Anda di halaman 1dari 22

Pemanfaatan Batubara

Pada PLTU dan Industri Semen

Defta Adelia Rani Siti Rahmawati Elvira Dara Sariska


Batubara

Batubara merupakan salah satu sumber energi fosil yang sudah di


manfaatkan sejak zaman dahulu. Kemudian perkembangan
penggunaan batubara sebagai sumber energi terus mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan teknologi. Dan salah
satu manfaat batubara yang semakin banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik di indonesia adalah sebagai bahan
bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Secara umum batubara dibagi atas 2 macam yaitu pembagian
secara ilmiah berdasarkan tingkat pembatubaraan dan berdasarkan
tujuan penggunaan. Berdasarkan tingkat pembatubaraan dibagi
atas batubara muda (brown coal atau lignite), subbituminus,
bituminus dan antransit. Berdasarkan tujuan terbagi menjadi
batubara uap (steam coal), batubara kokas (coking coal/metallurgi
cal coal)
dan antransit.
Pemanfaatan Batubara

Ditinjau dari segi pemanfaatannya, batubara dapat dibagi men-


jadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
Batubara untuk bahan bakar, disebut batubara bahan bakar
(steaming coal, fuel coal, atau energy coal)
Batubara bitumen untuk pembuatan kokas, disebut batubara
kokas (cooking coal)
Batubara untuk dibuat bahan-bahan dasar energi lainnya,
Disebut batubara konversi (conversion coal)
Batubara Untuk Bahan Bakar
Sebagai bahan bakar, batubara dapat dimanfaatkan untuk
mengubah air menjadi uap didalam suatu ketel uap atau boiler
PLTU, untuk membakar bahan pembuat klinker dipabrik semen,
dan sebagai bahan bakar di industri lainnya. Sebagai bahan bakar di
PLTU diperlukan batubara yang mempunyai kandungan ash
< 30%. Sebuah ketel suatu PLTU dirancang untuk membakar
batubara dengan spesifikasi yang telah ditentukan, sesuai dengan
sifat batubara yang akan menjadi bahan bakar yang digunakan
pada PLTU adalah batubara uap jenis subbituminus dan bituminus.
Seiring perkembangan teknologi lignit juga dimanfaatkan sebagai
bahan bakar
Jika batubara disimpan dalam waktu yang lama, volatile matter
makin lama makin banyak yang terlepas. Kehilangan volatile matter ini
menyebabkan berkurangnya nilai kalor. Batubara dengan nilai kalor yang
bervariasi, paling tidak dikehendaki, karena memberikan perubahan-
perubahan fudamental pada bentuk nyala api, karakteristik perpindahan
panas, dan laju masukan. Demikian pula dengan pabrik semen dewasa ini.
Semuanya harus menggunakan bahan bakar batubara, dan yang telah di
bangun sebelum Peraturan Presiden ditetapkan, harus mengganti bahan
bakar minyaknya dengan batubara. Untuk keperluan tersebut harus
dibangun kiln untuk membakar batubara yang didesain dengan
spesifikasi tertentu, seperti halnya PLTU. Hanya untuk pabrik semen,
persyaratan yang diminta lebih ringan bila dibandingkan dengan yang di
minta untuk PLTU.
Limbah Padat Abu Terbang Batubara ( Fly Ash )

Abu batubara sebagai limbah tidak seperti gas hasil


pembakaran, karena merupakan bahan padat yang tidak mudah
larut dan tidak mudah menguap sehingga akan lebih merepotk-
an dalam penanganannya. Apabila jumlahnya banyak dan tidak
ditangani dengan baik, maka abu batubara tersebut dapat
mengotori lingkungan terutama yang disebabkan oleh abu yang
beterbangan di udara dan dapat terhisap oleh manusia dan
hewan juga dapat mempengaruhi kondisi air dan tanah di
sekitarnya sehingga dapat mematikan tanaman.
Sebenarnya abu terbang batubara memiliki berbagai kegunaan
yang amat beragam:
Penyusun beton untuk jalan dan bendungan
Penimbun lahan bekas pertambangan
Recovery magnetic, cenosphere, dan karbon
Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori
Bahan penggosok (polisher)
Filler aspal, plastik, dan kertas
Pengganti dan bahan baku semen
Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)
Konversi menjadi zeolit dan adsorben
Pemanfaatan Batubara
Pada PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara adalah salah satu
jenis instalasi pembangkit tenaga listrik dimana tenaga listrik
didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap yang di
hasilkan melalui pembakaran batubara.
Metode Pambakaran pada PLTU

1.Pembakaran Lapisan Tetap (fixed bed combustion)


2. Pembakaran Batubara Serbuk (pulverized coal
combustion/PCC)
3. Pembakaran Lapisan Mengambang (fluidized bed
combustion/FBC)
Pembakaran Lapisan Tetap
Metode lapisan tetap menggunakan stoker
boiler untuk proses pembakarannya. Sebagai bahan
bakarnya adalah batubara dengan kadar abu yang tidak
terlalu rendah dan berukuran maksimum sekitar 30mm
. Batubara dibakar di atas lapisan abu tebal yang
terbentuk di atas kisi api (traveling fire grate) pada
stoker boiler.
Bila kadar abunya sangat sedikit, lapisan abu tidak
akan terbentuk di atas kisi tersebut sehingga pembakar
an akan langsung terjadi pada kisi, yang dapat me
nyebabkan kerusakan yang parah pada bagian tersebut.
Oleh karena itu, kadar abu batubara yang disukai
untuk tipe boiler ini adalah sekitar 10 15%
Pembakaran Batubara Serbuk (Pulverized Coal
Combustion/PCC)
Saat ini, kebanyakan PLTU terutama yang
berkapasitas besar masih menggunakan metode
PCC pada pembakaran bahan bakarnya. Hal ini
karena sistem PCC merupakan teknologi yang
sudah terbukti dan memiliki tingkat kehandalan
yang tinggi. Upaya perbaikan kinerja PLTU ini
terutama dilakukan dengan meningkatkan suhu
dan tekanan dari uap yang dihasilkan selama
proses pembakaran
Pembakaran Lapisan Mengambang (Fluidized Bed
Combustion/FBC)
Pada pembakaran dengan metode FBC, batubara diremuk terlebih dulu dengan
menggunakan crusher sampai berukuran maksimum 25mm. Tidak seperti
pembakaran menggunakan stoker yang menempatkan batubara di atas kisi api
selama pembakaran atau metode PCC yang menyemprotkan campuran batubara
dan udara pada saat pembakaran, butiran batubara dijaga agar dalam posisi
mengambang, dengan cara melewatkan angin berkecepatan tertentu dari bagian
bawah boiler. Keseimbangan antara gaya dorong ke atas dari angin dan gaya
gravitasi akan menjaga butiran batubara tetap dalam posisi mengambang sehingga
membentuk lapisan seperti fluida yang selalu bergerak. Kondisi ini akan menyeba
bkan pembakaran bahan bakar yang lebih sempurna karena posisi batubara selalu
berubah sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik dan mencukupi
untuk proses pembakaran.
Berdasarkan mekanisme kerja pembakaran,
metode FBC terbagi 2 yaitu Bubbling FBC dan
Circulating FBC (CFBC), seperti ditampilkan
pada gambar 7 di atas. Dapat dikatakan bahwa
Bubbling FBC merupakan prinsip dasar FBC,
sedangkan CFBC merupakan pengembangan
nya.
Untuk membangun fasilitas pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara
, maka hal terpenting yang harus diperhatikan dalam mendesain fasilitas ters
ebut adalah sifat-sifat dan gambaran batubara (yang ditunjukkan oleh param
eter-parameter kualitasnya) yang digunakan. Pemilihan teknologi pembakar
an yang tepat didasarkan pada sifat-sifat batubara yang digunakan merupaka
n sesuatu yang penting untuk mendapatkan pembakaran yang efisien dan tek
nologi yang ramah lingkungan.
Proses Kerja Pada PLTU Bahan Bakar Batubara
Pemanfaatan Batabara
Pada Industri Semen
Proses pembuatan semen
Batu bara digunakan sebagai sumber energi dalam produksi semen. Energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi semen sangat besar. Oven biasanya membakar
batu bara dalam bentuk bubuk dan membutuhkan batu bara sebanyak 450g untuk
menghasilkan semen sebanyak 900g. Batu bara mungkin akan tetap menjadi
masukan penting untuk industri semen dunia di tahun-tahun yang mendatang.

Coal combustion products (CCP produk-produk pembakaran batu bara) juga


memainkan peran yang penting dalam produksi beton. CCP merupakan hasil
sampingan dari pembakaran batu bara pada pusat pembangkit listrik tenaga uap.
Hasil-hasil sampingan tersebut termasuk abu arang batu, abu dasar, kerak ketel
dan gipsum desulfurisasi gas pembakaran. Abu arang batu misalnya, dapat
digunakan untuk mengganti atau menambah semen dalam pembuatan beton.
Dalam cara demikian, produk-produk pembakaran batu bara daur ulang meng-
untungkan bagi lingkungan hidup, yang bertindak sebagai pengganti bahan
mentah utama.
Tahapan Proses Pembuatan Semen
Preparasi Bahan Baku Pembentukan Klinker
Preparasi bahan baku ter
diri dari crushing, pre-blending Proses pembentukan klnker
, drying, grinding, dan homog dibagi menjadi 4 bagian, yaitu pe
enisasi. roses mixing dalam be ngeringan dan dehidasi, kalsinasi,
ntuk slurry tidak menimbulkan klinkerisasi, dan pendinginan. Se
kesulitan.yang berarti sehingga mua reakasi tidak hanya dipenga
proses basah lebih banyak dip ruhi oleh faktor-faktor kimia, teta
akai diseluruh dunia pada mas pi juga faktor-faktor mineralogi d
a-masa lalu. Saat ini dengan p an fisik.
eralatan odern, dimungkinkan
melakukan proses homogenisa
si dalam keadaan kering.
Penggerusan Akhir (Dari linker ke Semen)
Sesudah pendinginan, klinker harus digerus
bersama skitar 4-5% gipsum menjadi tekstur yang sangat halus untuk men
hasilkan semen.
Pengaruh Sifat-Sifat Batubara pada Pembuatan Semen

Nilai Kalor
Abu Batubara
Volatile Matter
Kadar Air
HGI
Kadar Sulfur

Anda mungkin juga menyukai