MORBUS HANSEN
OLEH:
FANNY FADHILATUNNISA 2012730040
PEMBIMBING:
dr. HERYANTO, Sp.KK
Mycobacterium leprae.
Sebaliknya SIS rendah
(Gram positif, obligat memberikan gambaran
intraseluler, dan basil tahan Lepromatosa
asam)
WHO PB MB
Puskesmas PB MB
Jumlah Satu, dapat beberapa Beberapa atau satu Satu atau beberapa
dengan satelit
Distribusi Asimetris Masih asimetris Variasi
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus agak berkilat
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau dapat
tidak jelas
Anestesia Jelas Jelas Tak ada sampai tidak
jelas
BTA
- Lesi Kulit Hampir selalu negatif Negatif atau hanya 1+ Biasanya negatif
Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah
atau negatif
Bagan Diagnosis Klinis Menurut
WHO 1995
Pausibasilar (PB) Multibasilar
- 1-5 lesi - >5 lesi
1. Lesi kulit hipopigmentasi/eritema - distribusi lebih simetris
(makula datar, papul - distribusi tidak simetris - hilangnya sensasi
yang meninggi, nodus) - hilangnya sensasi yang kurang jelas
jelas - banyak cabang saraf
2.Kerusakan saraf
(menyebabkan
hilangnya - hanya satu cabang
- banyak cabang saraf
sensasi/kelemahan otot saraf
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena).
Bagan Diagnosis Klinis Menurut
WHO 1995
3.Kerokan jaringan kulit BTA negatif BTA positif
Gejala Klinis
Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis,
bakterioskopis, dan histopatologis, dan serologis.
Bila kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh seseorang dapat
timbul gejala klinis sesuai dengan kerentanan orang tersebut.
Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem imunitas seluler (SIS)
penderita.
Bila SIS baik akan tampak gambaran klinik ke arah -->
tuberkuloid, sebaliknya SIS rendah memberikan gambaran -->
lepromatosa.
PEMERIKSAAN SARAF
Saraf Perifer
N. fasialis
N. aurikularius magnus perlu dinilai
N. ulnaris
N. medianus
N. radialis - pembesaran
N. poplitea lateralis - konsistensi
N. tibialis posterior - nyeri -/+
PEMERIKSAAN SARAF
PEMERIKSAAN SARAF
PEMERIKSAAN SARAF
PEMERIKSAAN SARAF
KERUSAKAN SARAF
• Indeks Bakteri (IB) ialah jumlah seluruh basil yang hidup (solid) dan yang
mati (batang yang terputus/fragmented atau berbutir granular).
• Indeks Morfologi ialah persentase jumlah basil hidup dibandingkan dengan
seluruh basil (basil hidup dan mati)
SKALA LOGARITMIK RIDLEY
2. Pemeriksaan Histopatologik
Tipe tuberkuloid : tuberkel dan kerusakn saraf yang lebih nyata,
tidak ada kuman atau hanya sedikit dan non-solid
Tipe lepromatosa : terdapat suatu daerah langsung di bawah
epidermis yang jaringannya tidak patologik, didapati sel Virchow
dengan banyak kuman
3. Pemeriksaan Serologik
Antibodi spesifik M. leprae yaitu antibodi anti phenolic glycolipid-1
(PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD serta 35 kD
Antibodi yang tidak spesifik : antibodi anti-lipoarabinomanan (LAM)
DIAGNOSA BANDING
Dermatofitosis
Tinea versikolor
Pitiriasis alba
Pitiriasis rosea
Psoriasis
Neurofibromatosis
Regimen pengobatan kusta disesuaikan den
gan yang direkomendasikan oleh
WHO/DEPKES RI (1981). Untuk itu klasifikasi
PENGOBATAN kusta disederhanakan menjadi :
1. Pausi Basiler (PB)
2. Multi Basiler (MB)
Prinsip Pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa nyeri
4. MDT diteruskan
REAKSI LEPRA
Reaksi ENL
Ringan rawat jalan, istirahat
Berat rawat inap
Obat :
Prednison 15 – 30 mg/hr berat/ringan reaksi
Klofazimin 200 – 300 mg/hr
Thalidomide pilihan pertama namun teratogenik,
di Indonesia (-)
PENGOBATAN REAKSI LEPRA
Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 40 mg/hr (tapering off)
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena istirahatkan
Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
SKEMA PEMBERIAN
PREDNISON
Minggu 1 – 2 40 mg
Minggu 3 – 4 30 mg
Minggu 5 – 6 20 mg
Minggu 7 – 8 15 mg
Minggu 9 – 10 10 mg
Minggu 11 – 12 5 mg
ENL yang berat dan berkepanjangan dan terdapat
ketergantungan pada steroid (pemberian prednison
tidak dapat diturunkan sampai 0), perlu ditambahkan
lampren/klofazimin dengan skema dosis :