Anda di halaman 1dari 48

Transmisi Daya Listrik

Teknik Elektro Universitas


Krisnadwipayana
Semester V (Lima)

Dibuat oleh :
Gusti Febriyanto (1470021035)
Bab 1 PENDAHULUAN

• Tenaga listrik
Pusat-pusat tenaga listrik umumnya terletak
jauh dari tempat-tempat dimana tenaga listrik
itu digunakan atau pusat-pusat bebean (Load
Centres). Karena itu tenaga listrik yang
dibangkitkan harus di salurkan melalui kawat-
kawat atau saluran transmisi.
Karena tegangan generator pada umumnya
rendah antara 6kV sampai 24kV, maka tegangan
ini biasanya di naikkan dengan pertolongan
Transformator daya ke tingkat tegangan yang
lebih tinggi antara 30kV sampai 500kV (di
beberapa negara maju bahkan sudah sampai
1000kV).
Tingkat Tegangan yang lebih tinggi ini, selain
untuk memperbesar daya hantar dari saluran
yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan,
juga memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh
tegangan pada saluran.
Sudah jelas dengan mepertinggi teganan tingkat
isolasi-pin harus lebih tinggi, demikian biaya
peralatan juga tinggi.
Penurunan tegangan dari tingkat tegangan
transmisi pertama-tama dilakukan pada gardu
induk (GI), dimana tegangan diturunkan ke
tegangan yang lebih rendah, misalnya dari
500kV ke 150kV atau dari 150kV ke 70kV.
Kemudian penurunan kedua dilakukan pada
gardu distribusi dari 150kV ke 20kV atau dari
70kV ke 20kV. Teganan 20kV disebut tegangan
distribusi primer.
• Ada 2 kategori transmisi :

– Saluran Udara (Overhead Lines)


Menyalurkan Tenaga Listrik melalui kawat-kawat
yang digantung pada menara atau tiang transmisi
dengan perantaraan isolator-isolator.

– Saluran kabel tanah (Underground cable)


Menyalurkan tenaga listrik melalui kabel-kabel yang
ditanam dibawah tanah.
Saluran Tranmisi AC atau DC
• Didalam sistem AC ada sistem 1 Fasa dan 3
Fasa. Sitem 3 Fasa mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan sistem 1 Fasa karena,
a. Daya yang disalurkan lebih besar,
b. Nilai sesaatnya (Instantaneous value)
konstan dan,
c. Mempunyai medan magnit putar.
Tegangan Transmisi
Pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan
memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah
rangkaian, jarak penyaluran,
keandalan(reliability),biaya peralatan,serta
tegangan-tegangan yang ada dan yang
direncanakan. Kecuali itu peentuan teganan
harus dilihat juga dari segi standarisasi peralatan
yang ada. Penentuan teganan merupakan
bagian dari perencanaan sistem secara
keseluruhan.
Di Indonesia, pemerintah telah menyeragamkan
deretan tegangan tinggi sebagai berikut :
Tegangan nominal(kV) :
30-66-150-220-380-500
Tegangan tinggi untuk perlengkapan(kV) :
36-72,5-170-245-420-525,
Teganan nominal 30kV hanya diperkenankan
untuk daerah asuhan dimana tegangan distribusi
20kV tidak dipergunakan. Penentuan deretan
tegangan diatas disesuaikan dengan
rekomendasi Intenational Electrotechnical
Commission (IEC)
Komponen-komponen utama dari
saluran udara
a. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta
fondasinya,
b. Isolator-isolator,
c. Kawat penghantar (Conductor)
d. Kawat tanah (Ground wires)
Menara atau Tiang Transmisi
Adalah suatu bangunan penopang saluran
transmisi, yang bisa berupa menara baja, tiang
baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu.
Tiang-tiang baja,beton dan kayu umumnya
digunakan pada saluran-saluran dengan
tegangan kerja relatip rendah (di bawah 70kV)
sedang untuk saluran transmisi teganan tinggi
atau ekstra tinggi digunakan menara baja.
Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya,
yaitu : Menara Dukung, Menara Sudut, Menara
Ujung, Menara Percabangan dan Menara
transposisi.
Isolator-Isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran
transmisi adalah jenis porselin atau gelas.
Menurut penggunaan dan konstruksinya dikenal
tiga jenis isolator yaitu :
1. Isolator jenis Pasak
2. Isolator jenis Pos-saluran
3. Isolator jenis Gantung.
(Lihat Gambar1.2)
Isolator jenis psak dan pos-saluran digunakan
pada saluran transmisi dengan tegangan kerja
relatip rendah (kurang dari 22-33kV),
sedangakan isolator gantung dapat digandeng
menjadii rentengan isolator yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Kawat Penghantar
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa
digunakan pada saluran tranmisi adalah
tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%),
tembaga dengan konduktivitas 97,5% (CU
97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas
61% (Al 61%).
Jenis-jenis Kawat penghantar aluminium :
AAC : All-Aluminium Conductor
Yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari
aluminium.
AAAC : All-Aluminium-Alloy Conductor
Yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
daricampran aluminium.
ACSR : Aluminium Conductor Steel Reinforced
Yaitu kawat oenghantar aluminium berinti kawat baja.
ACAR : Aluminium Conductor alloy Reinforced
Yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat
dengan logam campuran.
Kawat penghantr tembaga mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih
tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan
yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan
lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar
aluminium telah mengantikan kedudukan tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium
digunakan campuran aluminium (aluminium alloy).
Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi
dimana jarak antara dua tiang/menara jauh (ratusan
meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk
itu digunakan kawat penghantar ACSR
Kawat Tanah
Kawat tanah atau Ground wires juga disebut
sebagai kawat pelindung (shield wires) gunanya
untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau
kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat
tanah itu dipasang di atas kawat fasa. Sebagai
kawat tanah umumnya dipakai juga kawat tipe
ACSR.
Bab 2 Karakteristik Listrik dari
Saluran Transmisi
Karakteristik Listrik dari Saluran Transmisi yang
dimaksud ialah tahanan R, Induktansi L,
konduktansi G dan kapasitansi C. Karena pada
saluran udara nilai konduktansi G sangat kecil
sehingga dapat diabaikan.
Tahanan R
Tahan dari suatu konduktor diberikan oleh :

R = Ƿ.l/A

Dimana Ƿ= resitivitas
l = panjang kawat
A = luas penampang kawat.
Induktansi dan Reaktansi Induktip
dari Rangkaian Fasa Tunggal
a. Efek kulit (skin effect)
Yaitu gejala pada arus bolak balik, bahwa
kerapatan arus dalam penampang konduktor
tersebut makin besar ke arah permukaan kawat.
Tetapi bila kita meninjau frekuensi kerja (50 atau
60 Hertz) maka pengaruh efek kulit sangat kecil
dan dapat diabaikan.
b. Efek sekitar (proximity effect)

Yaitu pengaruh dari kawat lain yang berada di


samping kawat yang pertama (yang ditinjau)
sehingga distribusi fluks tidak simetris lagi.
Tetapi bila radius kondutor kecil terhadap jarak
antara kedua kawat efek sekitar ini sangat kecil
dan dapat diabaikan.
Bab 8 Perencanaan Saluran Udara
Tegangan Tinggi
Perencanaan Saluran tegangan tinggi terdiri dari
a. Survey, pengukuran dan pemetaan rute dari saluran
b. Pengujian tanah tempat menara-menara, dan berdasarkan
tanah setempat direncanakan fondasi menara
c. Perencanaan dari menara beserta traversnya
d. Penentuan dari jarak-jarak antara kawat-kawat
e. Pemilihan kawat (konduktor) yang ekonomis
f. Penentuan jumlah isolator perhitungan tegangan tarik dan
andongan (sag and tension calculation) dari kawat yang
dibentang.
Disini hanya dibicarakan butir-butir d,e,f,dan g.
Penentuan Jarak antara Kawat
Berikut rumus-rumus yang dipergunakan untuk
menentukan jarak-jarak antara kawat-kawat :
Rumus Percy H. Thomas
Menentukan jarak-jarak horisontal antara kawat-kawat
di tengah-tengah gawang sebagai berikut :

*)Dalam praktek disarankan harga C=4 untuk tembaga dan 3,5 untuk aluminium
D = diameter luar kawat (Inch)
d = perbandingan andongan (sag) terhadap panjang
gawang. jarak antara dua menara berdekatan. (dalam
%)
w = berat kawat per satuan panjang (pound per ft)
L = panjang rentangan isolator (insulator string) (ft)
A = arcing distance (biasanya diambil 1 ft per 110kV)
Menurut Safety Code Formula ialah :
Jumlah Isolator
Jumlah isolator standard sesuai minimum
tegangan kerja adalah :
Perhitungan Tegangan Tarik dan Andongan
Kalau sebuah kawat dibentangkan antara dua buah titik
ikat A dan B, gambar 8-1, kawai itu tidak akan
mengikuti garis lurus AB, akan tetapi beratnya sendiri
akan melengkung ke bawah. Besar lengkungan ini
tegantung dari berat dan panjang kawat.
Berat kawat akan menibulkan tegangan tarik
ơ(kg/mm2) pada penampang kawat. Kalau tegangan
tarik kawat ini besar dapat menyebapkan kawat itu
putus, atau dapat merusak tiang pengikat kawat itu.
Tegangan tarik tergantung dari berat kawat dan beban-
beban lain yang bekerja pada kawat.
Menurut hukum Stokes, karena adanya tegangan tarik
ini, kawat akan bertambah panjang, tergantung dari
modulus elastisitas kawat, E dan panjang kawat itu
sendiri. Sedang karena perubahan-perubahan
temperatur yang terjadi di sekitar kawat, kawat akan
memuai atau menyusut tergantung dari besarnya
perubahan temperatur, koefisien muai kawat dan
panjang kawat. Panjang kawat tergantung dari panjang
gawang a (=jarak kedua titik ikat) dan besarnya
andongan. Sebaliknya, andongan tergantung dari
panjang kawat, tegangan tarik kawat, dan temperatur
kawat, dan ketiga besaran saling mempengaruhi satu
sama lain.
Karena tegangan kerja (kV) kawat umumnya
tinggi, andongan kawat yang terlalu besar dapat
mmenimbulkan bahaya bagi obyek lain dan
pada kawat itu sendirii. Menurut normalisasi
yang berlaku, tinggi kawat diatas tanah berkisar
antara 7 sampai 8 meter, atau dapat dihitung
dari persamaan (8-4).
Batasan harga-harga untuk merentangkan
suatu kawat
a. Tegangan tarik tidak boleh melebihi tegangan
tarik yang diiizinkan pada keadaan apapun.
Tegangan tarik maksimum akan terjadi pada
temperatur rendah dan ada beban angin.
b. Jarak kawat ke tanah tidak boleh lebih kecil
dari jarak terkecil yang diizinkan. Andongan
terbesar terjadii pada temperatur maksimum
dan beban maksimum.
Persamaan Garis Rantai
(Caternary Equation)
Pada gambar 8-1, diberikan sepotong kawa yang
ditumpuk pada titik A dan B. Pada titik 0 tidak ada
komponen tegangan y, jadi komponen tegangan pada
titik (x,y) sama dengan pembebanan antara titik (0,0)
dan (x,y). Misalkanlah :
S = tegangan kawat (kg)
G = berat kawat per satuan oanjang (kg/m)
L = 2S = panjang kawat (m)
b = andongan/sag (m)
a = panjang kawat/span (m)
Tinjaulah satu elemen ds dari kawat pada titik (x,y)
yang mempunyai berat G ds :
Pengaruh-pengaruh Luar
a. Temperatur
b. Tekanan angin
c. Salju (salju tidak ada di Indonesia, jadi tidak
diperhitungkan)
d. Abu (banyak terdapat di daerah gunung
berapi dan di daerah industri, tetapi
pengaruhnya terhadap karakteristik mekanis
kecil dan dapat diabaikan)
Pengaruh Temperatur pada Kawat
Misalkan :
Pengaruh Tekanan Angin
Tekanan angin mempengarruhi berat spesifik kawat.
Berat sendiri kawat bekerja vertikal sedang tekanan
angin dianggap seluruhnya bekerja horizontal. Jumlah
vektor kedua gaya ini menjadi berat total spesifik
kawat. Umumnya tekanan angin dinyatakan sebagai :
Perhitungan Tegangan dan
Andongan
Sekarang akan dihitung andongan ekonomis, yaitu andongan
paling kecil pada temperatur maksimum, tetapi tegangan kawat
pada keadaan sejelk-jeleknya (yaitu pada temperatur minimum
dan ada beben angin) tidak melebihi tegangan maksimumm yang
diizinkan.
Ada beberapa cara untuk menentukan tegangan yang diizinkan
dan andongan ekonomis, yaitu :
a. Perhitungan biasa
b. Menghitung at dengan grafik dari perhitungan biasa
c. Grafik Thomas
d. Perhitungan dengan komputer.
Penampang Kawat Optimum
Menentukan penampang kawat optimum
dengan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Kapasitas Hantar Kawat (faktor termis)
b. Pengaturan Tegangan
c. Kuat Tarik dari Kawat
d. Biaya Kawat (tidak termasuk biaya menara,
tanah dan lain-lain)
Dapat dinyatakan dalam persamaan :
C = K + C1 + C2 (8-46)
Dimana :
C = Jumlah biaya tahunan
K = Biaya tetap tahunan
C1 = Biaya tahunan yang sebanding
dengan penampang kawat
C2 = Biaya tahunan dari rugi-rugi daya
Harga dari C1 diberikan dalam :
C1 = w L A Cc F
Dimana :
w = berat kawat per CM-foot (CM = Circulat-mil)
= 3,03 x 10-6 untuk kawat tembaga
A = penampang kawat dalam CM
Cc = harga dari kawat per pound
F = biaya tetap tahunan, termasuk pajak-pajak,
asuransi, biaya modal dan depresiasi (kira-
kira 15%)
SELESAI

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai