Anda di halaman 1dari 26

H A S I L A N A L I S A P R O G R A M D A N

P E R A N P E R A W AT P U S K E S M A S D A L A M
K E S E H AT A N J I W A D A N R A N C A N G A N
S T R AT E G I P E N A N G A N A N
K E S E H AT A N J I W A M A S YA R A K AT
33 RSJ Pemerintah, 15 RSJ swasta dan 1 RSKO terdapat di 27 Prov dari 34 Prov di Indonesia
8 Provinsi tidak mempunyai RSJ (Kep Riau, Banten, Gorontalo, Kaltara, NTT, Sulawesi barat, Maluku Utara dan
Papua Barat)
3 Provinsi yang tidak memiliki psikiater; Kepri, Malut dan Papua
FASILITAS & LAYANAN KESWA
RSJ & RSKO (n=49 di 27 dari 34 provinsi)

Emergensi psikiatri, one stop center termasuk layanan sub-spesialisasi

RSU dengan layanan jiwa (n= 249 atau 55,95% dari 445)
Emergensi psikiatri, poliklinik psikiatri, liaison psychiatry

Puskesmas dengan layanan jiwa (n=4182 atau 46,44 % dari 9005)

Emergensi psikiatri, penyuluhan keswa, konseling, layanan kesehatan jiwa dasar yang
terintegrasi di poli umum, kunjungan rumah, outreach, rujukan
TENAGA KESEHATAN JIWA
Tenaga kesehatan jiwa profesional: 1.07 per 100,000 populasi.
Psikiater: 773 (0.32 per 100.000 populasi)
Psikolog klinis: 451 (0.19 per 100.000 populasi)
Perawat jiwa: 6500 (2 per 100.000 populasi)
Distribusi tidak merata, hanya terdapat di kota besar.

% puskesmas dengan petugas yang pernah mengikuti pelatihan kesehatan jiwa: baru 46.5%
(Rifaskes 2011).
KAJIAN SITUASI
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana di puskesmas Tanjung sari Jawa Barat, mengenai
program kesehatan jiwa di puskesmas yang berlaku hingga saat ini yaitu :
1. Kepala puskesmas merupakan seorangg dokter umum
2. 1 orang dokter bertanggung jawab atas SATU puskesmas,
3. Tenaga kesehatan perawat mayoritas berpendidikan d3 keperawatan
4. Program kesehatan mengenai KESWAMAS belum ada, hanya terdapat program KESWA,
karena kebijakan dari DINKES.
5. Kendala ketersediaan obat untuk pasien gangguan jiwa terbatas terkadang kosong stok dari
pemerintah
6. Keterbatasan anggaran dana yang dialokasikan khusus untuk kesehatan jiwa
7. Motivasi perawat penanggung jawab program kesehatan jiwa juga kurang bersemangat,
PROGRAM KESWA ..
Tenaga medis yang berkaitan dengan kesehatan jiwa yaitu : dokter umum, ners, dan perawat D3,
Pengetahuan Perawat dan Dokter mengenai Kesehatan Jiwa masih belum paham karena belum
pernah terpapar
Belum pernah dilakukan pelatihan dari DINKES mengenai kesehatan jiwa baik di Puskesmas
maupun di Masyarakat
Tidak adanya pojok konseling khusus bagi psien dengan gangguan jiwa
Ruang pemeriksaan bergabung dengan ruang pemeriksaan keluhan umum,
Terdapat 1 ruang konsultasi (digabung dengan ruang konsultasi lainnya , KIA, TB )
Belum ditentukan hari khusus pemeriksaan jiwa
ALUR PASIEN ..
1. Setelah melalui proses pendaftaran, pasin di persilahkan untuk masuk ruang pemeriksaan
dengan dokter umum.
2. Pemeriksaan focus pada fisik, baru masuk pada keluhan psikisnya,
3. Jika pasien tenang dilanjutkan ke ruang konsultasi , jika pasien amuk segera di rujuk ke RSU
menggunakan ambulance milik puskesmas.
4. Pemberian resep obat dilakukan oleh dokter pemeriksa (dokter umum)
5. Muncul dilema saat obat akan di berikan, biasanya tidak akan diberikan obat oleh apoteker
jika penulis resep bukan seorang dokter spesialis.
6. Jika pemberi resep bukan dokter spesialis, akan diberikan rujukan balik ke RSU / dokter
spesialis
ANALISIS
Tenaga kesehtan dalam pemberi pelayan kesehatan jiwa khususnya perawat yang ada di puskesmas hanya
mengatakan, jenjang pendidikan dimulai dari D3, S1, tanpa mengatakan harus adanya spesialis dalam program
kesehatan khususnya jiwa, seharusnya permenkes 75 di revisi sehingga menempatkan perawat jiwa minimal 1 di
setiap uskesmas,
Pemberian pelatihan bagi tenaga kesehatan di puskesmas, untuk meningkatkan pengetahuan terkait kesehtan
jiwa, sehingga dapat membentuk kader untu melanjutkan program CMHN
Belum meratanya provinsi yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) terintegrasi
keswa dan/atau napza serta masih kurangnya Jumlah Komunitas Peduli Keswa dan/atau Napza di Provinsi yang
mendapatkan pengetahuan terkait keswa dan/atau napza.
Belum meratanya Kabupaten/Kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sesuai
kriteria
Belum merata nya Jumlah Provinsi yang memiliki ketersediaan psikofarmaka sesuai Formularium Nasional
Penganggaran yang belum optimal dan berkelanjutan bidang keswa dan/atau napza
Fasilitas pelayanan kesehatan menurut UUD 14 pasal 50 harus memiliki sumber daya manusia di bidang
kesehatan jiwa, pembekalan kesehatn jiwa dan perkembangan teknologi dan produk teknologi kesehatan jiwa
berbasis bukti.
UU NO 18 TAHUN 2014
KESEHATAN JIWA
Bab II : Upaya kesehatan jiwa (promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif)
Bab III : System pelayan kesehtan jiwa (pelayan kesehtan dasar : puskesmas, klinik pratama, dan
faasilitas rehabilitasi dan rujukan : RSJ, Klinik umum dan kedokteran spesialis jiwa )
Bab IV : Sumber dalam upaya kesehatan jiwa (SDM, fasilitas kesehtan bidang kes jiwa,
pembekalan kesehtan jiwa, teknnologi dan produk kes jiwa, dan pendanaan )
TERSIER
1
RSJ FORMAL

