Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

GLAUKOMA KONGENITAL

Aulia Suri Agung (122011101052)


Umi Farihatul Mawaddah (16710223)

Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp.M
LAB/KSM ILMU KESEHATAN MATA
RSD DR. SOEBANDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
Pendahuluan
Glaukoma kongenital  Kebutaan pada anak-anak.
Glaukoma kongenital  saluran pembuangan tidak
terbentuk dengan baik / tidak terbentuk sama sekali.

 Kejadian glaukoma kongenital ini rendah (1:10.000 )


 Glaukoma kongenital primer  glaukoma kongenital
tersering dengan kejadian 0,01-0,04 % dari kebutaan total.

Glaukoma kongenital primer atau infantile terjadi saat


lahir atau dalam tahun pertama kehidupan
glaukoma kongenital primer ini terjadi sporadik. 10 %
dari kasus berhubungan dengan gen autosomal resesif
DEFINISI

Glaukoma kongenital
suatu glaukoma yang
terjadi pada bayi dan klasifikasi berdasarkan
anak-anak  usia
penutupan bawaan dari  Glaukoma kongenital
sudut iridokorneal oleh Glaukoma infantil
suatu membrane  Glaukoma juvenil
menghambat aliran
dari humor aquous
dapat meningkatkan
TIO
A., Clark., Robert. 2017. Glaucoma, congenital Or Infantile. American
Academy of Ophtalmology Core Ophthalmic Knowledge San Franscisco
ANATOMI DAN FISIOLOGI
• Struktur dasar mata yang berhubungan dengan humor aquos adalah
korpus siliaris, sudut kamera okuli anterior, dan sistem aliran humor
aquos

Snell., S Richard., Lemp., A Michael. 2008. Clinical Anatomy Of The Eye. Second Edition. Publishing
The George Washington School of Medicine and Health Science : Washington DC.
EPIDEMIOLOGI
• Kongenital glaukoma primer penyakit bilateral
sekitar 75% kasus laki-laki sekitar 65%
• Dari glaukoma pediatric, 60 % didiagnosa umur
6 bulan dan 80% dalam tahun pertama.
• Glaukoma pada anak bersifat heterogen,
glaukoma primer kongenital kira-kira 50-70%
dari glaukoma kongenital.

Giampiani, Jiar., Andriana S., 2012. Congenital Glaucoma. Journal Ophthalmology of Mato Grosso.
Federal University of Mato Grosso Brazil. Vol (6) Page : 2-5
Glaukoma kongenital primer terbatas ETIOLOGI
pada kelainan perkembangan yang
mempengaruhi trabekulum meshwork

membrane kongenital yang menutupi BMD pada


saat perkembangan bola mata, kelainan
pembentukkan kanal schlemm dan saluran keluar
cairan mata yang tidak sempurna terbentuk

Glaukoma kongenital juga berhubungan


dengan penyakit kongenital lainnya,
Joel S., Shuman., Viki., C et all.,
seperti sturge webber sindrom Rapid Diagnosis in Ophthalmology
Lens and Glaukoma. Edisi 1. 2008
PATOFISIOLOGI

Dunitz, M. 2003. Anatomy, Physiology, and Patophysiology : Handbook of Glaukoma.


Second Edition. Taylor and Francis: London; 2003.p.3-10.
FAKTOR RESIKO

Adanya riwayat
- Pemakaian obat
keluarga penderita
obatan steroid
glaukoma

Riwayat trauma
(luka kecelakaan)
pada mata

Liesegang TJ., Sakulta GL. 2005. Childhood Glaucoma in Glaucoma. American Academy of
Ophthalmology. Section 10. USA. 2005; Page 147-151
KLASIFIKASI
• Glaukoma kongenital primer
kelainan perkembangan terbatas pada sudut kamera
anterior.
• Glaukoma kongenital yang berhubungan dengan
anomali perkembangan segmen anterior yaitu
sindrom Axenfeld, anomali Peter dan sindrom Rieger
• Glaukoma kongenital yang berhubungan dengan
kelainan lain termasuk aniridia, sindrom Sturge-
Weber, neurofibromatosis, sindrom Lowe dan rubella
kongenital
Gejala Klinis dan Diagnosis
ditemukan 3 gejala klasik: epiphora, photophobia dan
blepharospasme

Diagnosis glaukoma infantil tergantung pada penelitian klinis yang


cermat, termasuk ukuran IOP, diameter kornea, gonioscopy, ukuran
panjang axial dengan ultrasonografy, dan ophthalmoscopy

Pemeriksaan mata luar


1. buphtalmos dengan pelebaran diameter kornea lebih daari 12 mm
2. Edema kornea
3. Penurunan ketajaman visual
4. Amblyoma
5. Pembesaran mata menyebabkan myopia, dan robekan pada
descemen membran bisa menyebabkan astgmat yang luas
Gambaran buftalmos Gambaran Haab’s
pada anak striae
Tabel 1. Pertimbangan Diagnosis Untuk Gejala dan Tanda dari
Glaukoma Kongenital Primer14,15
 Kondisi mata merah dan epifora
Diagnosis - Obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital
- Defek epitel kornea atau abrasi
Banding - Konjungtivitis
- Inflamasi okuler (uveitis/trauma)
 Kondisi dari edema kornea atau ipasifikasi
- Distropi kornea (distropi endotelial herediter kongenital,
distropi polimorfik posterior)
- Obsetriki birh trauma with descemet’s tears
- Storage disease (mukopolisakarida, sistinisis)
- Anomali kongenital (sklero kornea, anomali peter)
- Keratitis (keratitis rubela maternal, herpetik, pliktenular)
- idiopatik
 Kondisi dari pembesaran kornea
- Aksial miopia
- megalokornea
 Kondisi abnormalitas nervus optik
- Optic atrophy
- Optic nerve coloboma
- Optic nerve hypoplasia
- Optic nerve malformation
- Physiologic cupping
Penatalaksanaan
• Terapi Medis
1.Beta bloker
2.Inhibitor karbonik anhydrase
3.Analog prostaglandin
4.Alfa receptor agonist
5. Cholinergic drugs (pilocarpine)

• Terapi Bedah
1.Goniotomy
2.Trabeculotomy
3.Trabeculectomy
4.Combined trabeculotomy-trabeculectomy
Follow up
• Pasien harus ditinjau satu bulan setelah operasi
awal.
• Tekanan intraokular dan diameter kornea harus
dipantau secara berkala karena pembesaran kornea
yang progresif merupakan tanda penting pada
glaukoma kongenital yang tidak terkontrol yang
juga dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan
yang progresif seperti glaukoma pada dewasa.
• Refraksi cycloplegio harus dilakukan pada interval 6
bulanan
Prognosis
• Prognosis dari glaukoma congenital primer bergantung pada
usia dan onset

• Glaukoma yang terjadi saat lahir lebih sulit diobati, bila tidak
ditatalaksana akan menjadi kebutaan

• glaukoma yang diameter kornea nya 14 mm atau lebih


memiliki prognosis yang sama buruknya

• glaukoma yang terjadi dari usia 3-12 bulan memiliki


prognosis yang lebih baik pada 80-90% kasus

• anak anak pada penderita glaukoma dampaknya mengalami


miopi dari elongasi aksial pada bola mata, astigmatisme,
pembesaran kornea, adanya jaringan parut bahkan ada
dislokasi lensa dari pembesaran segmen anterior yang
berlebihan.
Komplikasi
• Komplikasi paling umum yang terjadi setelah
operasi adalah tidak terkontrolnya tekanan
intraocular yang buruk.

• Komplikasi lainnya setelah operasi meliputi


hyphema, kerusakan pada Kristal lensa yang
mengakibatkan katarak dan infeksi, termasuk
endophtalmitis. Komplikasi setelah dilakukan
trabekulotomi adalah hipotensi, kebocoran, erosi
shunt, migrasi shunt dan endophtalmitis.
Komplikasi akhirnya kemungkinan terjadi
kebutaan
Penutup
• glaukoma kongenital adalah glaukoma yang terjadi pada anak dan merupakan
penyebab penting kebutaan pada anak.

• Glaukoma kongenital terjadi karena pembuangan yang tidak terbentuk dengan baik.
Glaukoma kongenital dibagi menjadi 3 berdasarkan kelainan organ yaitu glaukoma
kongenital primer, anomali perkembangan segmen anterior dan berbagai kelainan
lain.

• Gejala yang sering dijumpai adalah epifora,photophobia, dan blefarospasme (tiga


tanda klasik)

• Pemeriksaan klinis dilakukan dalam anastesi berupa pemeriksaan luar, tajam


penglihatan, tonometry, gonioskopy, oftalmoskopi, ultrasonografi.

• Komplikasi yang terjadi adalah kebutaan, hal ini jika tidak segera ditangani. Dan
komplikasi yang muncul akibat intervensi operasi berupa hifema, dan infeksi.

• Prognosis untuk glaukoma kongenital ini jika ditangani atauditerapi lebih awal
prognosis baik. Akan tetapi jika terlambat dalam penanganan bisa menyebabkan
kebutaan dini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai