Jurnaaaaaallllllll
Jurnaaaaaallllllll
Terapi • Sesuai
lanjut kultur
• Lanjut
Kultur + hingga H14
, (-) Stop
Efikasi dan variabel keamanan
Parameter Hiperemia Skala Dinilai oleh
dokter yang
Primer konjungtiva Semiquantitatif sama.
hari ke 14
Seluruh
Parameter Edem Skala keamanan dan
Sekunder konjungtiva, dicaj Semiquantitatif toleransi okular =
konjungtiva, TIO (tonometer
palpebra Goldmann,
hiperemis, edem Kenaikan TIO >6
mmHg dianggap
palpebra, dan signifikan.),
infeksi okular, ketajaman
beserta gejala pengelihatan,
ketidaknyamanan dan efek
okular samping.
Statistik
Semua analisis stastistik dilakukan menggunakan SAS Business
Analytics software (version 9.1; SAS Institute Inc, Cary, NC, USA).
Perhitungan ukuran sampel didasarkan pada parameter utama efikasi
primer (yaitu, penurunan pada nilai konjungtiva hiperemis >50%)
berdasarkan dari tingkat signifikansi dua sisi 5%, kekuatan 90%, dan
margin ekuivalen 20%. Berasumsi bahwa 90% pasien menjalani
pengobatan denga Tobradex akan menyebabkan berkurangnya nilai
konjungtiva hiperemis >50% pada hari ke 6 (+1) dan tidak ada
perubahan dengan mematuhi tes pengobatan, dibutuhkan 98 sampel
pasien yang dapat dievaluasi (49 tiap kelompok).
Pasien dengan pengukuran yang valid pada kunjungan dua
(Hari 6 [± 1]): per-protokol (PP) populasi dan populasi full-
analysis (FA).
Analisis primer : kedua populasi, Evaluasi efikasi sekunder :
populasi FA.
Keamanan dan toleransi lokal : populasi yang aman (pasien
yang menerima setidaknya satu dosis berdasarkan penelitian
obat).
Variabel efikasi primer : tingkat tanggapan responden,
didefinisikan sebagai persentasi pasien setidaknya 50%
penurunan konjungtiva hiperemis pada hari ke 6 (+1) (akhir
kunjungan) dengan kepatuhan hingga akhir.
pembandiangan penilaian responden pada kedua pengobatan
: Tes Chi-square , dan confidence interval (CI) 95% digunakan
untuk perbedaan yang diberikan untuk menilai ekuivalen.
Uji rank-sum Wilcoxon dan analisis varians digunakan untuk
membandingkan kepatuhan pengobatan terhadap perbedaan skor dan
variasi nilai persen akhir pada konjuntiva hiperemis pada masing-
masingnya.
Tes Pratt-Wilcoxon digunakan untuk membandingkan nilai
konjungtiva hiperemis pada setiap kelompok pengobatan (yang sampai
akhir dengan yang sampai hari ke 6 [+1]).
Tes Wilcoxon rank-sum dan Pratt-Wilcoxon digunakan masing-masing
diantan dan didalam analaisis kelompol pada parameter efikasi yang
lebih lanjut dan toleransi keseluruhan subjerktif.
Insidensi infeksi okular dibandingkan diantara pengobatan dengan
menggunakan tes Fisher’s Exact. Perbedaan diantara pengobatan
untuk TIO yang dievaluasi dengan caraanalisis kovarians, termasuk
pengobatan sebagai efek tetap dan TIO dinilai pada hari pertama
sebagai kovariat.
Dalam kelompok analisis TIO dilakukan dengan menggunakan uji t-
berpasangan untuk mendeteksi perbedaan yang signifikan dengan
keatuhan sampai akhir. Secara keseluruhan, tingkat signifikansi
statistik α ditetapkan sebesar 5%.
Hasil
34 dari 139 (24,4%) pasien secara acak
dieksklusi dari evaluasi efikasi disebabkan
oleh pelanggaran protokol utama
(kunjungan terlewat pada hari ke 6).