2 RSU SEKUNDER

PRIMER
3 PUSKESMAS

4 MASYARAKAT / POSBINDU / PANTI


NON-FORMAL

5 INDIVIDU/KELUARGA
A NA L ISIS
A L UR P EL AYANAN PELAYANAN
PARIPURNA
RSJ

RSU

PUSKESMAS

Individu

Keluarga

Masyarakat
PELAYANAN KEPERAWATAN
KOMPREHENSIF
PENCEGAHAN

PRIMER SEKUNDER TERSIER

Peningkatan Deteksi dini Peningkatan


kesehatan & adanya masalah fungsi &
pencegahan psikososial & sosialisasi serta
terjadinya gangguan Jiwa pencegahan
gangguan kekambuhan
jiwa

Mencegah ggn jiwa, Mengurangi


mempertahankan & Menurunkan kecacatan/ketdkmamp
meningkatkan kes.jiwa kejadian ggn jiwa uan akibat ggn jiwa
No Sasaran Strategis indikator

1 Terwujudnya upaya kesehatan jiwa yang 1) Jumlah provinsi yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan
lebih responsif, menyeluruh, terpadu, Berbasis Masyarakat (UKBM) terintegrasi keswa dan/atau
berkesinambungan dan terukur napza.
2) Jumlah Komunitas Peduli Keswa dan/atau Napza di Provinsi
yang mendapatkan pengetahuan terkait keswa dan/atau napza.
3) Tingkat pengetahuan masyarakat tentang keswa dan/atau
napza

2 Terwujudnya layanan kesehatan jiwa 1) Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki puskesmas yang
yang lebih terstruktur dan terstandar menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sesuai kriteria.
2) Jumlah Provinsi yang memiliki fasilitas pelayanan di luar sektor
kesehatan yang bekerja sama dengan puskesmas.

3 Terwujudnya program promosi keswa 1) Jumlah program nasional promosi keswa dan/atau napza, dan
dan prevensi gangguan jiwa. prevensi gangguan jiwa dan/atau gangguan penggunaan
napza.
2) Jumlah provinsi yang menyelenggarakan kampanye publik
keswa dan/atau napza melalui media massa.
No Sasaran Strategis indikator

4 Terwujudnya sistem koordinasi dan kolaborasi 1) Jumlah integrasi program keswa dengan lintas program
dengan para pemangku kepentingan keswa. kesehatan.
2) Jumlah kerjasama program keswa dengan lintas sektor.
3) Jumlah Provinsi yang memiliki wadah koordinasi keswa.

5 Terwujudnya sistem informasi dan monitoring 1) Tersedianya data keswa dan/atau napza di Sistem
evaluasi keswa Informasi Kesehatan Nasional
2) Tersedianya data puskesmas penyelenggara pelayanan
keswa dan/atau napza di website SIAP Kemenkes

6 Terwujudnya SDM keswa dan/atau napza 1) Jumlah tenaga kesehatan puskesmas Kabupaten/Kota
yang kompeten yang terlatih (kompeten) keswa dan/atau napza.

7 Terwujudnya sarana dan prasarana keswa Jumlah Provinsi yang memiliki ketersediaan psikofarmaka
dan/atau napza sesuai standar sesuai Formularium Nasional
No Sasaran Strategis indikator

8 Terwujudnya dukungan regulasi dan kebijakan 1) Tersedianya Peta Strategi Keswamas 2015-2019
keswamas 2) Tersedianya regulasi tentang keswamas.
3) Jumlah Provinsi yang memiliki regulasi/kebijakan yang
mendukung program keswa.

9 Terwujudnya data keswa dan/atau napza yang 1) Jumlah kerjasama data keswa dengan data lintas sektor
terpadu 2) Jumlah Provinsi yang memberikan data tahunan keswa
dan napza
3) Jumlah kajian terkait layanan keswa.

10 Terwujudnya penganggaran yang optimal dan 1) Jumlah Provinsi yang memiliki anggaran bagi program
berkelanjutan bidang keswa dan/atau napza keswa dan/atau napza.
ST R AT EGI P ENG EM BANG AN P EL AYANAN K ESEH ATAN JI WA DENG A N M AT R I X JENDEL A
P EL A NGG AN DL P USK ESM A S M A NUK A N K ULON SUR A B AYA (O K TA R IANA , 2005)

Penyusunana usulan strategi pengembangan pelayanan kesehatan jiwa yang meliputi aspek 5 P
(Power, Position, Peace, Potensial dan Performance) berdasarkan identifikasi dan analisis kebutuhan
dan harapan masyarakat penggunaa/konsumen. Penilaian masyarakat terhadap kondisi pelayanan
kesehatan jiwa saat ini dianalisis dengan strategi dengan pengembangan pelayanan kesehatan
jiwa dengan menggunakan matrix jendela pelanggan.
UPAYA PENGEMBANGAN
PROGRAM KESWAMAS
Advokasi kepada Gubernur/Bupati/ Wali kota, DPRD Prop/Kab-Kota
membuat kebijakan yang memihak kepada upaya peningkatan keswamas
Sosialisasi keswa kepada pemerintah maupun masyarakat
Mengoptimalkan peran Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota dalam upaya
kesehatan jiwa
Meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan

24
Membangun kemitraan yang efektif dengan lintas program/sektor, organisasi profesi, swasta
dan LSM membentuk TP-KJM di provinsi dan Kabupaten/Kota
Mendorong pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam upaya kesehatan jiwa
Mengembangkan sistem informasi kesehatan jiwa melalui berbagai survei dan
penelitian .

25
Membangun kemitraan yang efektif dengan lintas program/sektor, organisasi profesi,
swasta dan LSM

Kemitraan harus dilakukan dengan 3 prinsip kunci yaitu Kesetaraan (equity),


Keterbukaan (Openess) dan Azaz Manfaat bersama (mutual Benefit).

Anda mungkin juga menyukai