles
Mempersiapkan alat periksa : Palu Refleks

Memposisikan pasien pada posisi berlutut dengan


menopang pada betis namun kaki dan pergelangan
kaki dibiarkan menggantung
Apabila pasien tidak memungkinkan untuk berlutut,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan berbaring
miring atau telungkup
Salah satu tangan pemeriksa menahan telapak kaki
pemeriksa pada posisi dorsofleksi, sementara tangan
yang lain mengetukkan palu refleks pada tendon m.38
triceps surrae (tendon achilles)
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Achilles

Fleksi kaki yang tiba-tiba

39
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Abdomen
Mempersiapkan alat periksa : Palu Refleks

Meminta pasien untuk membuka pakaian atas untuk


mengekspos seluruh perut, memposisikan pasien
dalam kondisi berbaring terlentang dan rileks
Menggoreskan pangkal pegangan palu refleks pada
abdomen

40
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Abdomen

41
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Refleks Kremaster
Menghangatkan tangan pemeriksa

Meminta pasien untuk membuka celana dan celana


dalam dan berbaring terlentang, pasien diminta
untuk rileks
Menyentuh atau menggoreskan jari tangan pada
paha bagian dalam dan atas dari pasien dan
mengamati daerah di sekitar testis dan skrotum

42
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS PATOLOGIS.
Tanda Babinski
Mempersiapkan alat periksa : ujung pegangan palu
refleks, ujung pulpen yang tidak runcing, spatel lidah,
dsb
Memposisikan pasien terlentang, panggul dan lutut
dalam kondisi ekstensi dan meminta pasien untuk
rileks
Menggosok (dengan alat periksa) telapak kaki pasien
mulai dari dekat tumit menyusuri sisi lateral hingga
dekat jari ke-5 (membentuk huruf J terbalik
43
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Tanda Babinski

Refleks Babinski positif jika ada


respon dorsofleksi ibu jari yang
disertai pemekaran jari-jari yang lain

44
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS PATOLOGIS.
Tanda Chaddock
Mempersiapkan alat periksa : ujung pegangan palu
refleks, ujung pulpen yang tidak runcing, spatel lidah,
dsb
Memposisikan pasien terlentang, panggul dan lutut
dalam kondisi ekstensi dan meminta pasien untuk
rileks
Menggosok (dengan alat periksa) sekitar maleolus
eksternal dengan arah melingkar

45
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Tanda Chaddock

Chaddock positif jika ada respon


dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain

46
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS PATOLOGIS.
Tanda Gordon
Mempersiapkan alat periksa : ujung pegangan palu
refleks, ujung pulpen yang tidak runcing, spatel lidah,
dsb
Memposisikan pasien terlentang, panggul dan lutut
dalam kondisi ekstensi dan meminta pasien untuk
rileks
Menggosok (dengan alat periksa) sekitar maleolus
eksternal dengan arah melingkar

47
CARA PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGI.
Tanda Chaddock

Chaddock positif jika ada respon


dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain

48
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS


).

Tujuan pemeriksaan : untuk mendeteksi


adanya gangguan menghidu, selain itu
untuk mengetahui apakah gangguan
tersebut disebabkan oleh gangguan
saraf atau penyakit hidung lokal.
49
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS


).
Cara pemeriksaan.

Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien


diminta untuk mencium bau-bauan tertentu
yang tidak merangsang .
Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu
dengan jalan menutup lubang hidung yang
lainnya dengan tangan. Sebelumnya periksa
lubang hidung apakah ada sumbatan atau
kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.

Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah :


teh, kopi, tembakau, sabun, jeruk.
50
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS


).
Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.
Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam
Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.
Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium
bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu putih
tercium sebagai bau bawang goreng.
Jika parosmia dicirikan oleh modalitas olfaktorik yang
tidak menyenangkan, tapi bau yang memuakan seperti
bacin , pesing dsb, maka digunakan istilah lain yaitu
kakosmia.
Baik dalam hal parosmia maupun kakosmia adanya
perangsangan olfaktorik merupakan suatu kenyataan,
hanya pengenalan nya saja tidak sesuai, tetapi bila
tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa adanya
perangsangan maka kesadaran akan suatu jenis bau ini
adalah halusinasi, yaitu halusinasi olfaktorik.
51
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan (
visus) dan menentukan apakah kelainan pada
penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler
lokal atau oleh kelainan saraf.
Untuk mempelajari lapang pandang.

52
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

Cara pemeriksaan.

1. pemeriksaan penglihatan ( visus )


Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :

membandingkan ketajaman penglihatan


pemeriksa dengan jalan pasien disuruh melihat
benda yang letaknya jauh misal jam didinding,
membaca huruf di buku atau koran.

melakukan pemeriksaan dengan menggunakan


kartu Snellen. Pasien diminta untuk melihat
huruf huruf sehingga tiap huruf dilihat pada
jarak tertentu.
53
CARA PEMERIKSAAN SARAF
KRANIALIS.

SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

menggunakan jari jari yang digerakkan harus dapat


dilihat dalam jarak 60 meter.
contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat
pergerakan jari pada jarak 2 meter

Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300


meter. Jika kemampuannya hanya sampai membedakan
adanya gerakan , maka visusnya ialah 1/300. Contoh Visus
= 3/300 pasien hanya dapat melihat pergerakan tangan
pada jarak 3 meter.

Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan


terang maka visus nya 1/~, bila dengan sinar lampu masih
belum dapat melihat maka dikatakan visus pasien
tersebut adalah nol. Bila hendak melakukan pemeriksaan
pada mata kanan maka mata kiri harus ditutup dengan
telapak tangan kanan dan sebaliknya.
54
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

pemeriksaan lapang pandang.

SKOTOMA : ada bagian bagian visual field yang buta


dimana pasien tidak dapat melihatnya.

Skotoma positif : tanpa diperiksa pasien sudah merasa


adanya skotoma.

Skotoma negatif: dengan diperiksa pasien baru merasa


adanya skotoma.

Macam macam gangguan visual field antara lain.


hemianopsia ( temporal; nasal ; bitemporalis ; binasal ).
homonymous hemianopsia.
homonymous quadrantanopsia.
total blindness dsb
56
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

Fungsi N III,IV,VI saling berkaitan dan


diperiksa bersama sama .
Fungsinya ialah menggerakkan otot mata
ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata.
Serabut otonom N III mengatur otot pupil.

Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
pemeriksaan gerakan bola mata.
pemeriksaan kelopak mata.
pemeriksaan pupil.

57
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

1.Pemeriksaan gerakan bola mata.


Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola
mata diluar kemauan pasien).
Pasien diminta untuk mengikuti gerakan
tangan pemeriksa yang digerakkan kesegala
jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada
pergerakan matanya. Hambatan yang terjadi
dapat pada satu atau dua bola mata.
Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola
matanya.

2.Pemeriksaan kelopak mata:


Membandingkan celah mata/fissura palpebralis
kiri dan kanan . Ptosis adalah kelopak mata
yang menutup.
58
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

3. Pemeriksaan pupil
Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.
Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).
Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.

Pemeriksaan refleks pupil:


refleks cahaya.
Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah
pupil.
Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil
( miosis ).
Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah
ada pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.
Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil.
Cahaya ditujukan pada satu pupil, dan perhatikan pupil
sisi yang lain.
59
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

refleks akomodasi.
caranya : pasien diminta untuk melihat
telunjuk pemeriksa pada jarak yang cukup
jauh, kemudian dengan tiba tiba dekatkanlah
pada pasien lalu perhatikan reflek konvergensi
pasien dimana dalam keadaan normal kedua
bola mata akan berputar kedalam atau nasal.
Reflek akomodasi yang positif pada orang
normal tampak dengan miosis pupil.

refleks ciliospinal.
rangsangan nyeri pada kulit kuduk akan
memberi midriasis ( melebar ) dari pupil
homolateral.
keadaan ini disebut normal.
60
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

refleks okulosensorik.

rangsangan nyeri pada bola mata/daerah


sekitarnya, normal akan memberikan miosis
atau midriasis yang segera disusul miosis.
refleks terhadap obat-obatan.
Atropine dan skopolamine akan memberikan
pelebaran pupil/midriasis.
Pilocarpine dan acetylcholine akan
memberikan miosis.

61
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).

Cara pemeriksaan.
Pemeriksaan motorik.
pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian
meraba m . masseter dan m. Temporalis. Normalnya
kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama .
pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan
apakah ada deviasi rahang bawah, jika ada
kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi lesi.
Sebagai pegangan diambil gigi seri atas dan bawah
yang harus simetris.Bila terdapat parese disebelah
kanan , rahang bawah tidak dapat digerakkan
kesamping kiri. Cara lain pasien diminta
mempertahankan rahang bawahnya kesamping dan
kita beri tekanan untuk mengembalikan rahang
bawah keposisi tengah.
62
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).

Cara pemeriksaan.
Pemeriksaan sensorik.
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa
nyeri dan suhu, kemudian lakukan
pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang
bawah.
Pemeriksaan refleks.
a. Refleks kornea ( asal dari sensorik Nervus
V).

Kornea
disentuh dengan kapas, bila normal pasien
akan menutup matanya atau
menanyakan apakah pasien dapat merasakan.
63
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).
b. Refleks masseter / Jaw reflex ( berasal dari motorik
Nervus V).

Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang


pada bagian tengah dagu, lalu
pasien dalam keadaan mulut setengah membuka dipukul
dengan hammer refleks
normalnya didapatkan sedikit saja gerakan, malah
kadang kadang tidak ada. Bila ada gerakan nya hebat
yaitu kontraksi m.masseter, m. temporalis, m
pterygoideus medialis yang menyebabkan mulut menutup
ini disebut refleks meninggi.

c. Refleks supraorbital.

Dengan mengetuk jari pada daerah supraorbital,


normalnya akan menyebabkan mata menutup
homolateral (tetapi sering diikuti dengan menutupnya
mata yang lain ).
64
SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ).

Pemeriksaan fungsi motorik.


Pasien diperiksa dalam keadaan istirahat. Perhatikan
wajah pasien kiri dan kanan apakah simetris atau tidak.
Perhatikan juga lipatan dahi, tinggi alis, lebarnya celah
mata, lipatan kulit nasolabial dan sudut mulut.Kemudian
pasien diminta untuk menggerakan wajahnya antara
lain:

Mengerutkan dahi, dibagian yang lumpuh lipatannya tidak


dalam.
Mengangkat alis
Menutup mata dengan rapat dan dicoba buka dengan tangan
pemeriksa.
Moncongkan bibir atau menyengir.
Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung
tekan kiri dan kanan apakah sama kuat . Bila ada
kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang
lumpuh.
65
SARAF OTAK VII ( NERVUS
FASIALIS ).
Pemeriksaan fungsi sensorik.
Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan. Pasien disuruh
untuk menjulurkan lidah , kemudian pada sisi kanan dan kiri
diletakkan gula, asam,garam atau sesuatu yang pahit. Pasien
cukup menuliskan apa yang terasa diatas secarik kertas.
Bahannya adalah:Glukosa 5 %, Nacl 2,5 %, Asam sitrat 1 %,
Kinine 0,075 %.

Sekresi air mata.


Dengan menggunakan Schirmer test ( lakmus merah )
Ukuran : 0,5 cm x 1,5 cm
Warna berubah menjadi Biru : Normal: 10 15 mm ( lama 5
menit ).
66
SARAF OTAK VIII ( NERVUS KOKHLEARIS,
NERVUS VESTIBULARIS
Pemeriksaan N. Kokhlearis.
Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.
a. Pemeriksaan Weber.
Maksud nya membandingkan transportasi
melalui tulang ditelinga kanan dan kiri
pasien.Garpu tala ditempatkan didahi pasien,
pada keadaan normal kiri dan kanan sama
keras ( pasien tidak dapat menentukan
dimana yang lebih keras ).

Pendengaran tulang mengeras bila


pendengaran udara terganggu, misal: otitis
media kiri , pada test weber terdengar kiri
lebih keras. Bila terdapat nerve deafness
disebelah kiri , pada test weber dikanan
terdengar lebih keras . 67
SARAF OTAK VIII ( NERVUS KOKHLEARIS,
NERVUS VESTIBULARIS
Pemeriksaan N. Kokhlearis.
b. Pemeriksaan Rinne.
Maksudnya membandingkan pendengaran melalui
tulang dan udara dari pasien.
Pada telinga yang sehat, pendengaran melalui
udara didengar lebih lama dari pada melalui
tulang.
Garpu tala ditempatkan pada planum mastoid
sampai pasien tidak dapat mendengarnya lagi.
Kemudian garpu tala dipindahkan kedepan
meatus eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini
masih terdengar dikatakan test positip.
Pada orang normal test Rinne ini positif. Pada
Conduction deafness test Rinne negatif.
68
SARAF OTAK VIII ( NERVUS KOKHLEARIS,
NERVUS VESTIBULARIS

Pemeriksaan N. Kokhlearis.
Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.

c. Pemesiksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan
dengan pendengaran pemeriksa yang dianggap
normal. Garpu tala dibunyikan dan kemudian
ditempatkan didekat telinga pasien. Setelah pasien
tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu tala
ditempatkan didekat telinga pemeriksa. Bila masih
terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan
bahwa Schwabach lebih pendek ( untuk konduksi
udara ). Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan
pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid pasien.
Disuruh ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tidak
mendengar lagi maka garpu tala diletakkan ditulang
mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa masih
mendengarkan bunyinya maka dikatakan Schwabach
( untuk konduksi tulang ) lebih pendek. 69
Test Pendengaran dengan garputala 512 MHz

Normal Tuli Konduktif Tuli Sensorik


Kiri ** Kiri **

Weber Ki = Ka >Telinga sakit >Telinga


Ki > Ka Normal
Ka > Ki
Rinne Udara > Tulang > Tulang &
Tulang Udara Udara **
(+) (-) (-)
Scwabach Membanding Hantaran Hantaran
kan : Pasien tulang udara
& Dokter memendek memendek
70

** Terganggu
Pemeriksaan N. Vestibularis.
a. Pemeriksaan dengan test kalori.
Bila telinga kiri didinginkan ( diberi air dingin )
timbul nystagmus kekanan. Bila telinga kiri
dipanaskan ( diberi air panas ) timbul nystagmus
kekiri. Nystagmus ini disebut sesuai dengan
fasenya yaitu : fase cepat dan fase pelan,
misalnya nystagmus kekiri berarti fase cepat
kekiri.
Bila ada gangguan keseimbangan maka
perubahan temperatur dingin dan panas
memberikan reaksi.

b. Pemeriksaan past pointing test.


Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa
dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata
tertutup pasien diminta untuk mengulangi.
Normalnya pasien harus dapat melakukannya. 71
Pemeriksaan N. Vestibularis.
.
c. Test Romberg .
Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang
satu didepan kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu
berada didepan jari kaki yang lainnya, lengan dilipat
pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang
normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih.

d. Test melangkah ditempat ( Stepping test ).


Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata
tertutup , sebanyak 50 langkah dengan kecepatan
seperti jalan biasa.Selama test ini pasien diminta untuk
berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak dari
tempatnya selama test berlangsung.
Dikatakan abnormal bila kedudukan akhir pasien
beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya semula,
atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
72
SARAF OTAK IX & X( NERVUS
GLOSOFARINGEUS & NERVUS VAGUS)

Cara pemeriksaan:
Pasien diminta untuk membuka mulut dan
mengatakan huruf a . Jika ada gangguan maka
otot stylopharyngeus tak dapat terangkat dan
menyempit dan akibatnya rongga hidung dan
rongga mulut masih berhubungan sehingga bocor.
Jadi pada saat mengucapkan huruf a dinding
pharynx terangkat sedang yang lumpuh tertinggal,
dan tampak uvula tidak simetris tetapi tampak
miring tertarik kesisi yang sehat.
Pemeriksa menggoreskan atau menyentuh dinding
pharynx kanan dan kiri dan bila ada gangguan
sensibilitas maka tidak terjadi refleks muntah.
73
SARAF OTAK XI ( NERVUS
AKSESORIUS ).

Cara pemeriksaan.
Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Dengan
menekan pundak pasien dan pasien diminta
untuk mengangkat pundaknya.
Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasien
diminta untuk menoleh kekanan dan kekiri
dan ditahan oleh pemeriksa , kemudian
dilihat dan diraba tonus dari m.
Sternocleidomastoideus.
74
SARAF OTAK XII ( NERVUS
HIPOGLOSUS ).
Cara pemeriksaan.
Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka kata-
kata tidak dapat diucapkan dengan baik hal demikian
disebut: dysarthria.
Dalam keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya
tergeser kedaerah lumpuh karena tonus disini menurun.
Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi
yang sakit.
Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah .
Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan
lidah kesamping pada pipi dan dibandingkan kekuatannya
pada kedua sisi pipi.
75
DAFTAR PUSTAKA

Maureen Aprilia, Budi Riyanto Wreksoatmodjo.,


Pemeriksaan Neurologis pada Kesadaran Menurun.,
Sarjana Kedokteran,Bagian Neurologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Atmajaya, Jakarta,
Indonesia.2015.
Aulina s. bahan kuliah: Diagnosa Topis. Makasar; bagian
neurologi FKUH;2009.
LumbanTobing SM. Neurogi Klinik: pemeriksaan fisik dan
mental jakart: Balai Penerbit FKUI;2007
Prof.Dr. mahar mardjono dan Prof. Dr. Priguna sidharta.
Neurologi klinis Dasar.Penerbit Dian Rakyat;2008.

76
TERIMA KASIH

77

Anda mungkin juga menyukai