Anda di halaman 1dari 33

TOILET TRAINING DAN

STIMULASI TUMBANG ANAK


KELOMPOK 1

DINUL IHSAN
D E S V I F I T R I AWA N
J U N I A L E S TA R I
L I A L I S D AWAT I
MILDA APRILIAN SARI
R A H M A FA U Z I A H
R E P I N D R A O K TA R I
RISSA NURDIANA
V I TA R I YA N T I A N J A N I
Y E N I L E S TA R I
LATAR BELAKANG
Dijelaskan dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah
sejak didalam kandungan hingga berusi 18 tahun. Anak mempunyai hak untuk hidup,
tumbuh dan berkembang , mendapatkan perawatan, pelayanan kesehatan, stimulasi,
pendidikan, perlindungan dari kekerasan, serta pemenuhan hak-hak lainnya agar anak
menjadi anak yang sehat, cerdas, berakhlak mulia, serta berguna bagi dirinya, keluarga,
masyarakat, dan negara.
Menurut dr. Budihardja, dalam upaya pemenuhan hak anak, perhatian
terhadap Anak Usia Dini menjadi penting karena merupakan masa emas (Golden
Period), jendela kesempatan (window opportunity), masa kritis (critical period). Hal
ini bermakna plastisitas otak anak mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya
anak bisa lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sedangkan sisis
negatifnya lebih peka terhadap ligkungan yang tidak mendukng seperti asupan gizi
yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai.
DEFENISI
Simulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan diluar
individu anak, meliputi orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lain
disekitar anak (Soetjiningsih, 1995 )

Simulasi bisa diberikan secara terus menerus dan berulang pada tiap
aspek berdasarkan tumbuh kembang (Nursalam,2008)

Merupakan bagian kebutuhan dasar anak dengan memberikan stimulus


yang dapat dilakukan dengan latihan dan bermain secara terarah untuk
mengembangkan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, kemandirian,
agama, kepribadian, etika dan moral.
TUJUAN

1. Meningkatkan kualitas anak dengan pemantauan secara


teratur dan berkala
2. Mengoptimalkan stimulasi secara dini sesuai dengan tahap
perkembangan anak
3. Melakukan tindakan intervensi dini jka ada penyimpangan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBANG

1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan
> prenatal : gizi, mekanis, zat kimia/toksin, endokrin, radiasi,
infeksi,stress, anoksia janin.
> post natal : biologis (ras, jk, usia, gizi, peny)
fisik (cuaca, sanitasi, kondisi rumah)
psikososial (stimulasi, motivasi, reward)
kelg dan budaya (pek/pend ortu, agama, adat)
KEBUTUHAN DASAR ANAK

Fisik /biomedis (ASUH)


Kasih sayang /emosi (ASIH)
Stimulasi mental (ASAH)
DETEKSI DINI TUMBANG ANAK
1. Pertumbuhan
> TB
> BB
> Lingkar kepala,LILA, lipat kulit
> Penglihatan
> Pendengaran
2. Perkembangan
> Motorik kasar dan halus
> Bahasa/ kognitif
> Sosial
> Emosi
NEXT..

Salah satu cara deteksi dini adalah dengan METODE


SKRINING
Skrining dapat dilakukan pada saat pemeriksaan rutin / anak
berobat di RS atau praktek
Dokter dan tenaga kesehatan lain : profesi yang paling mungkin
melakukan skrining tumbang
Keterbatasan waktu dalam prakteknya sehingga mengabaikan
pengetahuan tentang tumbang anak termasuk kelainan
psikososial
Perlu metode yang mudah dan cepat
SKRINING PERKEMBANGAN
Depkes RI & IDAI 2005

1. Deteksi dini Tumbuh Kembang. (ceklis/kuisioner) ex


: daya penglihatan, pendengaran
2. Buku KIA. Ex : kms/zet score
3. Denver II. Ex : DDST
4. Bayley Infant Neurodevelopment Screener
STIMULASI
1. 0 – 3 bulan
 Motorik kasar
latihan mengangkat kepala, berguling-guling, menahan kepala
tegak.
Motorik halus
memperhatikan benda bergerak, jatuhkan benda kecil,
melihat mainan gantungan, mampu memegang mainan.
Bahasa/kognitif
menirukan berbagai bunyian, mendengarkan berbagai bunyian
Sosial
rasa aman dan kasih sayang, tersenyum, mengamati sekitar, mengayun dan
meninabobokan
2. 3-6 bulan
 Motorik kasar :
Balikkan bayi dari posisi telentang ke telungkup.
Angkat pada posisi ketiak, turunkan hingga kaki
menyentuh meja. mengembangkan kontrol kepala
(tarik ke posisi duduk dr posisi telentang). Bantu
duduk
 Motorik halus:
-Letakkan mainan yg berayun atau bergerak di
tempat tidur bayi
-Ajak merasakan berbagai bentuk permukaan
-Memegang, memakai kedua tanagn
-Makan sendiri
-Mengambil benda kecil
3. 6-9 bulan
 Motorik Kasar:
- Angkat bayi ke posisi berdiri
- Bantu duduk sendiri
- Berjalan untuk mencapai sesuatu
- Berjalan dg bantuan
- Merangkak
 Motorik halus :
- Dorong makan sendiri
- Usahakan mau memakai kedua tangan untuk
mengambil benda
- Memasukkan benda ke wadah
- Bermain genderang
- Mencoret-coret
- Membuat bunyi-bunyian
- Menyembunyikan dan mencari mainan
4. 9-12 bulan
 MotorikKasar :
-Bantu berjalan, mengambil mainan di luar
jangkauan
- Bermain bola
- Membungkuk
- Memanjat tangga
 Motorikhalus:
- Memasukkan benda kecil ke wadah
- Menyusun balok/mainan
- Menggambar
 Sosial
- main bersama bayi
- Minum dr cangkir
- makan bersama anggota keluarga
- Mendapatkan mainan yg tak terjangkau
5. 12-18 bulan
 Motorik Kasar :
- Menarik mainan
- Berjalan mundur
- naik turun tangga
- Berjinjit
- Menangkap melempar
6. 18-24 bulan
 Motorik Kasar
- Melompat
- Keseimbangan tubuh
- Menjalankan mainan (sepeda)
 Motorik Halus
- Menggambar
- Menentukan ukuran dan bentuk (buat lubang)
- Puzzle
- Menggambar wajah/bentuk
- Membentuk adonan
7. 2-3 tahun
 Motorik Kasar
-Latihan memanjat, berlari, melompat, melempar, main
bola, dan keseimbangan
 Motorik halus
- Memotong gambar tempelan
- mengelompokkan benda mnrt jenis
- mencocokkan gambar dan benda
- konsep jumlah
- balok mainan anak
8. 3-4 tahun
 Motorik Kasar
- menangkap
- mengikuti garis
- melompat
- melempar benda kecil keatas
- menirukan binatang berjalan
- jalan jinjit (lampu hijau/merah)
9. 4-5 tahun
 Motorik kasar
- Bermain bola, lari.
- Lompat satu kaki, miniatur golf
- lomba karung, engklek, lompat tali
- sepeda, sepatu roda
 Motorik halus
- Menggambar
- mencocok dan menghitung
- memotong
- membandingkan
- berkebun
Toilet Training
1. Toilet training adalah usaha orang tua untuk
mulai mengenalkan dan melatih anak untuk
bisa buang air, baik buang air besar (BAB)
ataupun buang air kecil (BAK), secara mandiri.
2. Toilet training sering disebut juga Potty
training, yaitu merupakan cara yang dilakukan
oleh orangtua untuk melatih anak balita (di
bawah lima tahun) agar mampu buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB) di tempat
yang ditentukan
ASPEK-ASPEK
PEMBELAJARAN DALAM
TOILET TRAINING
Mengenalkan dan melatih BAK dan
BAB secara mandiri;
1. Melatih BAK dan BAB pada tempat
yang ditentukan (toilet)
2. Melatih untuk menahan BAK dan BAB.
KAPAN TOILET
TRAINING DIBERIKAN
1. Toilet Training diberikan ketika anak memasuki
usia dua tahun, orangtua mulai mengajarkan
mereka untuk buang air kecil atau besar di
toilet;
2. Toilet Training diberikan kepada anak pada
saat memasuki usia 18 bulan ketika otot-otot
mereka sudah mampu mengontrol kerja anus
dan kantung kemih;
3. Masing-masing anak sangat berbeda-beda
tingkat perkembangannya. Ada yang sudah
bisa dimulai pada usia 2 tahun, 3 tahun
atau bahkan 4 tahun. Kebanyakan dari
anak-anak akan mampu secara mandiri
pada usia 4 tahun.
4. Studi teranyar merekomendasikan para
orangtua untuk mulai mengenalkan toilet
training saat anak berusia 27-32 bulan;
KAPAN ANAK SUDAH SIAP?
1. anak sudah dapat duduk
tegak/mantap;
2. mulai dapat mengontrol
kandung kemihnya, misalnya
selama 2-3 jam, popok anak
tetap kering;
3. sudah mampu membuka dan
mengenakan celana sendiri;
4. dapat menyadari ketika ia mau
BAK atau BAB;
5. mampu memahami intruksi
sederhana;

#
6. Anak sudah lebih terkontrol jadwal
buang airnya, misalnya BAB setiap
pagi hari;
7. Memiliki keinginan untuk BAK atau
BAB secara mandiri
8. Mampu mengkomunikasikan ketika dia
ingin buang air kecil maupun buang air
besar;
9. Memahami bila diajak untuk
menggunakan toilet;
10. Merasa tidak nyaman apabila
popoknya basah dan kotor;
11. Mempunyai minat terhadap toilet
12. Sudah memahami kemana ia harus

DI TOILET
YANG HARUS DILAKUKAN ORANGTUA....
• Dr T Berry Brazelton, memberikan gambaran
langkah-langkah pendekatan dilakukan orangtua
sebagai berikut:
1. Pilihlah kata-kata yang sesuai untuk berbicara
dengan anak anda, terutama untuk kata seperti
kotoran dan air seni.
2. Belilah pispot duduk untuk anak-anak. Tempatkan
pispot tersebut di tempat yang disenangi anak
seperti misalnya di kamar bermainnya. Jangan
lupa untuk membiarkan anak melihat bagaimana
anda menggunakan toilet agar ia bisa meniru.
3. Coba minta anak untuk duduk di pispot beberapa
saat setiap kali anak selesai makan.
4. Berikan anak dukungan dan minta
ia memberitahu kepada anda
kapan ia merasa ingin BAB atau
BAK. Berikan pujian setiap kali
anak telah sukses melakukan toilet
training.
5. Jangan mengharapkan hasil yang
kilat, semua butuh waktu. Jangan
pernah memarahi anak apabila
belum berhasil.
6. Setelah beberapa kali berhasil
melakukan, cobalah untuk
mengganti popoknya dengan
menggunakan celana dalam yang
terbuat dari katun. Buat momen
ini spesial agar anak merasa sudah
besar dan merasa bangga.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai