Anda di halaman 1dari 41

DAMPAK POLA MAKAN ZAMAN BATU TERHADAP KONDISI GINGIVA TANPA

MENJAGA KEBERSIHAN MULUT

(Stefan Baumgartner, Thomas Imfeld,Olivier Schicht, Christian Rath, Rigmor E.


Persson, and G. Rutger Persson. 2009 The Impact of the Stone Age Diet on
Gingival Conditions in the Absence of Oral Hygiene. Journal of Clinical
Periodontology 80: 759768)

Disusun oleh:
Milashni Sandran (16011023005)
Tri Rezky F. Datau (160112160115)
Vita Sepfina (160112160001)

Pembimbing:
Ina Hendiani, drg., Sp. Perio (K)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2017
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Plak gigi - biofilm kompleks yang berakumulasi pada gigi dan jaringan rongga mulut.
Faktor lingkungan dan genetik sangat penting dalam pertumbuhan dari biofilm plak gigi.
Walaupun plak gigi dibentuk oleh berbagai varietas spesies bakteri, kolonisasi bakteri ini
memili pola:

adhesi dari kolonis insial untuk membentuk pelikel

diikuti dengan kolonisasi sekunder melalui adhesi interbakteri

Dikemukakan bahwa bakterI yang berkolonisasi awal dalam perkembangan dari biofilm
gigi termasuk spesies
o Actinomyces
o Lactobacillus
o Streptococcus
Akan tetapi, komunitas mikroba pada rongga mulut bersifat polimikrobial dan
mikroorganisme individu dalam komunitas tidak dapat bertahan hidup diluar komunitas.
lesi awal
menunjukkan
Dalam 8 hari dari Peran plak gigi
karakteristik dari
awal akumulasi dalam gingivitis
perkembangan
plak hipersensitivitas yang telah ditemukan
tertunda

meningkatkan Peningkatan cairan


Sistem komplemen plasma protein pada servikular gingiva
dapat teraktivasi pelikel yang dapat selama gingivitis
pada gingival crevice memengaruhi
memengaruhi
material dari gingiva perlekatan dan
pembentukan
yang terinflamasi pembentukan dental
pelikel
plak secara dini
Studi pada hewan menunjukkan bahwa pola makan dapat berperan penting
dalam perkembangan dari gingivitis

Subyek dengan pola makan karbohidrat yang tinggi memiliki


gingivitis bila dibandingkan terhadap subyek dengan
pola makan karbohidrat yang rendah.

Peningkatan pola makan sukrosa berhubungan dengan akumulasi plak dan


gingivitis pada manusia.
Pemeriksaan asupan sukrosa diikuti dengan perubahan pola makan -> upaya
klinis untuk menurunkan gingivitis.
Beberapa penelitian juga mendemonstrasikan bahwa gingivitis ujicoba dan
gingivitis kronis tidak dapat dibandingkan.
Setelah 4 minggu ujicoba gingivitis, terdapat akumulasi plak yang lebih tinggi
dan level interleukin (IL)-1b yang lebih tinggi tetapi level IL-8 lebih rendah
ditemukan pada gingival crevicular fluid.
Terdapat data yang menunjukkan level aspartate aminotransferase pada
gingival crevicular fluid lebih tinggi dalam gingivitis ujicoba dibandingkan
dengan kronis gingvitis.
Tingginya skor prevalensi pada plak supragingiva dan gingivitis telah
dilaporkan pada subyek remaja.
Prevalensi periodontitis konstan secara virtual selama 3000 tahun di Great
Britain
Pada komunitas yang terisolasi (Isla Grande, Kolombia) tanpa perawatan
gigi dan tingkat edukasi yang rendah
- {dari Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)} skor 1 (adanya
bleeding on probing [BOP]) ditemukan hanya pada 18% subyek
- 11% memiliki probing depths 5mm (CPITN = 4).
Berdasarkan pengetahuan kami, tidak ada studi mengenai kondisi
periodontal dan mikrobiologis rongga mulut pada subyek yang tidak
memiliki akses melakukan kebersihan mulut atau pola makan modern.
Tujuan Kasus
Memeriksa mikrobiota rongga mulut dan data klinis dalam
kohort dari 10 subyek dengan tidak memiliki akses terhadap
metode menjaga kebersihan mulut tradisional dan subyek
yang memiliki pola makan seperti pada zaman batu selama
periode 4 minggu.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Metode
Tahun 2007, Swiss National Television menemui anggota
fakultas di University of Bern dan University of Zu rich
untuk memantau kelompok subyek yang telah memberikan
komitmen untuk tinggal pada lingkungan yang menyerupai
zaman batu meliputi replika rumah, baju, peralatan, dan
makanan (memancing dan berburu) yang diketahui dari
daerah arkeologi di Switzerland.
o Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik (University of
Zu rich) dan semua subjek telah menandatangani formulir
pesertujuan.
o Subyek diberitahukan mengenai kondisi hidup yang telah
diidentifikasi oleh ahli arkeologi menyerupai manusia pada zaman
batu sepanjang Rhine River.
o Ahli nutrisi - memantau aktivitas harian dan kebiasaan makan dari
setiap partisipan.
o Sebanyak sepuluh subyek - 2 keluarga (suami, istri, dan 2 anak
setiap keluarga) dan dua lelaki dewasa muda lajang
o Sukarelawan ini hidup dengan kondisi menyerupai zaman batu
selama 4 minggu dan pemeriksaan medis (data tidak diperlihatkan)
dan gigi dilakukan sebelum dan 4 minggu setelah dilakukan studi.
o Semua subyek diperiksa sebelum dan sesudah studi selama 4
minggu di University of Zu rich, School of Dentistry;
- pemeriksaan intra dan ekstraoral
- indeks screening periodontal
- partial-mouth recording of plaque index (PI) kuadrant 1 & 3
- indeks gingiva (GI). kuadrant 2 & 4

