Anda di halaman 1dari 37

INITIAL ASSASSMENT &

MANAGEMENT IN
BURN INJURY CASES
SEPTIANA ABDURRAHIM
1620221166
Luka bakar
Luka bakar adalah merupakan keadaan rusak atau hilang nya
jaringan yang dapat disebabkan oleh :
1. Cairan panas/scald  (air, minyak mendidih)
2. Api/combustion  (bensin,minyak tanah)
3. Zat kimia  (asam/basa kuat)
4. Listrik  (PLN, petir)
5. Radiasi  (matahari, radioterapi)
Fisiologis
1. Fungsi proteksi
2. Fungsi absorpsi
3. Fungsi ekskresi
4. Fungsi persepsi
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
6. Fungsi pembentukan pigmen
7. Fungsi Kreatinisasi
8. Fungsi pembentukan vitamin D
Patofisiologis
• kulit terbakar  mengganggu fungsinya rusak anatomi dermis
• evaporasi >>  penurunan cairan
•Pada kebakaran dalam ruangan tertutup dapat menyebabkan
kerusakan mukosa jalan nafas
•Keracunan co  HIPOKSIA
Respon lokal (jackson, 1947)
Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan
terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan oleh
koagulasi constituent proteins.

Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, zona ini mengalami kerusakan
endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan
perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler(kebocoran
vaskuler) dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24
jam pasca cedera.

Zona Hiperemia
Zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya masih
viable. Proses penyembuhan berawal dari zona ini kecuali jika terjadi
sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.
Respon sistemik
Diagnosis
1. Derajat kedalaman nya
2. Luas luka bakar
Penilaian luka bakar berdasarkan
kedalamannya
Dalamnya luka bakar tergantung:
a. Tingginya panas
b. Penyebab
c. Lamanya kontak
Klasifikasi Kedalaman Bentuk klinis

Derajat 1 Lapisan epidermis Erythema, Epidermis utuh tidak


Superficial thickness Co. sunburn, uap panas ada cairan hilang, biasanya
menyembuh spontan cukup beri
suasana lembab (5-7 hari)
Derajat 2a Epidermis Superficial Blisters ( Gelembung cairan ),
Partial thickness - (Lapisan papillary) Cairan bening ketika gelembung
superficial dipecah, dan rasa sakit nyeri
(7-14 hari)
Derajat 2b Rusak/hilang 1 lapisan Dermis kaya vaskularisasi 
Partial thickness - utuh epidermis dan warna jaringan kemerah-
deep sebagian dermis merahan, basah, lembab. (14-35
hari)
Derajat 3 Seluruh dermis dan Eschar, Seluruh lapisan kulit mati,
Deep burn epidermis sampai ke lemak permukaan kering berwarna putih,
subkutan pucat, atauhitam. Rasa nyeri hilang

Derajat 4 meluas hingga mencapai Sampai terlihat tulang


Bone exposed organ dibawah kulit seperti
otot dan tulang
2.Luas luka bakar
(rules of nines wallace and Lund-browder
chart)
Hitung Luas Permukaan Tubuh  berkaitan
dengan kelola resusitasi cairan
1. Kehilangan cairan akibat penguapan terjadi bila kulit
mengalami kerusakan jaringan epidermis
2. Hitung kebutuhan cairan hanya untuk luka derajat 2 /

kerusakan lebih dalam lagi


INITIAL ASSASSMENT AND MANAGEMENT
(American Burn Association,2011)
Diharapkan petugas medis dapat :

1. Melaksanakan komponen survei primer dan sekunder


2. Menggunakan “rules of nines” untuk memperkirakan awal tingkat
bahaya
3. Dapat memperhitungkan kebutuhan cairan awal
4. Menentukan kriteria pasien untuk rujukan.
Primary survey
Penanganan primer pasien luka bakar sama dengan penanganan primer kasus trauma
lainnya.
A : airway, periksa kelancaran jalan nafas
B : breathing, perhatikan jalan nafas (look, listen, feel)
C : circulation, perhatikan TD, nadi, warna kulit (yang tidak terbakar). sebelum menghitung
Total Body Surface Area (TBSA) yang terbakar, pedoman berikut direkomendasikan sebagai
titik awal untuk tingkat resusitasi cairan >30% infus dua.
• 5 years old and younger: 125 ml Lactated Ringers (LR) per hour
• 6 – 13 years old: 250 ml LR per hour
• 14 years and older: 500 ml LR per hour
D: Disability, periksa kesadaran (AVPU/GCS)
E : exposure, ekplorasi tubuh, penyebab luka bakar harus terhenti selama primary survey.
Lepas pakaian/benda yg ada ditubuh  alirkan air mengalir 3-5 menit.
Secondary survey
Survei sekunder tidak dimulai sampai survei primer selesai dan setelah upaya resusitasi terjalin dengan baik.
Secondary survey meliputi :
1. Anamnesa : penyebab? Onset?
2. Riwayat kesehatan
3. Beratbadan sebelum kejadian
4. Pemeriksaan fisik (head-to-toe)
5. Menentukan tingkat keparahan luka bakar  derajat
6. Menentukan luas luka bakar  rules of nines (telapak tangan 1%)
7. Prinsip penanganan secondary survey  Bergantung pada jenis dan luas luka bakar dan lama transportasi,
prosedur stabilisasi berikut dapat dilakukan di tempat pra-rumah sakit atau di gawat darurat rumah sakit
penerima.
Minor burn, boleh rawat jalan.
• Luka bakar derajat I
• Luka bakar derajat II < 15% pada pasien berusia 10-50
tahun
• Luka bakar derajat II < 10% pada pasien anak-anak di bawah
10 tahun atau lansia di atas 50 tahun
• Luka bakar derajat III < 2% body surface area
Indikasi merujuk pasien luka bakar ke
unit luka bakar
• luka bakar derajat 2 > 10% LPT
•Luka bakar yang mengenai daerah wajah, tangan, kaki, genital, perineum, persendian utama.
•Luka bakar derajat 3 pada kelompok usia berapa pun.
•Luka bakar listrik (termasuk tersambar petir)
•Luka bakar akibat zat kimia
•Terdapat cedera inhaasi
•Terdapat masalah medis sebelumnya / kondisi komorbiditas
Fase akut
Fase akut/syok berupa :
•menghindarkan pasien dari sumber penyebab luka bakar
•evaluasi ABC
•periksa apakah terdapat trauma lain
•resusitasi cairan
•pemasangan kateter urine
•pemasangan nasogastric tube (NGT)
Jalan nafas & mutu pernafasan
CEDERA SALURAN NAFAS : Tatakelola :
1. Cedera akibat kontak dengan • Airway management
kalor – Bersih dan amankan saluran nafas
2. Asfiksia – Endotracheal intubation
3. Iritasi jaringan paru-paru – Tracheostomy
• Breathing management
– Oksigenasi
– Ventilation support
Resusitasi cairan
•Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus
ditentukan secara teliti
•Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung
•Terdapat beberapa cara perhitungan kebutuhan cairan :
Rumus evans
1. Luas luka bakar(%) X BB (kg)  menjadi mL NaCl/24jam
2. Luas luka (%) X BB (kg)  menjadi mL plasma/24jam
3. 2.000 cc glukosa 5% /24jam  Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan

• Separuh jumlah 1+2+3  diberikan 8 jam pertama, sisanya diberikan 16 jam berikutnya.
• Hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama
• Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua
• Jika diuresis pada hari ketiga memuasakan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat
dikurangi, bahkan dihentikan.
Rumus baxter
1. Luas luka bakar (%) X BB (kg) X 4 mL RL
2. Separuh jumlah cairan diberikan 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
3. Menurut baxter, cairan diberikan dalam 2 hari. Hari kedua setengah dari total cairan hari
pertama
Pemantauan urine output
• Pemantauan
o H1 : 0,5 – 1 mL/kgBB/jam
o H2 : 1 – 2 mL/kgBB/jam

o H3 : > 2 mL/kgBB/jam
Sub akut
– Stabilisasi hemodinamika dan antisipasi hiperkatabolisme
– Pengelolaan luka
– Manajemen nyeri
– Pencegahan infeksi dan sepsis
– Dukungan terapi nutrisi
Stabilisasi hemodinamika
• Mempertahankan respons baik terhadap resusitasi cairan :
– Tekanan darah baik dan stabil
– Laju nadi < 100/menit
– Diuresis 1 - 1.5 mL/kgBB/jam
• Formula cairan :
– Dextrose 5% 2000 mL per 24 jam
– Dextrose 1000 mL + 200 mL Albumin 20%
– Dextrose 1000-1500 mL + 500 mL Hydroxy-Ethyl Starch (HES) 6%
• Pemantauan tanda vital, diuresis dan imbang cairan PER JAM
Larutan koloid
•Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES)
•HES dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dengan cara menutup celah interseluler pada
lapisan endotel sehingga menghentikan kebocoran cairan, elektrolit dan protein. Penelitian
terakhir mengemukakan bahwa HES memiliki efek antiinflamasi dengan menurunkan lipid
protein complex yang dihasilkan oleh endotel, hal ini diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler.
Efek anti inflamasi diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS.
Sistem pembuluh darah & sirkulasi darah
• Ekstravasasi, “sindroma kebocoran kapiler” : biasanya terjadi dalam 12 jam pertama dan
berlangsung sampai 24-36 jam pascakejadian  bengkak
Ginjal
• Evaluasi “cellular debris” dan perfusi ginjal
• Assess renal function, urinalisis, nitrogen, serum creatinine,

and serum sodium levels.


• Urinalisis  Myoglobin dari otot yang lisis dan mengendap

di ginjal
Saluran cerna
• Penurunan perfusi saluran cerna dan rangsang simpatetik
pada fase akut menyebabkan penurunan fungsi vili dan
motilitas saluran cerna serta ileus paralitik
• NGT : memantau perdarahan saluran cerna dan tukak

• Bilas lambung bila diperlukan


Tata kelola nyeri
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui
IV dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan
analgesia adekuat namun tanpa disertai hipotensi.
Co : morfin
Pengelolaan luka
1. Luka bakar derajat 1 dan 2 dapat sembuh sendiri  jaga elemen epitel tidak hancur/rusak
karena infeksi
2. Pada luka lebih dalam lagi perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang
mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi.
Terpenting, obat topikal tersebut membuat luka bebas dari infeksi , mengurangi rasa nyeri,
dapat menembus eskar dan mempercepat epitelisasi. Co : silver sufadiazine dan MEBO (moist
exposure burn ointment)
Obat topikal yang dipakai dapat berupa larutan, salep, atau krim.
Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sedian kasa (tulle)  sofra-tulle
Antiseptik  yodium povidone / nitras argenti 0,5%. Kompres nitras argenti dibasahi tiap 2 jam
efektif sebagai bakteriostatik u/ semua kuman
Tata kelola infeksi
• Farmakoterapi untuk pencegahan infeksi :
– Tetanus toxoid
– Immunoglobulin
– Topical antibiotics  dengan catatan tertentu Obat topikal antimikroba HANYA berguna
1. Di area yg rentan infeksi (perineum, telapak kaki)
2. Ada kolonisasi pada kasa balutan (pus warna kehijauan
– Antibiotika sistemik  analisis kultur kuman darah, spektrum luas
• Kamar isolasi / khusus
• Secondary prevention/early detection

• Surgical management: debridement


Tindakan bedah
1. Eskartomi  pemotongan eskar, dilakukan pada luka derajat 3 yang melingkar pada
ekstremitas / tubuh.
2. Debridemant  diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. Dilakukan segera mungkin setelah keadaan pasien stabil.
3. Skin grafting  untuk luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi, diambil dari kulit
penderita.
Pengelolaan dukungan nutrisi
Minuman :
• Segera setelah peristaltik menjadi normal
• 25mL/kgBB/hari
• Sampai diuresis sekurang-kurangnya 30 mL/jam

Makanan :
• Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
• 2500 kalori/ hari
• Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr protein/hari

Tambahan :
Vit a,b dan d , vit c 500 mg, fe sulfat 500mg , mukoprotektor.
Trauma listrik
•Secara prinsip sama dengan evaluasi dan pengelolaan kasus luka
bakar
•Perlu dicermati efek terhadap sistem kelistrikan jantung 
karena itu pada pengelolaannya perlu dilakukan pemeriksaan
EKG serial selama 3 hari pertama pascatrauma
Trauma ledakan
•Biasanya terjadi pencederaan akibat ledakan (explosion)  ada komponen high-pressure heat
•Secara prinsip sama dengan evaluasi dan pengelolaan kasus luka bakar
•Perlu dicermati efek high-pressure hot air yang terinhalasi terhadap sistem pernafasan
•Cari juga morbiditas lain seperti fraktur, dll

Anda mungkin juga menyukai