Kumpulan data FA dan PP terdiri dari 110
pasien (55 di kelompok Netildex dan 55 di
kelompok Tobradex) dan 105 pasien (51 di
kelompok Netildex dan 54 di kelompok
Tobradex).
Analisi efikasi utama berdasarkan dari persentase pasien dengan
stidaknya 50% penurunan konjungtiva hiperemis pada
kunjungan terakhir (hari ke 6 [+1]) dengan kepatuhan hingga
akhir (penilaianan responden).
Nilai pengurangan konjungtiva hiperemis (>70%); dalam setiap
kelompok pengobatan, efek ini sangat signifikan secara statistik
(P, 0,001) (Tabel 2 dan Gambar 1).
Penurunan skor lebih lanjut diamati pada kunjungan follow-up
(Hari ke 14), dengan hal itu tidak ada efek rebound setelah
penghentian terapi (Gambar 1). Tingkat responden (dataset FA)
sama dengan 87,3% pada kelompok Netildex dan 90,9% pada
kelompok Tobradex dengan selisih -3,6 (CI 95%, -15,3 ÷ 8.0)
kepuasan hipotesis ekuivalen (Tabel 2).
Hasil yang sama juga diobservasi pada populasi PP (tabel 2).
Kutur positif pada hari pertama diidentifikasi pada sekitar
sepertiga kelompok pasien; bakteri yang paling sering diisolasi
adalah Staphylococcus epidermidis (11 kasus) dan Staphylococcus
aureus (9 kasus).
Klasifikasi pada swab sebagai kultur positif memiliki sedikit
pengaruh pada penilaian pada respon klinis. Pada kedua
kelompok pengobatan, penilaian responden diperoleh di
subkelompok pasien yang diklasifikasikan dengan kultur negatif
lebih tinggi dati pada penilaian observasi pada subkelompok
pasien dengan kultur positif (Tabel 3); bagaimanapun,
perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik. Pada
sebagian besar pasien dengan kultur positif, kedua pengobatan
menghasilkan eradikasi penuh infeksi (tingkat eradikasi 91,6%
dan 87,5% dengan Netildex dan Tobradex).
Evaluasi efikasi lebih lanjut hanya dilakukan dikumpulan data FA.
Hasil yang sebanding antara kedua kelompok tersebut diamati untuk
semua variabel yang diteliti (data tidak ditunjukkan). Namun, dalam
analisisnya (berubah dari awal pada Hari ke 6), pasien yang diobati
dengan Netildex mendapat nilai lebih rendah dibandingkan pasien
yang diobati dengan Tobradex pada palpebra hiperemis (P = 0,016),
nyocos (P = 0,001), rasa terbakar (P = 0,007), dan rasa tersengat (P =
0,004) (Tabel 4).
Keamanan dinilai pada semua 139 pasien secara acak. Hanya satu
pasien (dirawat dengan Tobradex) mengalami keratitis sebagai efek
samping.
Nilai IOP pra operasi pada pasien yang diobati dengan Netildex dan
Tobradex adalah 14,9 (± 1,8) mmHg dan 14,4 (± 2,0) mmHg (rata-rata ±
standar deviasi). Pada akhir penelitian, nilai TIO pada kelompok
Neltidex 14.7 (± 2.0) mmHg dan padan kelompok Tobradex 14.3 (± 1.9)
mmHg.
Inflamasi okular eksterna
berbagai macam etiologi,
139 subjek
Efek
dengan radang dua kelompok
pengobatan
konjungtiva
INTERVENTION or INDICATOR or INDEX
TEST or exposure of INTEREST
139 subjek dengan radang
konjungtiva yang
memerlukan antibiotik.
4 Dosis/hari selama enam
hari.
Netildex Tobradex
(71 Subjek) (68 Subjek)
Infeksi Okular pada Hari 1(
Swab Conj.)