o Radiografi bitewing dilakukan (pada awal studi) di daerah dimana


belum tersedia dokumentasi radiografi sebelumnya dan dilakukan
foto dental.
o Pada awal studi dan pada minggu keempat, anggota fakultas
University of Bern (GRP dan REP) mengumpulkan sampel
mikrobiologis subgingiva pada aspek mesiobukal dari semua gigi
yang ada pada setiap subyek.
o Pemeriksa yang sama mengambil sampel bakteri dan mencatat
pengukuran dari subyek pada kedua kunjungan. Pemeriksa tidak memiliki
akses terhadap data kunjungan awal atau hasil dari pusat lainnya. Tidak
memungkinkan untuk menutupi subyek dalam melakukan pemeriksaan.
o Tidak ada subyek yang memiliki akses
- sikat gigi
- pasta gigi
- benang gigi
- tusuk gigi
- produk
- bagaimana cara membersihkan gigi tanpa alat untuk membersihkan mulut
o Penggunaan ranting atau bahan alami lainnya diperbolehkan.
Pola Makan Zaman Batu dan Kondisi Kehidupan
o Daerah yang dekat dengan Rhine River di swiss pada awal Zaman batu
antara 4000 dan 3500 sebelum masehi.
o Ruang tempat tinggal, baju, peralatan, dan tipe makanan disediakan
sesuai dengan penemuan arkeolog pada daerah tersebut.
o Pola makan terbatas pada penyediaan dasar dari biji-bijian gandum,
gandum, beberapa garam, tanaman, madu, susu, dan daging dari binatang
domestik (kambing dan ayam).
o Suplai makanan ini tidak mencukupi selama 4 minggu, - mencari makanan
tambahan dari alam meliputi beri, tanaman yang dapat dimakan, dan
memancing tanpa jaring.
Sampel Mikrobiologis

Semua daerah Sampel plak Sampel Sampel bakteri


sampel subgingiva diletakkan dikumpulkan
diisolasi dari dikumpulkan individual dari belakang
kontaminasi dengan dalam tabung lidah
saliva. Plak endodontic flat-cap menggunakan
supragingiva paper points micro- swab steril
diangkat (ukuran 55) centrifuge dimana
secara lembut steril yang natural 1.5ml diletakkan dan
dengan diinsersikan yang terbebas diberikan label
menggunakan kedalam dari DNas dan steril pada
kuret. poket selama DNA dan kontainer.
20 detik. steril.
Semua Setelah dilakukan
sampel pengambilan Bleeding on
ditempatkan sampel bakteri, probing
pada kotak pengukuran PD (BOP) dilihat
pada 4oC yang klinis dilakukan selama 10
dipindahkan menggunakan detik setelah
dalam 4 jam Michigan probing.
ke periodontal
labolatorium probes,pada
dan aspek
dibekukan mesiobukal
langsung pada semua gigi yang
suhu -20oC. menjadi sampel.
Proses Mikrobiologis
Dilakukan dengan Teknik checkerboard DNA-DNA hybridization
seperti yang telah dideskripsikan oleh Socransky et al.
Sebanyak 74 spesies bakteri termasuk kedalam panel checkerboard
(Tabel 1).
Dalam proses:
SAMPEL PROSES
BAKTERI SUBGIGIVA 0.15 ml Tris EDTA buffer (10 mM Tris-HCl,
1.0 mM EDTA, pH 7.6
BAKTERI 0.10 ml 0.5 M NaOH ditambahkan pada
setiap tabung Eppendorf
BAKTERI LIDAH 300ml Tris EDTA buffer (10 mM Tris-HCl, 1.0
mM EDTA and pH 7.6)
Setelah 10 menit, sampel ini disonikasi selama 10 detik.
200ml NaOH 0.5 yang telah baru dibuat ditambahkan pada setiap vial, dan swab diangkat.

DNA bakteri dilakukan ekstraksi, dikonsentrasikan dengan membran nylon dan dilakukan
fiksasi bersilang menggunakan cahaya ultraviolet

Membran dengan DNA yang terfiksasi ditempatkan pada kambar inkubasi multichannel.

Gel dan blot imaging system untuk metode chemifluorescence- based digunakan untuk
kuantifikasi dengan menggunakan 200 mm dan 600 V

Informasi yang telah dilakukan digitalisasi dianalisa - sehingga menyediakan perbandinga


densitas dari 19 jalur sampel dan dua jalur sampel standar (105 atau 106 sel).

Sinyal dikonversikan menjadi hitungan absolut dengan membandingkan dengan standar ini.30
Bakteri yang diuji diidentifikasikan sebagai panel 1 dan panel 2
Tabel 1. Bacterial Species and Subspecies
Included in the DNA-DNA Checkerboard Kit
CONT TABLE 1.
Statistik
o Paired t test digunakan untuk melihat perubahan pada indeks klinis
(PD, BOP, GI, dan PI) dari waktu ke waktu.
o Nilai rata-rata berdasarkan subyek dihitung pada setiap spesies
bakteri.
o Paired-samples t test digunakan untuk membanding jumlah bakteri
antara pertemuan awal dan minggu keempat.
o Sampel lidah dianalisa dengan Wilcoxon signed-sum rank test.
Signifikansi ditentukan pada level P <0.001. Perangkat lunak
statistik digunakan untuk analisis.
Hasil
Subjek Tidak ada subjek
yang menunjukkan
tanda klinis
periodontitis.
PD -> perbedaan
rata-rata, 0.2mm;
95% confidence
interval: 0.1 sampai
0.3 mm P <0.001.
Rata-rata PI
kunjungan awal &
minggu keempat
(partial-mouth
recordings) 0.68
dan 1.47 (P <0.001).
Rata-rata GI (partial-
mouth recordings)
kunjungan awal &
minggu keempat
Tabel 2. Karateristik subyek pada kunjungan pertama (BL) dan minggu 0.38 dan 0.43 (tidak
signifikan secara
keempat (W4)
statistik).
Antara kunjungan
awal dan minggu
keempat ->
persentasi rata-rata
dari daerah dengan
BOP berkurang dari
34.8% menjadi
12.6% (P <0.001)

Gambar 1. BOP pada kunjungan awal (BL) dan pada minggu keempat
dari setiap subjek. Data anak diberikan setelah data orang tua
didapatkan.
Gambar 2. Gambar klinis anterior salah Gambar 3. Gambar klinis anterior pada
satu subjek pada kunjungan awal. subjek yang sama setelah minggu keempat

Terlihat odem di gingiva, setelah 4 minggu, odem berkurang.


Mikrobiologi
Sampel Lidah
Kunjungan awal & minggu keempat distribusi dari Tannerella forsythia,
Aggregatibacter actinomycetemcomitans (a), dan Streptococcus gordonii

Analisis Wilcoxon signed-sum rank test yang mendemonstrasikan jumlah


bakteri lebih tinggi pada kunjungan awal (P <0.001) yakni 20 spesies

1. Actinomyces neuii, 11. Parvimonas micra (previously Peptostrepto-


2. Atopobium vaginae, coccus micros or Micromonas micros),
3. A. actinomycetemcomitans 12. Staphylococcus aureus,
(serotype a), 13. S. gordonii,
4. Actinomyces naeslundii, 14. Streptococcus intermedius,
5. Campylo-bacter rectus, 15. Streptococcus mitis,
6. Eubacterium saburreum, 16. Streptococcus mutans,
7. Leptotrichia buccalis, 17. Streptococcus oralis,
8. Selenomonas noxia, 18. T. forsythia,
9. Peptoniphilus sp., 19. Treponema denticola,
10. Pseudomonas aeruginosa, 20. Treponema socranskii,
Kecenderungan (P <0.01) untuk jumlah bakteri yang lebih tinggi pada
kunjungan awal ditemukan
Lactobacillus acid- ophilus, Propionibacterium acnes,
S. oralis, Prevotella
Campylobacter gracilis, melaninogenica,
Campylo- bacter showae, Streptococcus anginosus,
Anaerococcus vaginalis,
Streptococcus constellatus,
Bacteroides ureolyticus,
S. mutans, Bifidobacterium biavatii,
Mobiluncus curtisii Lactobacillus gasseri

Jumlah bakteri yang lebih tinggi pada minggu keempat (P <0.001)


ditemukannya bakteri Helicobacter pylori dan Lactobacillus crispatus.
Kecenderungan (P <0.01) untuk jumlah bakteri yang lebih tinggi pada
minggu keempat ditemukan pada Porphyromonas gingivalis dan
Enterococcus faecalis.
Gambar 4. Jumlah sampel T. forsythia dari Gambar 5. Jumlah A. actinomycetemcomitans (a)
awal kunjungan dan minggu keempat. Hanya pada sampel lidah pada kunjungan pertama dan
satu sampel yang diambil setiap kunjungan. minggu keempat. Hanya satu sampel yang diambil
setiap kunjungan.
Gambar 6. Jumlah S. gordonii pada sampel lidah pada
kunjungan pertama dan minggu keempat. Hanya satu sample
yang diambil setiap kunjungan.
Sampel Subgingiva
Total jumlah bakteri dari 74 spesies lebih tinggi secara signifikan pada
minggu keempat (P <0.001).
Jumlah total bakteri lebih tinggi secara signifkan (P <0.001) untuk 24 dari
74 spesies
Ac- tinomyces odontolyticus, H. pylori,
A. vaginae, L. crispatus,
B. ureolyticus, Lactobacillus jensenii,
Eikenella corrodens, N. mucosa, Peptoniphilus sp.,
L. acidophilus, Porphyromonas endodontalis,
Capnocytophaga ochracea, Prevotella disiens,
Dialister sp., Prevotella mirabilis,
Escherichia coli, Staphylococcus aureus (dua rantai),
Fusobacte- rium nucleatum naviforme, Streptococcus agalactiae,
Gardnerella vaginalis, S. anginosus, dan
Haemophilus influenzae, S. mitis
Kecenderungan tingginya jumlah bakteri (P <0.01) pada minggu
keempat juga terlihat pada spesies berikut:
Capnocytophaga sputigena,
Peptostrepto- coccus anaerobius,
Prevotella intermedia,
Prevotella nigrescens,
S. oralis, dan Streptococcus sanguinis.

Pada minggu keempat, ditemukan jumlah yang lebih rendah (P


<0.001) pada Actynomicetes naeslundii, Bifidobacterium longum,
dan Leptotrichia buccalis.
DISKUSI
DISKUSI
o Pada penelitian ini, subjek telah disediakan suplai sereal,buah-
buahan liar, kacang, tanaman,madu,garam dan daging kering.
Subjek tidak memiliki akses terhadap gula halus.
o Beberapa subjek menggunakan ranting untuk membersihkan gigi
tidak cukup dalam mencegah akumulasi plak gigi supragingiva yg
diilustrasikan dengan peningkatan PI
o Konsekuensi dari tidak memiliki akses terhadap metode
membersihkan mulut modern direfleksikan dgn peningkatan skor
plak supragingiva, tapi tidak disertai dgn peningkatan keparahan
inflamasi gingiva
o Peningkatan rata-rata GI pada pasien tidak signifikan yakni 0,38
0,43 dan penurunan skor BOP dan sedikit penurunan pada PD
s.gordonii dan s.mitis P. Endodontalis S. Oralis

Ditemukan pada Ditemukan pada Pada sampel


sampel lidah lidah dan kunjungan awal
Ditemukan pada subgingival ditemukan lebih
kunjungan awal Lebih tinggi pada tinggi pada lidah
dimana jumlah minggu ke 4 tapi pada minggu ke
tertinggi pada dibandingkan 4 lebih tinggi
minggu ke 4 dengan kunjungan terdapat pada
awal sampel subgingiva
Hal ini dapat
berhubungan dgn
perbedaan akses
nutrien sebagai efek
perubahan pola
makan dari subyek.
o Kurangnya akses terhadap gula halus dapat memberikan
dampat terhadap bakteri yang melakukan fermentasi gula
dan perkembangan biofilm yang berhubungan dengan
penyakit.
o Restriksi pola makan gula dapat menjadi tindakan yang
sesuai untuk mengurangi gingivitis dimaan pola makan
kaya karbohidrat meningkatkan keparahan gingivitis.
o Pola makan dengan kaya sukrosa dapat memicu
akumulasi plak dimana pola makan kaya glukosa dapat
memberikan efek marginal
o Tidak dilakukan pemeriksaan apakah strees psikologi
merupakan komponen utama selama 4 minggu.
o Level stres dan variabel psikososial yg mengindikasikan
stres tidak terlihat terlibat sebagai variabel akumulasi plak
dan inflamasi gingiva selama uji coba gingivitis dewasa
muda
o Desain dari gingivitis uji coba biasanya meliputi fase inisial
dimana subjek diberikan instruksi mengenai kebersihan
mulut untuk mengurangi inflamasi gingiva diikuti dengan
periode tanpa membersihakan mulut.
o Subjek yang termasuk dalam studi ini tidak mendapatkan fase
inisal untuk mendapatkan peningkatan kebersihan mulut untuk
mengurangi inflamasi gingiva.
o Hal ini direfleksikan dengan skor rata-rata BOP sebesar 34.8 %
o Karena itu, pada hipotesis pertama sebelum dilakukan inisiasi
studi kami mengantisipasi dengan tidak adanya atau tindakan
membersihkan yang tidak sufisien dapat menyebabkan
peningkatan PD, BOP, GI dan PI yang signifikan
o Data menunjukan bahwa peningkatan hanya terjadi pada PI
o Oeh karena itu, peneliti memperkirakan adanya faktor lain
yangmengkompensasi kurangnya akses terhadap sikat gigi,
benang gigi, tusuk gigi, dan obat kumur
o Dari sukarelawan yang berpartisipasi dalam uji coba
selama empat minggu yang termasuk kedalam studi
modifikasi gingivitis ini, tidak terdapat peningkatan
inflamasi gingiva secara klinis, selain terdapat
peningkatan level plak supragingiva. Selain peningkatan
plak skor, nilai PD dan BOP menurun dari waktu ke waktu.
o Mikrobiota subgingiva tidak berubah terhadap kolonisasi bakteri;
peningkatan jumlah bakteria berhubungan dengan periodontitis
atau kerusakan gigi tidak ditemukan.
o Penjelasan utama mengenai mengapa subyek ini tidak menunjukkan
adanya bukti peningkatan gingivitis adalah keterbatasan asupan gula
dan asupan makanan yang mengandung komponen antibakteri dan
antiinflamasi.
o Model uji coba tradisional yang telah dipublikasikan pada berbagai
studi hanya dapat menjadi aplikatif bila subyek menjaga pola makan.
o Hipotesis yang disajikan beruba keterbatasan gula dan asupan
suplemental dari antioksidan dan flavonoid penting menjadi
pedoman pola makan untuk subyek dengan gingivitis dan
periodontitis.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
o Observasi studi ini mendukung konsep bahwa faktor pola makan
penting dalam mengontrol perkembangan dari gingivitis, tanpa
adanya tindakan membersihkan mulut selama 4 minggu.
o Walaupun terdapat peningkatan level plak, ditemukan adanya
penurunan BOP dan PD.
o Keterbatasn pola makan, tidak adanya tindakan membersihkan mulut
tidak menyebabkan peningkatan inflamasi gingiva; akan tetapi
terdapat peningkatan jumlah bakteri pada sampel subgingiva dan
penurunan jumlah sampel pada lidah.
o Peningkatan sampel subgingiva tidak termasuk spesies yang biasanya
berhubungan dengan periodontitis. Secara spesifik, jumlah spesies
Streptokokus menurun pada sampel lidah dari waktu ke waktu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai